ADA bermacam momen peringatan. Mulai momen kebangsaan seperti hari kemerdekaan dan hari pahlawan. ada perayaan hari besar agama seperti Idul Fitri, Imlek, Natal, dan Nyepi. Ada pula peringatan tragedi seperti tragedi 11 September 2001menara kembar WTC di Amerika, tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki Jepang 6 dan 9 Agustus 1945. Serta masih banyak hari-hari besar lainnya.
Februari ini ada Hari Valentine. Saya katakan, ini sesuatu yang berbeda. Karena setiap momen hari bersejarah memiliki kisah yang bersumber dari data valid. Namun, Hari Valentine mempunyai justru banyak cerita yang melatarbelakangi. Ada dua kisah paling populer latar belakang Hari Valentine.
Pertama, kisah pendeta Santo Valentine yang dihukum mati karena melanggar aturan. Dia menikahkan pemuda yang akan direkrut jadi prajurit wajib militer. Santo Valentine dihukum pancung oleh kaisar Romawi, Claudius pada 14 Februari sekitar abad ketiga Masehi.
Kedua, kisah seorang pemuda biasa bernama Valentine yang menolak wajib militer dari kekaisaran Romawi. Alasannya, hatinya hanya dipenuhi cinta dan kasih, hingga tidak sanggup membunuh. Dia pun dipenjara dan disiksa. Tujuannya disiksa dalam waktu lama agar muncul hasrat membenci dan membunuh. Tetapi upaya tersebut gagal hingga ia dihukum mati. Malam sebelum dihukum mati, ia menulis surat kepada perempuan lumpuh dan buta yang dia kasihi. Surat itu berisi permintaan maaf karena tidak bisa lagi mengurus dirinya. Konon, siapa yang membaca atau mendengar orang membaca surat itu, pasti akan menitikkan air mata dan terguncang semua saraf cinta kasihnya.
Nah, penulis ingin langsung saja pada poin inti. Penulis tidak akan menjadi seorang yang menghakimi terkait hukum merayakan Hari valentine, lebih tepatnya memberikan beberapa perspektif terhadap Hari Valentine.
Aspek Agama
Agama mana pun pasti menganjurkan untuk saling mengasihi dan menyayangi. Sesuai dengan namanya, Hari Valentine adalah hari kasih sayang maka sebenarnya sangat dianjurkan untuk saling memberikan kasih sayang pada hari ini. Tapi pertanyaannya terletak pada bagaimana cara kita merayakannya itu yang harus kita perhatikan, karena faktanya pada momen tersebut banyak sekali para pasangan yang gagal paham dalam mengartikan hari valentine sebagai simbol kasih sayang seperti halnya melakukan hal tidak senonoh, kekerasan seksual dan masih banyak lagi studi kasus lainnya yang terjadi pada hari valentine, yang semua itu jelas-jelas dilarang oleh agama, terlebih agama Islam seperti termaktub dalam Al-qur’an yang berbunyi “Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ Ayat 32). Jika dirasa dengan merayakannya akan menyebabkan kita mendekati atau bahkan melakukan hal negatif tersebut itulah yang harus anda pikir dengan jernih.
Aspek Bisnis
Telah menjadi tradisi, saat Hari Valentine sebagai sepasang kekasih mereka saling bertukar kado seperti bunga, cokelat, dan sebagainya. Nah, pada momen seperti ini, jika kita jeli melihat peluang bisnis, kita akan menjual produk-produk yang sekiranya laku saat Hari Valentine. Ini akan menjadi pemasukan lumayan jika diseriusi. Terlebih yang sudah punya modal menjalankan bisnis semacam ini. Tinggal bagaimana cara kita memberikan sentuhan pada produk-produk tersebut, serta cara promosinya.
Dari kedua aspek tersebut, kita pahami bahwa segala sesuatu tergantung cara orang menyikapinya. Selalu ada positif dan negatifnya. Hemat penulis, Hari Valentine sebagai simbol cinta dan kasih sayang. Namun ibarat sebilah pisau, untuk apa kita menggunakannya, itulah yang harus diperhatikan.
Penulis tekankan, penulis tidak mengatakan bahwa Hari Valentine itu hanyalah produk kapitalis yang memanipulasi sejarah, agar toko-toko bunga dan cokelat mereka ludes terjual. Penulis juga tidak melarang perayaan Hari Valentine, karena tidak mau dicap sok agamis. Apalagi membuat opini bahwa valentine itu adalah jalan indah yang disediakan oleh setan, untuk menggiring umat manusia menuju neraka berkedok atas nama cinta dan kasih sayang.
Tentu sekali lagi saya katakan, tergantung individu yang memaknai Hari Valentine. Jadi, mari kembali memaknai kembali hakikat dari perayaan Hari Valentine agar termasuk golongan yang selamat! (*)
*) Pemuda Asal Dusun Warengan. Santri Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo.