Solusi untuk meminimalkan pembuangan tinja atau limbah domestik ke aliran Sungai Kalilo sempat dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi. Namun, kebiasaan buruk masyarakat yang sudah turun-temurun membuang limbah domestik ke sungai menjadi salah satu hambatan.
Dikatakan Bramuda, hasil susur sungai yang dilakukan tim JP-RaBa bersama PU Pengairan  bisa menjadi dasar untuk mengambil kebijakan pemerintah daerah.
Tim Ekspedisi Susur Sungai Kalilo (Susuka) telah menuntaskan perjalanan melelahkan selama sepekan. Tim berhasil merekam semua aktivitas di sepanjang Sungai Kalilo, dari Muara Boom hingga mata air Desa Grogol, Kecamatan Giri.
Menurut Puput, mata air yang terbentuk di pinggir Sungai Kalilo bukan berasal dari resapan air sungai yang merembes, namun dari sungai artesis di dalam tanah. Sungai artesis berasal dari resapan air hujan yang cukup dalam, kemudian muncul di salah satu bagian menjadi mata air baru.
Sungai Kalilo memiliki sejarah panjang. Salah satunya terkait asal-usul nama sungai yang membelah kota Banyuwangi tersebut. Berdasarkan kajian yang dilakukan Komunitas Banyuwangi Geographic, ada tiga versi tentang asal-usul nama Sungai Kalilo.
Ikatan masyarakat yang tinggal di Lingkungan Krajan, Kelurahan Giri, dengan sungai cukup kuat. Meski sudah memiliki fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) di pinggir sungai, ditambah dengan toilet di rumah masing-masing, warga tetap memilih sungai sebagai tempat MCK.