24 C
Banyuwangi
Monday, June 5, 2023

Ayok Kabeh Podo Peduli, Nang Umah Baen

JUDUL di atas sengaja saya ambil dari sebuah banner berisi imbauan. Yang terpasang di sudut sebelah timur dekat sekolah SMAN Giri, Banyuwangi. Banner dengan ukuran panjang 5 meter x 1 meter tersebut terbentang dan diikat pada sebuah pohon dan tiang besi yang saling berdiri sejajar. Bisa saja banner tersebut sudah terpasang banyak di lain tempat.

Pengendara yang melintasi Jalan HOS Cokroaminoto dari arah timur sambil melihat tetenger (landmark) Tugu Sepeda, akan ”tergoda” untuk melihat pula banner imbauan tersebut. Atau dari Jalan HOS Cokroaminoto belok ke arah Jalan Wijaya Kusuma, tepat di sebelah barat jalan banner itu terpasang.

Banner tersebut berwarna putih dengan kombinasi tulisan berwarna biru. Pada banner tertulis jelas dengan menggunakan bahasa Osing ”Ayok Kabeh Podo Peduli Nang Umah Baen”. Bila mendekat, ternyata asal muasal banner imbauan tersebut berasal dari Pasukan Keamanan/PAM Lebaran dan sebuah perusahaan asuransi BUMN.

Di sini, saya tidak membahas dari mana banner tersebut dan siapa yang memasangnya. Yang perlu dibahas adalah isi pesan dari banner tersebut. Sangat terlihat jelas dengan bahasa Osing, yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah ”Mari semua peduli di rumah saja”. Pesan yang sangat tepat dalam kondisi saat ini yang masih dilanda pandemi.

Peduli adalah sikap dasar untuk menolong sekitar. Peduli adalah sikap simpati dan empati kita terhadap permasalahan yang terjadi. Dalam masa pandemi ini, kepedulian kita sebagai manusia tengah diuji. Meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang Lebaran berpotensi memicu adanya klaster penularan baru, terlebih semua aktivitas dilakukan dengan mengabaikan protokol kesehatan. Kondisi ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Sebab, pandemi masih belum berlalu dari negeri ini. Hal ini bila dibiarkan, program vaksinasi yang sudah berjalan selama ini akan percuma begitu saja.

Baca Juga :  Beban Pikiran Menjelang SBMPTN

 

Berkaca dari India

Lautan manusia yang berjubel di pusat-pusat perbelanjaan yang terjadi selama ini harus menjadi perhatian. Terlebih saat ini tengah terjadi gelombang ”tsunami” korona di India dan sejumlah negara lain serta kemampuan dari mutasi virus korona yang sangat mematikan. Mengutip dari berbagai media, Ibu kota India, New Delhi mencatatkan jumlah kematian tertinggi terkait Covid-19 dengan 448 kasus dalam 24 jam.

Per tanggal 3 kemarin, total kematian akumulatif di kota tersebut sebanyak 17.414 kasus. Di hari yang sama, Delhi memiliki 18.043 kasus infeksi baru, sehingga total ada 1.212.989 kasus infeksi sampai hari ini dan berpotensi bisa terus bertambah. Acara keagamaan dituding menjadi biang keladi tsunami Covid-19 di negara India. Selain India, sejumlah negara lain juga mengalami kenaikan kasus yang sangat signifikan seperti Filipina, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Apakah negara kita akan sama seperti negara India dan negara lainnya? Melihat mobilitas arus mudik terus terjadi sebelum larangan mudik diberlakukan, melihat berjubelnya masyarakat di pusat perbelanjaan, juga abai masyarakatnya terhadap protokol kesehatan. Tentu hal itu tidak boleh terjadi, pemerintah harus konsisten untuk benar-benar melarang adanya arus mudik di tanggal yang sudah ditentukan.

Pusat perbelanjaan juga harus mewajibkan para pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan, serta membatasi pengunjung yang masuk. Terpenting adalah kesadaran diri dari masyarakat sendiri untuk bisa mengendalikan ego dan patuh terhadap protokol kesehatan.

 

Kesadaran Masyarakat

Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan menjadi salah satu penyebab sulitnya memutus mata rantai penularan Covid-19. Juga, masih tingginya sikap apatis masyarakat terhadap bahaya dan pencegahan Covid-19, yaitu rasa tidak percaya bahwa Covid-19 benar-benar ada, dan rasa yakin bahwa dirinya tidak akan bisa tertular Covid-19. Serta sikap kurang peduli masyarakat atas imbauan dari pemerintah seperti di rumah saja, hindari kerumunan, selalu menggunakan masker saat keluar rumah, dan seterusnya.

Baca Juga :  Peran Lagu Wajib Nasional untuk Meningkatkan Nasionalisme

Melihat ”bandelnya” mobilitas masyarakat dalam berbelanja untuk kebutuhan Lebaran dan arus mudik yang masih terjadi, guna mencegah terjadinya persebaran virus Covid-19 kembali naik seperti di negara lain, maka tidak salah bila di Banyuwangi pihak berwenang turut serta memberikan edukasi sekaligus sosialisasi kepada masyarakat. Tulisan ayok kabeh podo peduli, nang umah baen, memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kita harus saling bekerja sama, bergotong royong, untuk peduli kepada sekitar, untuk tidak ke mana-mana atau di rumah saja.

Bentuk sosialisasi atau edukasi kepada masyarakat tidak harus kaku. Selain lewat tulisan, juga bisa melalui lagu, atau semacam video singkat. Seperti video parodi jangan mudik yang sempat viral beberapa bulan lalu. Yang penting sosialisasi atau edukasi tersebut bisa dimengerti dan diterima masyarakat.

Semoga, melalui sosialisasi yang masif dilakukan bisa membuat masyarakat sadar terhadap bahaya virus yang mematikan ini. Kuncinya dari diri kita sendiri, bila kita sadar diri dan saling peduli, maka persebaran virus akan bisa dikendalikan. Wes tah ayok kabeh podo peduli, ojo nang endi-endi, nang umah baen, myakne ison lan riko podo selamet lan sehat. Aamiin. (*)

 

*) Pegiat di Forum Belajar Membaca, Menulis, dan Berhitung (FBM2B) Banyuwangi.

JUDUL di atas sengaja saya ambil dari sebuah banner berisi imbauan. Yang terpasang di sudut sebelah timur dekat sekolah SMAN Giri, Banyuwangi. Banner dengan ukuran panjang 5 meter x 1 meter tersebut terbentang dan diikat pada sebuah pohon dan tiang besi yang saling berdiri sejajar. Bisa saja banner tersebut sudah terpasang banyak di lain tempat.

Pengendara yang melintasi Jalan HOS Cokroaminoto dari arah timur sambil melihat tetenger (landmark) Tugu Sepeda, akan ”tergoda” untuk melihat pula banner imbauan tersebut. Atau dari Jalan HOS Cokroaminoto belok ke arah Jalan Wijaya Kusuma, tepat di sebelah barat jalan banner itu terpasang.

Banner tersebut berwarna putih dengan kombinasi tulisan berwarna biru. Pada banner tertulis jelas dengan menggunakan bahasa Osing ”Ayok Kabeh Podo Peduli Nang Umah Baen”. Bila mendekat, ternyata asal muasal banner imbauan tersebut berasal dari Pasukan Keamanan/PAM Lebaran dan sebuah perusahaan asuransi BUMN.

Di sini, saya tidak membahas dari mana banner tersebut dan siapa yang memasangnya. Yang perlu dibahas adalah isi pesan dari banner tersebut. Sangat terlihat jelas dengan bahasa Osing, yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah ”Mari semua peduli di rumah saja”. Pesan yang sangat tepat dalam kondisi saat ini yang masih dilanda pandemi.

Peduli adalah sikap dasar untuk menolong sekitar. Peduli adalah sikap simpati dan empati kita terhadap permasalahan yang terjadi. Dalam masa pandemi ini, kepedulian kita sebagai manusia tengah diuji. Meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang Lebaran berpotensi memicu adanya klaster penularan baru, terlebih semua aktivitas dilakukan dengan mengabaikan protokol kesehatan. Kondisi ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Sebab, pandemi masih belum berlalu dari negeri ini. Hal ini bila dibiarkan, program vaksinasi yang sudah berjalan selama ini akan percuma begitu saja.

Baca Juga :  Apa Sebenarnya yang Memantik Sikap Berlebihan

 

Berkaca dari India

Lautan manusia yang berjubel di pusat-pusat perbelanjaan yang terjadi selama ini harus menjadi perhatian. Terlebih saat ini tengah terjadi gelombang ”tsunami” korona di India dan sejumlah negara lain serta kemampuan dari mutasi virus korona yang sangat mematikan. Mengutip dari berbagai media, Ibu kota India, New Delhi mencatatkan jumlah kematian tertinggi terkait Covid-19 dengan 448 kasus dalam 24 jam.

Per tanggal 3 kemarin, total kematian akumulatif di kota tersebut sebanyak 17.414 kasus. Di hari yang sama, Delhi memiliki 18.043 kasus infeksi baru, sehingga total ada 1.212.989 kasus infeksi sampai hari ini dan berpotensi bisa terus bertambah. Acara keagamaan dituding menjadi biang keladi tsunami Covid-19 di negara India. Selain India, sejumlah negara lain juga mengalami kenaikan kasus yang sangat signifikan seperti Filipina, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Apakah negara kita akan sama seperti negara India dan negara lainnya? Melihat mobilitas arus mudik terus terjadi sebelum larangan mudik diberlakukan, melihat berjubelnya masyarakat di pusat perbelanjaan, juga abai masyarakatnya terhadap protokol kesehatan. Tentu hal itu tidak boleh terjadi, pemerintah harus konsisten untuk benar-benar melarang adanya arus mudik di tanggal yang sudah ditentukan.

Pusat perbelanjaan juga harus mewajibkan para pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan, serta membatasi pengunjung yang masuk. Terpenting adalah kesadaran diri dari masyarakat sendiri untuk bisa mengendalikan ego dan patuh terhadap protokol kesehatan.

 

Kesadaran Masyarakat

Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan menjadi salah satu penyebab sulitnya memutus mata rantai penularan Covid-19. Juga, masih tingginya sikap apatis masyarakat terhadap bahaya dan pencegahan Covid-19, yaitu rasa tidak percaya bahwa Covid-19 benar-benar ada, dan rasa yakin bahwa dirinya tidak akan bisa tertular Covid-19. Serta sikap kurang peduli masyarakat atas imbauan dari pemerintah seperti di rumah saja, hindari kerumunan, selalu menggunakan masker saat keluar rumah, dan seterusnya.

Baca Juga :  Perekonomian Banyuwangi Era Covid-19

Melihat ”bandelnya” mobilitas masyarakat dalam berbelanja untuk kebutuhan Lebaran dan arus mudik yang masih terjadi, guna mencegah terjadinya persebaran virus Covid-19 kembali naik seperti di negara lain, maka tidak salah bila di Banyuwangi pihak berwenang turut serta memberikan edukasi sekaligus sosialisasi kepada masyarakat. Tulisan ayok kabeh podo peduli, nang umah baen, memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa kita harus saling bekerja sama, bergotong royong, untuk peduli kepada sekitar, untuk tidak ke mana-mana atau di rumah saja.

Bentuk sosialisasi atau edukasi kepada masyarakat tidak harus kaku. Selain lewat tulisan, juga bisa melalui lagu, atau semacam video singkat. Seperti video parodi jangan mudik yang sempat viral beberapa bulan lalu. Yang penting sosialisasi atau edukasi tersebut bisa dimengerti dan diterima masyarakat.

Semoga, melalui sosialisasi yang masif dilakukan bisa membuat masyarakat sadar terhadap bahaya virus yang mematikan ini. Kuncinya dari diri kita sendiri, bila kita sadar diri dan saling peduli, maka persebaran virus akan bisa dikendalikan. Wes tah ayok kabeh podo peduli, ojo nang endi-endi, nang umah baen, myakne ison lan riko podo selamet lan sehat. Aamiin. (*)

 

*) Pegiat di Forum Belajar Membaca, Menulis, dan Berhitung (FBM2B) Banyuwangi.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/