MUSIBAH besar menimpa penduduk bumi, tidak hanya satu negara, tetapi semua negara merasakannya. Wabah Covid-19 menyebabkan terganggunya seluruh bidang kehidupan manusia. Dunia pendidikan juga terkena imbasnya.
Pandemi memberikan dampak di berbagai sektor. Begitu juga pada pendidikan. Dalam jangka pendek, banyak orang tua yang belum siap melakukan pembelajaran di rumah. Karena mereka belum familiar dengan homeschooling. Pembelajaran di rumah juga mempengaruhi daya produksi pada orang tua yang sibuk dengan pekerjaan di luar rumah. Demikian juga siswa, mereka belum siap secara psikis saat pembelajaran dialihkan secara tiba-tiba di rumah. Secara keseluruhan, yang berhubungan dengan pendidikan menjadi stagnan karena pandemi.
Proses pembelajaran yang terjadi secara daring mewarnai pendidikan di dunia, begitu pula di Indonesia. Dalam pembelajaran daring, setiap daerah memiliki permasalahan berbeda. Terutama di pelosok desa, yang memiliki sarana prasarana informasi teknologi yang serba terbatas. Pelaksanaan pembelajaran daring membuat tenaga pendidik kesulitan. Karena tidak semua siswa berperan aktif untuk mengikutinya. Bahkan, hanya 35 persen siswa yang hadir dalam pembelajaran.
Hal ini membuat guru harus mendapatkan informasi terkait masalah yang membuat siswa tidak hadir. Dalam pengerjaan tugas, tidak semua siswa mau secara aktif mengerjakan tugas-tugas. Sehingga saat penilaian, tidak ada proses yang diberikan. Untuk itu, guru harus segera mengatasi permasalahan yang terjadi dengan melihat penyebab ketidakhadiran dan keaktifan mereka. Baik dalam proses pembelajaran, maupun dalam pengumpulan tugas.
Dari hasil home visit dan evaluasi, ternyata ada beberapa factor yang menghambat kurang efektifnya pembelajaran daring. Di antaranya, infrastuktur yang kurang, membuat guru dan siswa tidak bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik. Kondisi ekonomi yang kurang, membatasi pemanfaatan teknologi informasi.
Selain itu, minimnya penguasaan teknologi informasi oleh guru dan siswa. Tidak semua guru dan siswa paham teknologi. Masalah ini akan membatasi mereka dalam pembelajaran daring.
Dalam pembelajaran daring, gawai dan data internet sangat dibutuhkan. Aspek kesejahteraan guru dan murid masih kurang, maka mereka tidak sanggup memenuhinya. Nah, sisi kemampuan keuangan guru dan siswa belum meningkat ke arah yang sama.
Tidak ketinggalan, problem sambungan internet yang kurang merata di pelosok negeri. Tidak semua lembaga pendidikan dapat menikmati internet. Jika ada, sambungan internet kondisinya masih belum mampu memenuhi metode daring.
Yang tidak kalah penting, perubahan belajar menjadi bermain game daring. Kebebasan murid dalam memegang gawai yang tidak terkontrol, membuat mereka tidak fokuskan dalam belajar. Tetapi berubah menjadi bermain. Ini juga berdampak pada perubahan siklus tidur siswa. Lantaran bermain game tanpa batas waktu, murid mengubah siklus tidurnya. Malam hari mereka bermain, pagi hari waktu pembelajaran daring, mereka tidur.
Itulah beberapa dampak akibat pelaksanaan pembelajaran daring. Meski tidak mencerminkan gambaran keseluruhan, namun beberapa kasus tersebut, tentu saja dapat ditemui di beberapa daerah.
Hambatan dan dampak pembelajaran daring itu sudah dirasakan bagi siswa dan guru. Karena itu, betapa kita sadarai saat ini, bahwa pembelajaran di sekolah merupakan sarana terbaik untuk meningkatkan kemampuan siswa. Baik meningkatkan pengetahuan maupun meningkatkan keterampilan siswa.
Belajar di ekolah merupakan kegiatan yang begitu menyenangkan. Karena siswa bisa berhubungan satu sama lain. Ini membuat siswa mampu meningkatkan keterampilan sosialnya, emosionalnya, dan menyadarkan kelas sosial mereka. Sekolah merupakan penghubung antara murid dengan murid, murid dengan guru, dan murid dengan lingkungan. Sehingga kolaborasi semua itu mampu meningkatkan kemampuan intelegensi serta keterampilan mereka. Yang terakhir, kasih sayang akan terbentuk di antara mereka.
Dari adanya macam warna permasalahan dan dampak dalam daring, bagaimana kita menyikapinya, ibarat sebuah pelangi dengan warna indahnya. Kita pasti akan bisa mendapatkan solusinya, jika kita menyikapinya dengan bijak.
Orang tua juga memiliki peran penting dalam menjalankan fungsinya. Ini harus membuka cakrawala dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik mental, sikap, dan pengetahuan anak-anaknya. Orang tua harus tampil sebagai teladan dalam pendampingan belajar anak. Meskipun bantuan guru perlu hadir door to door di semua peserta didik.
Guru memang bukan sekadar melakukan transfer ilmu. Guru tetap mengutamakan ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Sekolah juga harus bersiaga menyediakan perubahan. Pendidikan karakter harus menjadi pijakan yang kuat di tengah perkembangan teknologi dan informasi.
Program-program pendidikan harus disampaikan kepada siswa, terlebih saat diberlakukan model daring. Penekanan belajar di rumah harus benar-benar dikawal guru melalui model daring tetap smooth dan smart. Pemikiran yang positif dapat membantu menerapkan model pembelajaran daring. Sehingga menghasilkan capaian pembelajaran yang tetap berkualitas.
Adanya kerja sama yang erat antara orang tua, guru, siswa, sekolah dan pemerintah merupakan solusi tepat. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai harapan. Warna-warna permasalahan pendidikan akan tetap terlihat seperti Pelangi. Yang selalu menghiasi langit dengan warna indahnya. (*)
*) Guru Mapel IPA di MTsN 6 Banyuwangi.