BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Tumbuhan ini termasuk suku Araceae atau talas-talasan ini berasal dari Amerika tropis. Daerah asalnya hampir sama dengan tanaman Anthurium alias gelombang cinta. Berdasarkan sejumlah sumber, penamaan janda bolong berasal dari nama daerah atau bahasa Jawa.
Bentuk daun secara alami bolong-bolong (berlubang) menjadi keunikan tanaman satu ini. Dengan daya tariknya tersebut, janda bolong sempat dibanderol dengan harga yang cukup fantastis. Bahkan, dulu ketika masih viral, harga satu daun tanaman ini dipatok harga Rp 50 ribu.
Salah satu penjual bunga di Jalan Kepiting, Kecamatan Banyuwangi, Sri Hariyanti mengungkapkan, dia sempat menjual janda bolong yang berukuran kecil dengan harga Rp 100 hingga Rp 150 ribu. ”Pas ramai-ramainya dulu hitungannya per daun,” ujarnya.
Namun, seakan-akan meredup. Bintang yang sempat naik daun itu tak terdengar lagi kiprahnya. ”Sekarang harga di pasaran sudah turun 50 persen. Jadi Rp 50 ribu hingga Rp 75 ribu,” imbuh perempuan berusia 58 tahun itu.
Hal senada diungkapkan pencinta bunga di Kecamatan Genteng yakni Bintang Rubiantara Putra. Bintang mengakui bentuk yang unik menjadi daya tarik tanaman hias tersebut. ”Unik saja bisa bolong alami, dan tanaman di rumah ini biasanya saya buat barter dengan rekan sesama pencinta tanaman hias,” kata bapak tiga anak itu.
Meski tidak seramai dulu, Bintang tetap merawat tanaman janda bolong. ”Di rumah ini ada tanaman monstera, baik ketika masih ramai atau kini sudah agak menurun tetap saya rawat dan tidak pernah dijual,” pungkasnya. (cw4/bay/c1)