RADAR BANYUWANGI – Menu khas Banyuwangi tak hanya sego tempong, rujak soto, dan pecel pitik. Satu lagi yang kuliner khas yang wajib dicicipi, yakni jangan leroban.
Jogja punya sayur gudeg, maka Lare Oseng Banyuwangi punya sayur leroban. Gudeg berbahan nangka muda (tewel) dengan santan. Sedangkan leroban berbahan aneka sayur atau dalam bahasa Oseng disebut ramonan. Kuahnya menggunakan santan yang telah diambil minyaknya.
Untuk membuat kuah atau jangan leroban ini, diawali dengan lebih dahulu menyiapkan beberapa butir kelapa yang dikupas dan diparut kemudian diambil santannya. Santan kelapa ini dipanaskan sampai keluar minyaknya atau biasa disebut minyak kelentik. Bagian minyak dan ampasnya kemudian diangkat dan disaring.
Cairan santan yang dimasak dan diambil minyaknya, oleh masyarakat Oseng disebut blunduk. Sedangkan ampas yang didapat dari proses penyulingan minyak yang berwarna cokelat, biasanya disebut blothong.
”Bagian air setelah diambil ampas dan minyaknya itulah yang dijadikan bahan baku kuah leroban. Sedangkan ampas kelapa disebut blothong yang dibuat sambal,” ujar Paini, pedagang kuah leroban asal Dusun Sukorejo, Desa Lemahbangkulon, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.
Isi kuahnya biasa disebut dengan ramonan terdiri dari kluwih, bisa juga dengan buah nangka muda, jantung pisang (ontong), pakis, dan buah pepaya muda. Yang paling penting dalam ramonan ini adalah penyedap daun singkil dan daun manting. ”Fungsinya sama seperti daun salam hanya daun singkil bentuknya seperti daun sirih, tapi lebih lemas daunnya dan tumbuh liar di sekitar sini,” ujar Paini.
Tidak ada bumbu khusus yang digunakan untuk memasak jangan leroban. Tinggal menambahkan potongan lengkuas yang digeprek, batang serai, cabai kecil yang utuh, serta gula dan garam dalam air sisa pembuatan minyak kelentik.
Sayangnya, tidak banyak warung yang menjual masakan tersebut. Kedua makanan tersebut termasuk langka karena pembuatannya rumit dan butuh ketelatenan. Jika beruntung, Anda bisa menikmati jangan leroban dan sambal blothong di rumah warga suku Oseng di Banyuwangi. ”Kalau di sini jual setiap hari,” ucap Paini.
Meski tidak dimasak setiap saat, tetapi leroban tahan hingga beberapa hari.”Leroban ini awet, semakin lama bumbunya akan semakin meresap. Bahkan, hingga kuahnya habis,” terang nenek tujuh cucu ini.
Sayur leroban ini aka lebih nikmat jika disandingkan dengan sambal dan aneka ikan laut. Baik segar, pindang, ikan asin, tempe, dadar jagung, dan pepes ikan laut. ”Semuanya tersedia lengkap di warung kami mulai leroban beserta jenis lauk pauk. Pokoknya siap santap menu khas Banyuwangi,” tandasnya. (ddy/bay/c1)