28.5 C
Banyuwangi
Friday, June 2, 2023

Mengenang (Alm) Sumitro Hadi, Sukses Lahirkan 130 Karya Tari dan Lagu

RADAR BANYUWANGI – Sumitro Hadi memang sudah meninggal dunia tahun 2020 lalu. Namun, sang maestro telah menciptakan 130 karya seni tari maupun lagu yang terus ”hidup” hingga kini.

Sebagai bentuk apresiasi atas karya-karya hebat Sumitro Hadi, digelar Festival Sulur Kembang Ke-3 di Gesibu Blambangan Banyuwangi, pekan lalu (18/03). Festival Sulur Kembang merupakan seni pertunjukan tari yang menampilkan karya dari Sumitro Hadi semasa hidupnya.

Sumitro dikenal sebagai koreografer dan pimpinan Sanggar Tari Jingga Putih Rogojampi. Dia juga merupakan salah satu koreografer Festival Gandrung Sewu.

Selain itu, Sumitro juga dikenal sebagai Maestro Gandrung, sebab tiga karya tariannya, jejer gandrung, jejer jaran dawuk, dan pertunjukan gandrungan telah didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 2004 dan berhasil mendapatkan sertifikat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Penggagas Festival Sulur Kembang, Sabar Harianto mengatakan, Sumitro adalah sosok seniman yang getol mengangkat derajat kesenian Banyuwangi. Sumitro merupakan budayawan yang mampu menaikkan kesenian Banyuwangi menjadi berbagai atraksi yang menarik.

Baca Juga :  Tahun Ini, Keboan Aliyan Masih Belum Pasti Digelar

Sumitro sangat berperan mendorong kemajuan seni tari kreasi tradisional di Banyuwangi. Mulai dari tari jejer gandrung, pertunjukan gandrungan, dan jejer jaran dawuk, yang semua telah mengantongi hak cipta. Dia juga dikenal sebagai salah satu koreografer atraksi seni kolosal Gandrung Sewu.

Bersama seniman dan budayawan lainnya, Sumitro telah mewarnai jagat seni Banyuwangi. Sehingga, Bumi Blambangan menjadi salah satu yang diperhitungkan di level nasional. ”Keelokan Festival Gandrung Sewu pun tak lepas dari peran Pak Sumitro,” ujar Sabar.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Muhammad Yanuarto Bramuda mengatakan, sosok Sumitro Hadi telah berkiprah di dunia seni sejak 1968. Tahun 1974, beliau menciptakan tari jejer gandrung. Sumitro Hadi sendiri pernah bertugas di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi. Sedikitnya ada sekitar 130 karya tari dan lagu yang diciptakan Sumitro Hadi.

”Tari jejer gandrung yang kerap ditampilkan saat penyambutan tamu adalah salah satu karya masterpiece beliau. Bahkan, jejer gandrung telah menjadi muatan lokal wajib di sekolah. Beliau juga ikut berperan mendorong kelahiran musik angklung pengiring tari kreasi pertama,” jelas Bram, sapaan karibnya.

Baca Juga :  Imbas Gandrung Sewu, Kamar Hotel Penuh, Omzet UMKM Naik 100 Persen

Sulur kembang sendiri diartikan bunga yang menjalar ke mana-mana. Sebuah penggambaran dari seorang Sumitro Hadi yang menyulurkan ilmunya kepada anak didiknya. Pergelaran itu menampilkan puluhan penari lintas generasi. Di tahun yang ke-3 ini, Festival Sulur Kembang mengangkat tema ”Satukan Niat Bulatkan Tekad”.

Pada Festival Sulur Kembang 3, beberapa tari karya Sabar Harianto juga ditampilkan. Di antaranya, tari kampret, tari celeng, tari banyu biru, tari singomanjuruh, tari minak jinggo, dan tari sriganyong.

Menariknya, warga negara asing asal Sidney, Bredley, yang sudah 10 bulan tinggal di Banyuwangi dengan berani tampil menari tradisional dengan memerankan tokoh pewayangan Bima. ”Dulu saya pernah belajar menari di Sabar Hariyanto sewaktu di Australia. Kini saya support acara Sulur Kembang 3 sekaligus memberanikan diri untuk tampil di hadapan ribuan penonton di Gesibu Blambangan,” ungkap Bredley. (ddy/bay/c1)

RADAR BANYUWANGI – Sumitro Hadi memang sudah meninggal dunia tahun 2020 lalu. Namun, sang maestro telah menciptakan 130 karya seni tari maupun lagu yang terus ”hidup” hingga kini.

Sebagai bentuk apresiasi atas karya-karya hebat Sumitro Hadi, digelar Festival Sulur Kembang Ke-3 di Gesibu Blambangan Banyuwangi, pekan lalu (18/03). Festival Sulur Kembang merupakan seni pertunjukan tari yang menampilkan karya dari Sumitro Hadi semasa hidupnya.

Sumitro dikenal sebagai koreografer dan pimpinan Sanggar Tari Jingga Putih Rogojampi. Dia juga merupakan salah satu koreografer Festival Gandrung Sewu.

Selain itu, Sumitro juga dikenal sebagai Maestro Gandrung, sebab tiga karya tariannya, jejer gandrung, jejer jaran dawuk, dan pertunjukan gandrungan telah didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 2004 dan berhasil mendapatkan sertifikat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

Penggagas Festival Sulur Kembang, Sabar Harianto mengatakan, Sumitro adalah sosok seniman yang getol mengangkat derajat kesenian Banyuwangi. Sumitro merupakan budayawan yang mampu menaikkan kesenian Banyuwangi menjadi berbagai atraksi yang menarik.

Baca Juga :  Simpan Ratusan Teks Naskah Lagu dan Tari Osing

Sumitro sangat berperan mendorong kemajuan seni tari kreasi tradisional di Banyuwangi. Mulai dari tari jejer gandrung, pertunjukan gandrungan, dan jejer jaran dawuk, yang semua telah mengantongi hak cipta. Dia juga dikenal sebagai salah satu koreografer atraksi seni kolosal Gandrung Sewu.

Bersama seniman dan budayawan lainnya, Sumitro telah mewarnai jagat seni Banyuwangi. Sehingga, Bumi Blambangan menjadi salah satu yang diperhitungkan di level nasional. ”Keelokan Festival Gandrung Sewu pun tak lepas dari peran Pak Sumitro,” ujar Sabar.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Muhammad Yanuarto Bramuda mengatakan, sosok Sumitro Hadi telah berkiprah di dunia seni sejak 1968. Tahun 1974, beliau menciptakan tari jejer gandrung. Sumitro Hadi sendiri pernah bertugas di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi. Sedikitnya ada sekitar 130 karya tari dan lagu yang diciptakan Sumitro Hadi.

”Tari jejer gandrung yang kerap ditampilkan saat penyambutan tamu adalah salah satu karya masterpiece beliau. Bahkan, jejer gandrung telah menjadi muatan lokal wajib di sekolah. Beliau juga ikut berperan mendorong kelahiran musik angklung pengiring tari kreasi pertama,” jelas Bram, sapaan karibnya.

Baca Juga :  Launching Karya Seniman Banyuwangi Disaksikan Once Mekel, Yuni Shara, dan Sania

Sulur kembang sendiri diartikan bunga yang menjalar ke mana-mana. Sebuah penggambaran dari seorang Sumitro Hadi yang menyulurkan ilmunya kepada anak didiknya. Pergelaran itu menampilkan puluhan penari lintas generasi. Di tahun yang ke-3 ini, Festival Sulur Kembang mengangkat tema ”Satukan Niat Bulatkan Tekad”.

Pada Festival Sulur Kembang 3, beberapa tari karya Sabar Harianto juga ditampilkan. Di antaranya, tari kampret, tari celeng, tari banyu biru, tari singomanjuruh, tari minak jinggo, dan tari sriganyong.

Menariknya, warga negara asing asal Sidney, Bredley, yang sudah 10 bulan tinggal di Banyuwangi dengan berani tampil menari tradisional dengan memerankan tokoh pewayangan Bima. ”Dulu saya pernah belajar menari di Sabar Hariyanto sewaktu di Australia. Kini saya support acara Sulur Kembang 3 sekaligus memberanikan diri untuk tampil di hadapan ribuan penonton di Gesibu Blambangan,” ungkap Bredley. (ddy/bay/c1)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/