RADAR BANYUWANGI – Biawak air merupakan binatang sebangsa kadal berukuran besar yang tersebar di daerah beriklim tropis. Reptil liar ini juga ditemukan di daerah aliran sungai (DAS) Kalilo Banyuwangi.
Secara morfologi, hewan yang masuk dalam famili Varanidae ini mempunyai bentuk lubang hidung oval, posisi lubang hidungnya berada di depan moncongnya. Biawak air termasuk hewan ovipar dan bisa menghasilkan telur lebih dari satu kali dalam setahun. Telurnya berbentuk lonjong silindris dan mempunyai kulit yang lunak serta kasar.
Kepadatan populasi biawak pada suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah ketersediaan makanan yang melimpah dan minim perburuan. Hidupnya soliter, baik itu saat berburu maupun mengembara. Selain mampu hidup di darat, dia juga bisa bertahan di perairan. Kakinya berjumlah empat, sedangkan karakter berjalannya merayap. Aktif pada siang hari sehingga disebut hewan diurnal.
Biawak air merupakan salah satu hewan yang aktif mencari makan mulai pagi hari. Pada siang hari kebiasaan yang dia lakukan adalah berjemur. Sedangkan malam harinya reptil dengan nama latin Varanus salvator ini menghabiskan waktunya untuk beristirahat.
Adapun tempat istirahat biawak air biasanya di dalam lubang, semak, maupun pohon. Saat masih kecil, tidak jarang dia akan berdiam di rumah warga yang tempat tinggalnya berdampingan dengan rawa maupun tambak. ”Kalau biawak masih kecil biasanya bisa naik pohon bisa (makan) anak burung, serangga, kalau tambah besar bisa makan hewan lain seperti ayam atau kucing peliharaan warga. Kalau sudah dewasa, biawak aktif berburu mengejar mangsanya. Jika berada di air, hewan tersebut dapat memangsa ikan atau pun kodok yang berada di sekitarnya,” ujar Harsono, pemburu biawak sungai yang tinggal di Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.
Biawak air, kata Harsono, bisa bersembunyi di sela-sela kayu penahan genting atau juga berada di bawah kolong-kolong rumah. Hal ini karena biawak menyukai tempat lembap. Selain itu, biawak air Asia juga bisa bersembunyi di dalam parit perkampungan. ”Tak jarang biasanya biawak ini bisa naik ke atas plafon rumah warga yang tinggal di dekat sungai,” jelasnya.
Jika dilihat dari tampilannya, biawak air dewasa ini seperti komodo yang masih dalam kerabatnya. Merupakan salah satu binatang khas Indonesia yang ukurannya bisa besar dan panjang. Ukuran biawak air dewasa rata-rata 1,5 meter. Namun, spesies biawak ini juga mampu tumbuh hingga 3,21 meter. Sedangkan berat maksimum bisa lebih dari 25 kilogram, akan tetapi sebagian besar merupakan setengah dari ukuran itu.
Selain leher, moncong biawak air juga panjang, ujungnya tumpul dan dilengkapi dengan gigi tajam dan beberapa pleurodont yang melekat pada sisi rahang. Deretan giginya bisa berganti dengan gigi baru yang berada di bagian lipatan gusi.
Sedangkan bentuk kepalanya lebar dan berbentuk bulat lonjong dengan sisik pada bagian kepala saling berjajar, ukurannya lebih besar daripada sisik bagian tubuh lainnya.
Karakter kulit biawak air relatif kasar dengan bintik-bintik kecil agak menonjol. Tubuh bagian atas berwarna hitam atau indigo dengan corak bertutul warna kuning pucat berbentuk bulat di bagian atas kepala, punggung sampai pangkal ekor, sedangkan bagian bawah berwarna kuning keputihan.
Bentuk sisik di bagian atas kepala lebih besar, sementara ukuran sisik di bagian belakang hingga menuju ekor semakin kecil. Ekor biawak air berbentuk pipih, di bagian atasnya keras, sangat kokoh, ukurannya panjang bisa melebihi panjang kepala dan badan. Ekornya yang panjang tersebut berfungsi sebagai pertahanan diri.
Karakter lain dari biawak ini adalah jika berjalan sering menjulurkan lidah. Lidah yang dimiliki berukuran panjang, bentuknya tipis, halus dan bercabang. Sementara bagian ujung lidah biawak berwarna merah. Dalam buku Natural the History of Monitor Lizard yang ditulis Harold F. De Lisle menjelaskan, fungsi dari lidah tersebut digunakan untuk menemukan makanan.
Biawak air termasuk jenis hewan pemakan daging (karnivora). Sehingga, satwa ini bisa memangsa bermacam jenis hewan baik itu yang hidup atau pun mati. Seperti ikan, burung, serangga, tupai, reptil kecil, tikus, udang, maupun kepiting sungai. Karena memiliki penciuman yang tajam, biawak air tersebut juga kerap dijumpai memakan bangkai. ”Hidupnya di tepi sungai karena banyak makanan tersedia di sungai, terutama bangkai yang jadi sumber makanannya,” tandas Harsono. (ddy/bay/c1)