BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Permasalahan bayi yang mengalami kekurangan gizi menjadi perhatian serius jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi. Berbagai upaya terus dilakukan agar bayi usia di bawah dua tahun (baduta) yang mengalami gangguan gizi bisa terpantau dan mendapat penanganan. Salah satunya melalui program Rumah Pemulihan Gizi (RPG).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Amir Hidayat mengatakan, pelaksanaan RPG tersebut bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Banyuwangi. Program itu juga di-support pemerintah desa dan dilakukan secara mandiri.
RPG tersebut berisi kader yang telah direkrut dan dilatih agar mampu membantu penanganan balita yang berisiko mengalami permasalahan gizi. ”Karena sudah diketahui bahwa pemkab telah menganggarkan dana sebesar Rp 7 miliar untuk penanganan permasalahan gizi pada balita, tengkes (stunting), dan ibu hamil risiko tinggi (bumilristi). Maka, kami maksimalkan juga melalui program RPG tersebut, terutama dengan pangan berbasis lokal,” ujarnya.
Menurut Amir, program RPG tersebut masih termasuk fasilitas baru untuk membantu penanganan permasalahan gizi pada masyarakat. Pihaknya terus berusaha agar RPG bisa berjalan baik sehingga mampu menekan kasus tengkes di Banyuwangi. ”Kami terus merekrut kader baru yang ada di desa dan dusun di Banyuwangi agar mencapai tahap maksimal,” tuturnya.
Amir menambahkan, tujuan program pemulihan gizi untuk seluruh bayi, baduta, hingga anak usia bawah lima tahun (balita) di Banyuwangi tersebut dilembagakan agar pemerintah daerah bisa melakukan pemantauan lebih tersusun. ”Sehingga, pelaporan bisa menjadi sistematik, pantauan terus berlangsung, dan menghasilkan solusi yang efektif,” tandasnya. (tar/sgt/c1)