BANGOREJO – Pandemi tidak hanya membawa pengaruh buruk pada sektor ekonomi. Dunia olahraga juga mengalami dampak yang sama. Seperti terjadi di dunia panjat tebing Banyuwangi. Saat ini, skill para pemanjat mengalami penurunan.
Ketua Harian Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Banyuwangi, Joko Kwat Widodo menjelaskan gara-gara pandemic Covid-19 para atlit jarang latihan. Dan itu membuat skill menurun. “Ini terlihat saat penyenggelaraan kejurkab secara terbatas di klub Panjat MD, Desa Sambimulyo, Kecamatan Bangorejo pada Minggu,” katanya.
Skill atlit menurun itu, terang dia, karena hampir dua tahun ini klub yang berbasis di sekolah nyaris tanpa pembinaan. Padahal, bibit-bibit atlit unggulan banyak berasal dari klub yang ada di sekolah. Selama PPKM, semua kegiatan dibatasi, termasuk aktivitas di sekolah. “Kalau mereka tidak sekolah, bagaimana mau latihan di sekolah,” jelasnya.
Kondisi ini, terang dia, sebenarnya cukup memprihatinkan. Apalagi selama ini atlit panjat dari Banyuwangi cukup diperhitungkan di tingkat provinsi. Bahkan, saat ini dua atlit asli Banyuwangi sudah diminta memperkuat Provinsi Bali dan Jogjakarta. “Kita ini untuk ukuran cabor di Banyuwangi lumayan lah,” terangnya.
Untuk rangking personal, jelas dia, juga masih bisa mewarnai. Terbukti, dalam Kejuaraan Provinsi 2021 yang digelar pada awal November lalu, salah satu atlit bisa meraih perunggu di nomor speed klasik. “Kejurprov kita masih dapat juara,” ungkapnya.(abi)