MAKKAH, Radar Banyuwangi – Sebagian jemaah haji asal Banyuwangi dari kloter 24 kemarin (18/7) mencoba naik bus kota. Jemaah haji Indonesia biasa menyebutnya bus putih karena seluruh bodinya berwarna putih. Di bodi samping bus bertuliskan Makkah Bus. Kalau di Indonesia, bus ini mirip Trans-Jakarta.
Kontributor Jawa Pos Radar Banyuwangi Yudi Setyo Prayogo dan Pupung Hariadi (jemaah asal Kalirejo) bersama jemaah lainnya berkesempatan menjajal bus putih. ”Sebetulnya operasional bus masih dalam uji coba selama enam bulan dan digratiskan,” ujar Yudi.
Halte bus putih berada di depan Hotel Arkan Bakkah. Jemaah cukup menyeberang sekali dan berada di dekat pos polisi. Halte bus masih terlihat gres. Ada alat semacam e-toll yang dilengkapi dengan pesawat telepon. Waktu tunggu bus tidak terlalu lama, sekitar 10 menit dari bus di belakangnya.
Bus Makkah ada yang panjang dan standar. Kursi penumpang berhadap-hadapan dilengkapi monitor dan audio yang menginformasikan tempat pemberhentian berikutnya. ”Makkah Bus dirancang ramah untuk penyandang disabilitas. Bila ada penumpang menggunakan kursi roda, bus bisa agak miring secara hidrolik agar memudahkan penumpang dan kursi rodanya naik,” jelas Yudi.
Yudi mencoba naik bus dari halte Mahbas Jin ke Masjidilharam. Butuh waktu 10 menit perjalanan ke Masjidilharam. ”Pulangnya, saya mencoba melewati rute kota, yakni melintasi Universitas Ummul Quro, Stasiun Kereta Api Aziziyah, dan kembali ke Mahbas Jin,” terangnya.
Lama perjalanan city tour satu jam. Yudi bersama jemaah dari KBIHU Khairu Ummah cukup menikmati perjalanan gratis tersebut. Menggunakan bus putih bisa menjadi alternatif di saat jenuh menggunakan bus selawat. Apalagi, halte tujuan Masjidilharam berada di bawah jalan layang. ”Lebih teduh ketimbang di terminal Bab Ali. Itung-itung menambah pengalaman di Kota Makkah,” pungkas Yudi. (ddy/aif/c1)