23.3 C
Banyuwangi
Tuesday, March 28, 2023

Desa Blimbingsari Andalkan Wisata Pantai hingga UMKM

RADAR BANYUWANGI – Berawal pada 9 Januari 2017, Desa Blimbingsari, secara resmi menjadi pusat pemerintahan kecamatan yang baru terbentuk di Bumi Blambangan. Yakni, Kecamatan Blimbingsari yang terdiri dari 10 desa asal Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan Kabat.

Ya, sebelumnya desa yang satu ini merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Rogojampi. Namun, seiring pemekaran wilayah kecamatan sekitar enam tahun lalu, desa yang satu ini masuk wilayah Kecamatan Blimbingsari.

Desa Blimbingsari terdiri dari lima dusun, yakni Dusun Bentengan, Dusun Blimbingsari, Dusun Krajan, Dusun Pecemengan, dan Dusun Tegalwero. Dusun Krajan terdiri dari 13 Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW), Dusun Bentengan meliputi 4 RT dan 2 RW, Dusun Pecemengan terdiri dari 6 RT dan 2 RW, serta Dusun Tegalwero terdapat 9 RT dan 2 RW.

Di desa ini juga terdapat beberapa lembaga pendidikan formal. Di antaranya SDN 1 Blimbingsari, SDN 2 Blimbingsari, dan SDN 3 Blimbingsari.

Camat Blimbingsari Abin Hidayat mengungkapkan, Desa Blimbingsari merupakan salah satu desa yang menyimpan potensi besar untuk lebih maju. Perkembangan pesat bisa terwujud jika segenap potensi yang ada bisa lebih dikelola dengan maksimal.

Menurut Abin, beberapa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga menjadi salah satu wadah bagi masyarakat bisa mengembangkan potensi desa. ”Beberapa potensi yang menjadi unggulan Desa Blimbingsari yaitu sektor pertanian dan UMKM, seperti kerajinan manik-manik atau pembuatan tas dari bahan kulit ular,” ujarnya.

PELAYANAN : Petugas membantu proses administrasi warga di kantor Desa Blimbingsari pada Senin (16/1). (Ayu Lestari/Radar Banyuwangi)

Mayoritas masyarakat Desa Blimbingsari bekerja sebagai petani dan nelayan. Sejauh ini, kurang lebih terdapat 85 hektare lahan persawahan yang ada di desa yang dahulu bernama Banyualit tersebut. ”Dari informasi yang ada, saat ini mayoritas masyarakat desa memang berprofesi sebagai nelayan. Sisanya pedagang, buruh, dan petani,” ujar Kepala Desa Blimbingsari Muhbiruddin melalui Sekretaris Desa Sugeng Santoso.

Baca Juga :  Budi Daya Tanaman Hias, Kampung Florist Akan Disulap Jadi Ekowisata

Sugeng mengakui, wisata pantai di Desa Blimbingsari merupakan salah satu potensi yang hingga kini masih berkembang dan terus dirawat. Di kawasan pantai juga terdapat warung kuliner yang kerap menjadi jujugan para wisatawan.

Sugeng menambahkan, saat ini kurang lebih terdapat 1.976 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 5.536 jiwa yang ada di Desa Blimbingsari. ”Meskipun sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan dan petani, ada juga UMKM yang mengembangkan usahanya sendiri di bidang aksesori,” tuturnya.

Salah satu perajin tas Desa Blimbingsari, Sholy Andyka mengungkapkan, usaha kerajinan tas yang telah dirintisnya sejak empat tahun lalu itu mendapat support dari pihak desa. Bahkan, pemasaran tas dan jaket yang menggunakan bahan dasar kulit ular tersebut telah menjangkau pasar Eropa. ”Tujuan membangun usaha ini salah satunya juga untuk membantu para remaja sekitar agar lebih produktif. Harapannya bisa membuka lapangan pekerjaan lebih luas,” kata dia.

Selain menerima pesanan dari luar negeri, tas produksi UMKM di Desa Blimbingsari tersebut juga dikirim ke luar kota, seperti Medan dan kota lain di Pulau Sumatra. ”Bahan yang kami dapat dari Sumatra, pengiriman juga paling banyak ke sana (Sumatra),” ujar pria yang akrab disapa Andy tersebut.

Baca Juga :  Target Punya RTH untuk Bersantai dan Pusat UMKM

Hal serupa juga diungkapkan oleh pemilik UMKM yang juga menembus pasar ekspor, yakni Imam Fauzi. Saat ini produk unggulannya yang berbahan dasar kulit ular itu langsung dikirim ke beberapa toko aksesori di Bali hingga luar negeri, termasuk ke Italia. ”Sekali produksi dan pengiriman bisa mencapai seribu barang, bahkan lebih. Sesuai dengan pesanan yang diminta,” ujarnya.

Selain memproduksi tas, sang istri, yakni Paini juga berinisiatif untuk memproduksi tas dan dompet yang terbuat dari manik-manik atau yang oleh warga sekitar lazim disebut monte. Setelah pandemi Covid-19 melanda, kini kurang lebih ada 16 orang yang bekerja di UMKM miliknya. ”Khusus menjahit monte semuanya ibu rumah tangga. Kami juga dapat dukungan yang baik dari desa. UMKM yang berkembang saat ini juga untuk kemajuan desa. Setidaknya bisa mengurangi angka pengangguran,” kata dia.

Ketua Nelayan Desa Blimbingsari Suwanto Efendi mengungkapkan, saat ini perkembangan nelayan yang ada di Desa Blimbingsari tergolong baik. Meski terkadang nelayan harus libur jika cuaca buruk, namun pihaknya masih mampu untuk mengirimkan stok ikan ke beberapa pedagang keliling dan penjual ikan di Pasar Rogojampi. ”Saat cuaca mendung, hasil tangkapan juga melimpah. Hasil tangkapan kadang bisa habis di tempat. Tidak jarang lima kuintal ikan lemuru langsung habis terjual,” pungkasnya. (cw5/sgt/c1)

RADAR BANYUWANGI – Berawal pada 9 Januari 2017, Desa Blimbingsari, secara resmi menjadi pusat pemerintahan kecamatan yang baru terbentuk di Bumi Blambangan. Yakni, Kecamatan Blimbingsari yang terdiri dari 10 desa asal Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan Kabat.

Ya, sebelumnya desa yang satu ini merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Rogojampi. Namun, seiring pemekaran wilayah kecamatan sekitar enam tahun lalu, desa yang satu ini masuk wilayah Kecamatan Blimbingsari.

Desa Blimbingsari terdiri dari lima dusun, yakni Dusun Bentengan, Dusun Blimbingsari, Dusun Krajan, Dusun Pecemengan, dan Dusun Tegalwero. Dusun Krajan terdiri dari 13 Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW), Dusun Bentengan meliputi 4 RT dan 2 RW, Dusun Pecemengan terdiri dari 6 RT dan 2 RW, serta Dusun Tegalwero terdapat 9 RT dan 2 RW.

Di desa ini juga terdapat beberapa lembaga pendidikan formal. Di antaranya SDN 1 Blimbingsari, SDN 2 Blimbingsari, dan SDN 3 Blimbingsari.

Camat Blimbingsari Abin Hidayat mengungkapkan, Desa Blimbingsari merupakan salah satu desa yang menyimpan potensi besar untuk lebih maju. Perkembangan pesat bisa terwujud jika segenap potensi yang ada bisa lebih dikelola dengan maksimal.

Menurut Abin, beberapa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga menjadi salah satu wadah bagi masyarakat bisa mengembangkan potensi desa. ”Beberapa potensi yang menjadi unggulan Desa Blimbingsari yaitu sektor pertanian dan UMKM, seperti kerajinan manik-manik atau pembuatan tas dari bahan kulit ular,” ujarnya.

PELAYANAN : Petugas membantu proses administrasi warga di kantor Desa Blimbingsari pada Senin (16/1). (Ayu Lestari/Radar Banyuwangi)

Mayoritas masyarakat Desa Blimbingsari bekerja sebagai petani dan nelayan. Sejauh ini, kurang lebih terdapat 85 hektare lahan persawahan yang ada di desa yang dahulu bernama Banyualit tersebut. ”Dari informasi yang ada, saat ini mayoritas masyarakat desa memang berprofesi sebagai nelayan. Sisanya pedagang, buruh, dan petani,” ujar Kepala Desa Blimbingsari Muhbiruddin melalui Sekretaris Desa Sugeng Santoso.

Baca Juga :  Pergerakan Penumpang Bandara Catat Tren Positif, Rerata Sehari 350 Penumpang

Sugeng mengakui, wisata pantai di Desa Blimbingsari merupakan salah satu potensi yang hingga kini masih berkembang dan terus dirawat. Di kawasan pantai juga terdapat warung kuliner yang kerap menjadi jujugan para wisatawan.

Sugeng menambahkan, saat ini kurang lebih terdapat 1.976 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 5.536 jiwa yang ada di Desa Blimbingsari. ”Meskipun sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan dan petani, ada juga UMKM yang mengembangkan usahanya sendiri di bidang aksesori,” tuturnya.

Salah satu perajin tas Desa Blimbingsari, Sholy Andyka mengungkapkan, usaha kerajinan tas yang telah dirintisnya sejak empat tahun lalu itu mendapat support dari pihak desa. Bahkan, pemasaran tas dan jaket yang menggunakan bahan dasar kulit ular tersebut telah menjangkau pasar Eropa. ”Tujuan membangun usaha ini salah satunya juga untuk membantu para remaja sekitar agar lebih produktif. Harapannya bisa membuka lapangan pekerjaan lebih luas,” kata dia.

Selain menerima pesanan dari luar negeri, tas produksi UMKM di Desa Blimbingsari tersebut juga dikirim ke luar kota, seperti Medan dan kota lain di Pulau Sumatra. ”Bahan yang kami dapat dari Sumatra, pengiriman juga paling banyak ke sana (Sumatra),” ujar pria yang akrab disapa Andy tersebut.

Baca Juga :  Camat Fasilitasi Pengurusan NIB Gratis Bagi Pelaku UMKM

Hal serupa juga diungkapkan oleh pemilik UMKM yang juga menembus pasar ekspor, yakni Imam Fauzi. Saat ini produk unggulannya yang berbahan dasar kulit ular itu langsung dikirim ke beberapa toko aksesori di Bali hingga luar negeri, termasuk ke Italia. ”Sekali produksi dan pengiriman bisa mencapai seribu barang, bahkan lebih. Sesuai dengan pesanan yang diminta,” ujarnya.

Selain memproduksi tas, sang istri, yakni Paini juga berinisiatif untuk memproduksi tas dan dompet yang terbuat dari manik-manik atau yang oleh warga sekitar lazim disebut monte. Setelah pandemi Covid-19 melanda, kini kurang lebih ada 16 orang yang bekerja di UMKM miliknya. ”Khusus menjahit monte semuanya ibu rumah tangga. Kami juga dapat dukungan yang baik dari desa. UMKM yang berkembang saat ini juga untuk kemajuan desa. Setidaknya bisa mengurangi angka pengangguran,” kata dia.

Ketua Nelayan Desa Blimbingsari Suwanto Efendi mengungkapkan, saat ini perkembangan nelayan yang ada di Desa Blimbingsari tergolong baik. Meski terkadang nelayan harus libur jika cuaca buruk, namun pihaknya masih mampu untuk mengirimkan stok ikan ke beberapa pedagang keliling dan penjual ikan di Pasar Rogojampi. ”Saat cuaca mendung, hasil tangkapan juga melimpah. Hasil tangkapan kadang bisa habis di tempat. Tidak jarang lima kuintal ikan lemuru langsung habis terjual,” pungkasnya. (cw5/sgt/c1)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/