RADAR BANYUWANGI – Tim Susur Sungai Kalilo (Susuka) Jawa Pos Radar Banyuwangi dan Dinas PU Pengairan Banyuwangi beberapa kali berpapasan dengan ular berukuran kecil. Mulai dari ular air hingga ular sawah atau biasa disebut ular kacangan.
Ular air warna abu-abu atau ular sawah adalah jenis ular air yang sering dijumpai di perairan sawah dan saluran irigasi di Indonesia. Panjang tubuh ular air mencapai 48 centimeter (cm) atau 50 cm.
Tubuh bagian atas berwarna kelabu dengan kombinasi warna cokelat gelap. Beberapa spesimen yang pernah ditemukan juga memiliki bintik-bintik hitam di tengah punggungnya. Bagian bawah tubuhnya berwarna oranye/jingga atau kekuningan, kadang-kadang dihiasi bintik-bintik hitam.
Sementara itu, meski lebih dari sekali terlihat saat ekspedisi Susuka, namun tak satu pun ular mungil yang melintas itu bisa tertangkap kamera. Selain ukurannya sangat kecil, gerakan ular tersebut sangat cepat. ”Tak satu pun yang bisa kena jepret kamera. Sat set, langsung hilang,” ujar fotografer Jawa Pos Radar Banyuwangi, Ramada Kusuma Atmaja.
Ular air semacam itu memang dapat ditemukan di dataran rendah. Biasanya, ular ini berkelana di perairan di sekitar persawahan. Tetapi ada juga yang bisa ditemukan di daerah sungai, rawa-rawa, atau sumber air lainnya.
Ular air beraktivitas pada malam hari. Walau begitu, ular ini juga sering terlihat di siang hari. ”Makanan utama ular air adalah ikan, katak/kodok, dan kecebong,” ujar Supriyadi, pencinta reptil yang tinggal di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.
Seperti kebanyakan reptil lain, untuk menghangatkan suhu tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali berjemur di bawah sinar matahari. Sebagai hewan eksoterm, berjemur merupakan salah cara ular mempertahankan suhu tubuhnya secara eksternal.
Hampir semua jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya ada yang beberapa butir saja. Ada pula yang mampu bertelur hingga puluhan dan ratusan butir. ”Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas,” jelas Supriyadi.
Maka dari itu, kata Supriyadi, daerah tepi sungai menjadi salah satu habitat ular. Karena di tepian sungai yang alami masih banyak ditemui lubang tanah dan timbunan dedaunan. ”Maka perlu berhati-hati jika melintas di aliran sungai, bisa jadi adalah habitat ular,” tandasnya.
Sementara itu, ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Mereka dapat ditemukan di semua tipe habitat, baik hutan, padang rumput, gurun/padang pasir, sungai, danau, dataran tinggi, perkebunan, persawahan, laut, dan hingga di permukiman manusia.
Akan tetapi, seperti halnya reptilia lainnya, ular tidak terdapat dan tidak bisa ditemukan di daerah dingin seperti di puncak gunung dan di daerah lingkar kutub (beberapa spesies ada yang mampu hidup di daerah dekat kutub utara).
Ular adalah hewan karnivora pemangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa, dan bahkan manusia. Ular-ular yang hidup di perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan.
Ular memakan seluruh mangsanya tanpa sisa dan mampu mengonsumsi mangsa tiga kali lebih besar dari diameter kepala mereka. Hal ini karena rahang mereka lebih rendah dan dapat terpisah dari rahang atas. Selain itu, ular memiliki gigi menghadap ke belakang yang menahan mangsa tetap di mulut.
Ular memakan mangsanya bulat-bulat, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekadar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dari kepalanya lebih dahulu. (ddy/bay/c1)