BANYUWANGI- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan membuka sejumlah pelayanan kesehatan untuk anak demi mengurangi angka stunting meliputi pelayanan poliklinik anak dan poliklinik gizi. Dokter spesialis anak di RSUD Blambangan, dr. Kasih Widhi Astuti, Sp.A. MBiomed mengatakan fasilitas pelayanan kesehatan yang komprehensif tersebut bisa membantu masyarakat dalam mengatasi persoalan stunting pada anak di Kota Banyuwangi.
“ RSUD Blambangan mempunyai fasilitas yang bisa membantu masyarakat untuk deteksi dini dan pencegahan stunting serta gangguan tumbuh kembang,” jelasnya. Adapun bentuk pelayanan yang dilakukan oleh RSUD Blambangan meliputi pemeriksaan antropometri, pemeriksaan laboratorium pendukung dan skrining gangguan tumbuh kembang.
“Kami melakukan pemeriksaan antropometri meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas untuk menentukan gizi buruk ataupun stunting. Kami juga melakukan pemeriksaan laboratorium pendukung jika terindikasi adanya penyakit penyerta sebagai penyebab gizi buruk ataupun stunting. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan tumbuh kembang apakah terdapat gangguan atau tidak,” paparnya.
Stunting sendiri adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat nutrisi yang buruk, infeksi yang berulang disertai dengan stimulasi psikososial yang tidak adekuat. Stunting terutama yang terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan jangka panjang seperti tingkat kecerdasan dan mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia secara umum. Menurut dr. Kasih Widhi Astuti, Sp.A, MBiomed stunting ditandai PB/U atau TB/U dibawah -2 SD berdasarkan WHO Growth Standard 2006 karena adanya gangguan nutrisi dan atau masalah kesehatan lainnya sehingga anak tersebut tidak bisa mencapai pertumbuhan linier yang normal,” jelas dr.Widhi.
RSUD Blambangan bekerja sama dengan puskesmas dan posyandu yang dibantu oleh kader mendeteksi dini adanya stunting dan kemudian dirujuk ke RSUD Blambangan.
Pelayanan poli anak juga memberikan pelayanan untuk kasus stunting dan gizi buruk. Dalam mengatasi persoalan gizi buruk, petugas poli akan melakukan assesment untuk mengetahui status gizi buruk. “Lalu melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan terkait, dan penunjang lainnya, sehingga kita dapat mengidentifikasi faktor risiko terjadinya gizi buruk dan stunting,” katanya.
Dr.Widhi menyebutkan bahwa pihaknya akan melakukan intervensi untuk menangani pasien tersebut. Intervensi berupa pemberian pelayanan nutrisi dan medis. “ Tata laksana medis dilakukan apabila ditemukan penyakit penyerta sebagai faktor risiko terjadinya gizi buruk dan stunting dan diberikan asuhan nutrisi pediatrik agar dapat diketahui masalah dan tata laksana nutrisi yang tepat,” imbuhnya.
Direktur RSUD Blambangan (dr. H. Widji Lestariono, M.MKes) menambahkan bahwa selain fokus dalam aspek penanganan kasus stunting, RSUD Blambangan juga menaruh perhatian pada upaya pencegahan. Salah satunya dengan mengoptimalkan pemeriksaan dan penanganan kehamilan / persalinan, mengembangkan penanganan penyakit pada balita dan remaja. Upaya ini bertujuan agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. “Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih”, tutur dr Rio.(*)