23.7 C
Banyuwangi
Tuesday, March 28, 2023

Oleh: NUR ANGELICA QUROTUL A'YUN*

Keinginan Menjadi Nomor 1

AMBISI adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (mencapai) sesuatu (seperti pangkat maupun kedudukan) atau melakukan sesuatu. Setiap manusia mempunyai ambisi dan berambisi. Baik yang sederhana sampai yang meledak-ledak. Berambisi berarti berkeinginan keras mencapai sesuatu (cita-cita dan sebagainya) dan keinginan merupakan naluri pada setiap manusia.

Sederhananya, ambisi diartikan sebagai rasa semangat dalam memenuhi tujuan yang dibarengi dengan usaha. Salah satu ambisi manusia adalah menjadi nomor satu, untuk menjadi manusia paling sempurna. Menjadi nomor satu di mata orang lain.

Manusia memang makhluk sempurna karena rasa yang mereka miliki. Walaupun makhluk lain mungkin juga memiliki rasa, tetapi tidak bisa merasakan kesempurnaan. Manusia diciptakan dengan berbagai rasa dan perasaan. Rasa senang, bahagia, kasih sayang, marah, benci dan sebagainya. Namun, manusia juga makhluk sosial yang saling membutuhkan, berinteraksi, bahkan bergantung pada manusia lain. Tetapi tentu tidak membuat niat paten manusia untuk berambisi semakin menurun sedikit pun. Bahkan terkadang malah semakin besar.

Ambisi adalah naluri. Manusia akan melakukan apa saja semaksimal mungkin, untuk mencapai keinginan menjadi nomor satu. Dan sering lupa berpikir, manusia memiliki takaran kelebihan dan kekurangan masing-masing. Takaran seimbang dari Tuhan untuk hambanya yang sudah ditakar dengan adil.

Berambisi adalah hal yang positif. Karena dapat mempengaruhi pola pikir manusia dan juga agar tidak bermalas-malasan, serta menjadikan manusia terus berkembang. Namun, sesuatu yang berlebihan dapat membuat hal yang awalnya positif malah menjadi negatif. Tentu ini tidak baik. Termasuk ambisi yang begitu meledak-ledak.

Baca Juga :  Tinggi yang Tertimbun Lupa

Sebetulnya, kesehatan mental pada diri masing-masing manusia yang paling penting. Bukan ambisi yang meledak-ledak setiap detik. Manusia harus sadar akan kepentingannya yang lain, beristirahat sejenak, dan menjadi manusia yang bersyukur. Kelebihan maupun kekurangan, berambisi dalam kadar yang tidak berlebihan, menghindari stres dan kelelahan yang bisa saja berakibat fatal.

Keinginan tidak selalu sejalan lurus dengan takdir. Sejatinya, Tuhan mengerti apa pun, termasuk yang terbaik untuk hambanya. Tuhan punya cara sendiri untuk membuat hambanya maju, berkembang dengan baik, dan menikmati segala proses. Setiap ambisi yang diekspresikan, Tuhan selalu tahu dan mengerti. Juga cara membalas setiap kesungguhan yang telah dilakukan hambanya. Berambisi boleh dilakukan, tapi tidak dilakukan dalam kadar melampaui batas maksimal. Berusaha dan memaksakan diri adalah dua hal yang berbeda.

Ambisi dan obsesi pun adalah dua hal berbeda. Ambisi adalah keinginan kuat untuk memperoleh kesuksesan hidup dan mencapai hal baik yang diinginkan. Sedangkan obsesi adalah ide, pikiran, bayangan, atau emosi yang tidak terkendali. Obsesi sering datang tanpa dikehendaki atau mendesak masuk dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan rasa tertekan dan cemas.

Bukankah tidak enak jika merasakan cemas? Bukankah tidak enak jika merasakan tertekan? Be fun. Jadilah manusia yang tetap menyenangkan. Jadilah manusia yang tetap santai namun serius. Janganlah terlalu terobsesi dengan tujuan. Janganlah terobsesi ingin ‘menjadi manusia nomor satu’. Tetap jadilah manusia yang pantang menyerah dan selalu semangat mencapai cita-cita dalam batas sewajarnya. Tuhan itu Maha Adil dan Tuhan juga Mahabaik.

Baca Juga :  Meneropong IKM dari Sudut Pandang Linguistik

Setiap manusia pasti punya keunikan. Tidak dapat dipungkiri, merasa kurang adalah salah satu faktor paling umum penyebab ambisi kita semakin besar. Padahal, menjadi manusia yang tidak sempurna seperti yang kita inginkan, tidak akan menjadikan kita ‘manusia nomor satu’ yang sengsara di alam semesta.

Ambisi yang meledak terkadang bukanlah hal untuk ajang berusaha. Namun, ajang untuk memaksakan diri. Padahal, dengan kelebihan yang selalu didalami, kita dapat terlihat menonjol dan bermanfaat bagi diri maupun orang lain. Menjadikan orang lain bangga dan takjub kepada kita, bukan hal kita harus menjadi sempurna. Menjadi nomor satu. Namun, menjadi manusia yang berguna.

Namun, tetap bermanfaat untuk orang lain harus ada ambisi. Beristirahat sejenak dan secukupnya dengan seimbang serta menikmati proses. Berkembang baik karena setiap usaha yang dilakukan sangat berharga dan tidak pernah sia-sia. Ambisi mungkin tidak bisa dihilangkan pada manusia, karena ambisi adalah naluri.

Namun, manusia juga harus mengerti setiap porsi yang ada pada dirinya. Berambisi secukupnya dan tidak memaksakan diri, berusaha dengan maksimal dan sewajarnya. Karena, mencintai diri sendiri sebagai manusia yang utuh bukan hal memaksakan diri dan memiliki ambisi meledak-ledak agar kita menjadi nomor satu. Namun, mencintai diri sendiri lebih nyata dengan benar-benar mengenali diri sendiri. Kita manusia, punya sisi unik masing-masing. Ambisi bukan kesalahan, namun kadarnya tidak boleh berlebihan. (*)

 

*) Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyuwangi.

AMBISI adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (mencapai) sesuatu (seperti pangkat maupun kedudukan) atau melakukan sesuatu. Setiap manusia mempunyai ambisi dan berambisi. Baik yang sederhana sampai yang meledak-ledak. Berambisi berarti berkeinginan keras mencapai sesuatu (cita-cita dan sebagainya) dan keinginan merupakan naluri pada setiap manusia.

Sederhananya, ambisi diartikan sebagai rasa semangat dalam memenuhi tujuan yang dibarengi dengan usaha. Salah satu ambisi manusia adalah menjadi nomor satu, untuk menjadi manusia paling sempurna. Menjadi nomor satu di mata orang lain.

Manusia memang makhluk sempurna karena rasa yang mereka miliki. Walaupun makhluk lain mungkin juga memiliki rasa, tetapi tidak bisa merasakan kesempurnaan. Manusia diciptakan dengan berbagai rasa dan perasaan. Rasa senang, bahagia, kasih sayang, marah, benci dan sebagainya. Namun, manusia juga makhluk sosial yang saling membutuhkan, berinteraksi, bahkan bergantung pada manusia lain. Tetapi tentu tidak membuat niat paten manusia untuk berambisi semakin menurun sedikit pun. Bahkan terkadang malah semakin besar.

Ambisi adalah naluri. Manusia akan melakukan apa saja semaksimal mungkin, untuk mencapai keinginan menjadi nomor satu. Dan sering lupa berpikir, manusia memiliki takaran kelebihan dan kekurangan masing-masing. Takaran seimbang dari Tuhan untuk hambanya yang sudah ditakar dengan adil.

Berambisi adalah hal yang positif. Karena dapat mempengaruhi pola pikir manusia dan juga agar tidak bermalas-malasan, serta menjadikan manusia terus berkembang. Namun, sesuatu yang berlebihan dapat membuat hal yang awalnya positif malah menjadi negatif. Tentu ini tidak baik. Termasuk ambisi yang begitu meledak-ledak.

Baca Juga :  Ingar Bingar Aturan Bermahar

Sebetulnya, kesehatan mental pada diri masing-masing manusia yang paling penting. Bukan ambisi yang meledak-ledak setiap detik. Manusia harus sadar akan kepentingannya yang lain, beristirahat sejenak, dan menjadi manusia yang bersyukur. Kelebihan maupun kekurangan, berambisi dalam kadar yang tidak berlebihan, menghindari stres dan kelelahan yang bisa saja berakibat fatal.

Keinginan tidak selalu sejalan lurus dengan takdir. Sejatinya, Tuhan mengerti apa pun, termasuk yang terbaik untuk hambanya. Tuhan punya cara sendiri untuk membuat hambanya maju, berkembang dengan baik, dan menikmati segala proses. Setiap ambisi yang diekspresikan, Tuhan selalu tahu dan mengerti. Juga cara membalas setiap kesungguhan yang telah dilakukan hambanya. Berambisi boleh dilakukan, tapi tidak dilakukan dalam kadar melampaui batas maksimal. Berusaha dan memaksakan diri adalah dua hal yang berbeda.

Ambisi dan obsesi pun adalah dua hal berbeda. Ambisi adalah keinginan kuat untuk memperoleh kesuksesan hidup dan mencapai hal baik yang diinginkan. Sedangkan obsesi adalah ide, pikiran, bayangan, atau emosi yang tidak terkendali. Obsesi sering datang tanpa dikehendaki atau mendesak masuk dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan rasa tertekan dan cemas.

Bukankah tidak enak jika merasakan cemas? Bukankah tidak enak jika merasakan tertekan? Be fun. Jadilah manusia yang tetap menyenangkan. Jadilah manusia yang tetap santai namun serius. Janganlah terlalu terobsesi dengan tujuan. Janganlah terobsesi ingin ‘menjadi manusia nomor satu’. Tetap jadilah manusia yang pantang menyerah dan selalu semangat mencapai cita-cita dalam batas sewajarnya. Tuhan itu Maha Adil dan Tuhan juga Mahabaik.

Baca Juga :  Buang Ego demi Masa Depan Generasi Muda

Setiap manusia pasti punya keunikan. Tidak dapat dipungkiri, merasa kurang adalah salah satu faktor paling umum penyebab ambisi kita semakin besar. Padahal, menjadi manusia yang tidak sempurna seperti yang kita inginkan, tidak akan menjadikan kita ‘manusia nomor satu’ yang sengsara di alam semesta.

Ambisi yang meledak terkadang bukanlah hal untuk ajang berusaha. Namun, ajang untuk memaksakan diri. Padahal, dengan kelebihan yang selalu didalami, kita dapat terlihat menonjol dan bermanfaat bagi diri maupun orang lain. Menjadikan orang lain bangga dan takjub kepada kita, bukan hal kita harus menjadi sempurna. Menjadi nomor satu. Namun, menjadi manusia yang berguna.

Namun, tetap bermanfaat untuk orang lain harus ada ambisi. Beristirahat sejenak dan secukupnya dengan seimbang serta menikmati proses. Berkembang baik karena setiap usaha yang dilakukan sangat berharga dan tidak pernah sia-sia. Ambisi mungkin tidak bisa dihilangkan pada manusia, karena ambisi adalah naluri.

Namun, manusia juga harus mengerti setiap porsi yang ada pada dirinya. Berambisi secukupnya dan tidak memaksakan diri, berusaha dengan maksimal dan sewajarnya. Karena, mencintai diri sendiri sebagai manusia yang utuh bukan hal memaksakan diri dan memiliki ambisi meledak-ledak agar kita menjadi nomor satu. Namun, mencintai diri sendiri lebih nyata dengan benar-benar mengenali diri sendiri. Kita manusia, punya sisi unik masing-masing. Ambisi bukan kesalahan, namun kadarnya tidak boleh berlebihan. (*)

 

*) Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyuwangi.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/