23.7 C
Banyuwangi
Tuesday, March 28, 2023

Belalang

Jumlah Serangga Jadi Indikator Keseimbangan Ekosistem

BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Hewan-hewan kecil tersebut hidup di tempat yang sulit dijangkau predator. Mereka suka menetap di bawah pohon atau celah batu. Selain itu, serangga dan semut dominan menyukai tempat yang lembap dan teduh.

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (Unair) Banyuwangi drh Ratih Novita Praja MSi mengungkapkan, jumlah serangga menjadi salah satu indikator keseimbangan ekosistem. Menurutnya, apabila salah satu aspek dalam ekosistem terganggu, maka terdapat kelimpahan jumlah organisme lainnya.  ”Jika di daerah sungai misalnya masih terdapat semut dengan jumlah yang wajar, maka ekosistem di daerah tersebut setara atau imbang,” ujarnya.

Baca Juga :  Deretan MCK Bertirai Terpal Berdiri di Pinggir Sungai
(RadarBanyuwangi.id)

Burung menjadi salah satu predator alami bagi serangga kecil di daerah sekitar sungai. Jika jumlah burung dan serangga seimbang, maka ekosistem di daerah tersebut bisa dikatakan bagus.

Namun, akhir-akhir ini jumlah burung mulai berkurang. Ini diakibatkan oleh perburuan liar yang membuat populasi serangga dan semut meningkat. Ketika jumlah predator di alam berkurang, maka populasi mangsa mengalami perkembangan. ”Tren sekarang itu perburuan liar terutama burung. Tetapi perburuan itu tidak memperhatikan dampak terhadap ekosistem,” imbuh Ratih.

Oleh karena itu, Ratih berharap kegiatan perburuan liar mulai dikurangi atau bahkan dihentikan. Sebab, perburuan satwa dapat mengganggu ekosistem di daerah tersebut. (rei/bay/c1)

BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Hewan-hewan kecil tersebut hidup di tempat yang sulit dijangkau predator. Mereka suka menetap di bawah pohon atau celah batu. Selain itu, serangga dan semut dominan menyukai tempat yang lembap dan teduh.

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (Unair) Banyuwangi drh Ratih Novita Praja MSi mengungkapkan, jumlah serangga menjadi salah satu indikator keseimbangan ekosistem. Menurutnya, apabila salah satu aspek dalam ekosistem terganggu, maka terdapat kelimpahan jumlah organisme lainnya.  ”Jika di daerah sungai misalnya masih terdapat semut dengan jumlah yang wajar, maka ekosistem di daerah tersebut setara atau imbang,” ujarnya.

Baca Juga :  Diblokade Askar, Jamaah Tertahan Dua Jam di Masjidilharam
(RadarBanyuwangi.id)

Burung menjadi salah satu predator alami bagi serangga kecil di daerah sekitar sungai. Jika jumlah burung dan serangga seimbang, maka ekosistem di daerah tersebut bisa dikatakan bagus.

Namun, akhir-akhir ini jumlah burung mulai berkurang. Ini diakibatkan oleh perburuan liar yang membuat populasi serangga dan semut meningkat. Ketika jumlah predator di alam berkurang, maka populasi mangsa mengalami perkembangan. ”Tren sekarang itu perburuan liar terutama burung. Tetapi perburuan itu tidak memperhatikan dampak terhadap ekosistem,” imbuh Ratih.

Oleh karena itu, Ratih berharap kegiatan perburuan liar mulai dikurangi atau bahkan dihentikan. Sebab, perburuan satwa dapat mengganggu ekosistem di daerah tersebut. (rei/bay/c1)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/