RADAR BANYUWANGI – Menyambut bulan suci Ramadan dimanfaatkan puluhan orang untuk bersih-bersih diri. Minggu (19/3), sebanyak 20 orang berkumpul di klinik Polresta Banyuwangi Jalan Letkol Istiqlah. Mereka menghapus tato yang melekat di tangan dan tubuh. Sebagian dari mereka beralasan ingin berhijrah menjadi pribadi lebih baik memanfaatkan momen menyambut bulan Ramadan.
Sejak pagi, beberapa pengunjung pria dan wanita duduk di kursi klinik kesehatan milik Polresta Banyuwangi. Mereka mendapatkan terapi laser yang langsung diarahkan ke bagian tubuh yang dihiasi tato. Ada yang dilaser di bagian punggung, tangan, hingga wajah.
Sebelum masuk ruang tempat pembersihan tato, peserta lebih dulu menjalani pembiusan lokal di area tempat tato. Selanjutnya peserta yang beragama Islam diminta menghafal atau membaca surat Ar-Rahman. Mereka lalu dipersilakan antre proses penghapusan tato.
”Kegiatan Tatto Removel kita gelar dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Kita bekerja sama dengan Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso Biddokes Polda Jatim.
Jadi jelang Ramadan, warga yang ingin menghapus tato kita fasilitasi secara gratis,’’ kata Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso, AKBP Heri Budiono.
Dari daftar skrining, ada 120 orang yang mengikuti penghapusan tato. Setiap harinya hanya 20 orang yang akan mendapatkan terapi penghapusan tato. “Sepuluh RS Bhayangkara se-Jatim mendapat tugas melakukan pembersihan tato. Kita kebagian di Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo. Terapi tato minimal butuh waktu 5 sampai 10 kali. Dengan jeda tiap terapi 1 bulan,” imbuhnya.
Peserta terapi tak perlu membayar. Bagi yang muslim hanya perlu membaca atau menghafalkan 10 ayat dari surat Arrahman. “Kita gunakan teknologi laser. Kegiatan ini bekerja sama dengan klinik Polresta Banyuwangi. Semoga semua peserta ikut kegiatan ini kontinyu. Sebelum Ramadan kita sama-sama bersih- bersih,” kata Heri.
Kasi Dokkes Klinik Polresta Banyuwangi Nurul Rosidah menambahkan, sebenarnya ada cukup banyak pendaftar Tatto Removel. Sayang, dari banyak peserta yang tidak lolos skrining karena terdeteksi terjangkit HIV/AIDS dan hepatitis. “Animo peserta luar biasa sekali. Saking banyaknya peserta, kita berlakukan skrining. Di Banyuwangi lebih banyak peserta pria dengan usia di atas 20 tahun,” kata Nurul.
Salah satu peserta asal Kecamatan Banyuwangi, Dwi mengaku cukup lama berniat menghilangkan tato di lengan kirinya. Dia mengurungkan niatnya karena biaya menghapus tato relatif mahal. “Saya pernah tanya, untuk penghapusan pertama biayanya bisa sampai Rp 1 juta. Kalau sistem paket sampai benar-benar hilang tatonya bisa sampai Rp 5 juta,” kata ibu dua anak tersebut.
Dwi mengaku terketuk hati menghapus tato karena telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. “Kalau tetap tatoan, saya malu sama anak. Kalau sudah besar, saya khawatir anak-anak ikut menato tubuhnya,’’ ujar ibu rumah tangga berusia 27 tahun itu.
Peserta lain, Dika mengaku sudah tiga tahun memiliki tato di wajahnya. Awalnya dia mengaku ikut-ikutan temannya untuk memasang tato. Lambat laun, Dika merasa malu sehingga begitu ada kesempatan Tatto Removal gratis, dia langsung mendaftarkan diri. “Sejak SMP saya bertato, ikut-ikutan teman. Sekarang mau saya hapus, ingin jadi orang lebih baik,” tandas remaja berusia 19 tahun asal Sempu tersebut. (fre/aif)