BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Ervina Nur Azizah, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya asal Banyuwangi menjadi salah satu yang beruntung terpilih untuk ikut pertukaran mahasiswa di Korea. Dia sudah berada di Negeri Ginseng sejak Agustus lalu.
Ervina mengaku, awalnya dia mengikuti program International Undergraduate Program (IUP) yang ada di ITS dan mengharuskan dia untuk mengambil program perkuliahan di luar negeri. Dia pun memilih Korea sebagai tujuan. ”Awalnya memang suka Korea. Lalu di semester tujuh ini harus experience lagi untuk pembelajaran di luar negeri, saya pikir ini kesempatan baik untuk memilih Korea,” ujarnya.
Ervina mengungkapkan, sebagai mahasiswa ITS Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa, sistem pembelajaran yang sebelumnya dia ikuti di Indonesia sangat berbeda dengan Korea. Ketika melanjutkan pembelajaran di Pohang University of Science and Technology, dia merasa bahwa antusiasme belajar di luar negeri sangat tinggi dan mengutamakan kualitas waktu.
”Di sini (Korea, Red) para pelajar atau mahasiswa juga sangat obsesi dengan belajar. Meskipun tidak sedang ujian, hampir setiap weekend atau weekday seluruh perpustakaan atau study room selalu penuh,” ujar Ervina.

Perempuan berusia 22 tahun itu mengikuti seleksi IUP sejak semester enam. Sebelum dikirim di Pohang University, para kandidat harus terlebih dulu mengirimkan beberapa berkas yang sudah ditentukan untuk mengikuti proses penyeleksian. Kuota yang disediakan pun hanya untuk satu atau dua mahasiswa. ”Prosesnya memang terlebih dulu dilakukan di ITS. Yang jadi bahan pertimbangan itu dari CV, nilai TOEFL, dan surat rekomendasi dari departemen universitas. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan transkrip nilai juga penting, minimal di atas 3,25,” tuturnya.
Ervina menambahkan, sejauh ini dia belum menemukan kendala ketika menerima materi pelajaran di kelas. Meskipun mayoritas teman kuliahnya yang berada di Pohang University juga kurang bisa berbahasa Inggris, tapi dia sendiri sedikitnya telah menguasai basic dari bahasa Korea.
”Mungkin awalnya kaget dengan sistem pembelajarannya. Kalau di Indonesia belajar dengan PPT atau sistem kerja kelompok dan lain-lain. Sedangkan di Korea hanya melakukan pembelajaran selama satu jam 15 menit. Cuma sebentar tapi sangat maksimal,” pungkas Ervina. (cw5/sgt/c1)