CUACA ekstrem akhir-akhir ini memicu sejumlah bencana. Rumah roboh, jaringan listrik padam, hingga banjir. Ya, setelah hujan lebat, banjir kembali melanda wilayah kota Banyuwangi. Aliran air meluncur deras tanpa ampun. Menerjang rumah di sempadan sungai hingga tiang listrik sehingga aliran listrik terhenti.
Banjir besar kali ini lebih parah dibanding banjir November 2022 lalu. Sungguh ironi. Sebab, fenomena banjir tidak kali ini saja melanda Banyuwangi. Khususnya yang tinggal di sekitar Kelurahan Tukangkayu, Karangrejo, Kampung Mandar, Kepatihan, dan lainnya. Bagi mereka, banjir seperti itu sering terjadi. Bahkan bagi mereka, banjir sudah menjadi tamu langganan saat hujan lebat turun.
Hujan dan banjir menjadi dua sisi yang tidak bisa terpisahkan. Dikatakan banjir jika keadaan daerah tersebut tergenang air yang cukup besar. Biasanya diakibatkan tingginya curah hujan.
Musibah banjir sebetulnya bencana alam yang bisa diprediksi dan bisa diantisipasi kedatangannya. Banjir dapat diprediksi ketika hujan datang dengan lebatnya. Sedangkan banjir yang tidak dapat diprediksi, biasanya terjadi pada daerah yang jarang terjadi banjir, biasanya berupa air bah.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, hingga akhir Februari 2023 ini, wilayah Banyuwangi masih berada di puncak musim penghujan. Ini perlu diantisipasi. Mengingat selain mengakibatkan kerugian materi, banjir juga berdampak pada kesehatan. Air menjadi kotor, masyarakat kekurangan air bersih, dan banyaknya genangan dipastikan menimbulkan masalah kesehatan. Banyaknya genangan dan air kotor akan menimbulkan penyebaran wabah penyakit.
Penyakit yang timbul pada kawasan yang terkena banjir ini rentan menyerang anak-anak dan kaum lansia. Ini terjadi karena perilaku hidup sehat dan bersih tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena airnya kotor. Genangan air dapat menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
Bencana banjir tidak serta-merta kehendak dari Sang Pencipta. Namun, manusia juga mempunyai andil yang besar. Sebab, manusia punya andil besar untuk mencegah datangnya banjir. Saat banjir seperti ini tidak perlu saling menyalahkan. Musibah banjir yang terjadi selama ini harus menjadi ajang introspeksi diri. Karena bisa jadi banjir diakibatkan kesalahan manusia itu sendiri.
Yang menjadi pertanyaan besarnya adalah, kenapa setiap hujan lebat banjir datang? Selain tugas pemerintah, ini merupakan tugas kita bersama untuk mencari solusi. Agar bencana banjir seperti ini tidak terus terulang setiap hujan lebat. Terlebih menghadapi musim penghujan tiba.
Langkah antisipasi yang harus dilakukan adalah memperhatikan daerah hulu hingga hilir. Khususnya daerah hulu, apakah sudah beralih fungsi? Atau apakah sudah gundul? Bila perlu lakukan reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
Sebagaimana kita ketahui, pemicu awal banjir yang utama selain karena curah hujan yang tinggi, juga adanya lahan di hulu yang gundul. Tidak ada resapan lagi untuk air hujan. Sehingga air akan mengalir deras dengan volume tinggi menuju hilir. Langkah pencegahan selanjutnya adalah normalisasi aliran sungai secara berkala. Normalisasi jangan hanya menunggu saat musim hujan.
Selama ini sering kita jumpai, kala musim kemarau aliran sungai terjadi pendangkalan. Karena itu, perlu membentuk tim khusus atau relawan untuk mencegah pendangkalan pada aliran sungai. Tim tersebut bisa memantau pendangkalan pada aliran sungai setiap satu atau dua bulan.
Selanjutnya menerapkan pola hidup bersih pada masyarakat. Pola hidup bersih yang dimaksud yaitu tidak membuang sampah pada aliran sungai. Alangkah baiknya membuang sampah pada tempat yang disediakan. Selain itu, jangan mendirikan rumah di sempadan sungai. Karena ini sangat membahayakan diri sendiri.
Terakhir, menyediakan area resapan air. Yakni, berupa ruang terbuka hijau, taman kota, atau hutan kota, yang dapat mencegah genangan air dan menjadi limpasan. Serta membuat biopori dan sumur resapan sebagai upaya membuat air lebih cepat terserap dalam tanah dan tidak tergenang di permukaan. Pencegahan serta mendeteksi dini banjir tidak harus dibebankan pada pemerintah semata. Harus ada usaha bersama antara pemerintah dan masyarakat. Sehingga, banjir sebagai fenomena alam tahunan ini, tidak menjadi tamu langganan saat hujan turun dengan lebatnya. (*)
*) Pegiat di Forum Belajar Membaca, Menulis, dan Berhitung (FBM2B) Banyuwangi.