Bencana banjir bandang di Desa Alasmalang tidak terlepas dari sejumlah sosok tangguh yang selalu hadir di tengah penanganan bencana. Salah satunya, Eka Muharam yang tak pernah tidur nyenyak dan jarang pulang ke rumah.
Bahan kebutuhan pokok menumpuk di posko tanggap darurat bencana yang berada di Balai Desa Alasmalang. Jumlahnya tak terhitung. Sejumlah relawan dengan mengenakan kaus berwarna oranye juga terlihat sibuk. Ada yang menyortir pakaian bekas, ada yang mendata bantuan, ada juga yang mengemas bahan kebutuhan pokok ke dalam kresek plastik. Semuanya serba sibuk. Nyaris tidak ada satu pun yang menganggur.
Tak kalah sibuknya dengan para relawan adalah Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharam Suryadi. Lelaki berusia 55 tahun tersebut nyaris tak bisa bernapas lega. Selalu ada saja yang datang menghampirinya. Mulai dari sebatas koordinasi, hingga melayani wawancara para wartawan yang melakukan peliputan.
Sosoknya tak bisa lepas dari hiruk pikuk penanganan bencana banjir di Desa Alasmalang. Perannya cukup sentral. Meski hanya sebagai Sekretaris Tim Posko Tanggap Darurat yang berada di bawah komando Ketua Tim Posko Tanggap Darurat Letkol (inf) Ruli Nuryanto yang juga Komandan Kodim 0825 Banyuwangi.
Sejak bencana banjir bandang di Desa Alasmalang melanda, lelaki yang tinggal di Kelurahan/Kecamatan Giri ini tak pernah pulang ke rumah. Aktivitasnya tak kenal waktu. Bahkan, nyaris mengganggu kondisi kesehatannya. ”Tensi darah saya sempat naik, tapi sekarang sudah tak lagi. Saya pikirkan yang penting korban bencana banjir bandang terselesaikan,” ungkapnya.
Jika kebanyakan karyawan dan PNS bekerja berdasar waktu masuk pagi dan pulang sore hari. Bagi seluruh staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hal tersebut seolah tak lagi berlaku. Apalagi jika terjadi bencana alam. Jam kerja tak lagi dihiraukan. ”Bagi kami yang ada di BPBD harus siap dan sigap kapan pun. Karena bencana sekecil apa pun kita harus hadir melayani di tengah-tengah masyarakat,” ujar bapak dua anak ini.
Manajemen penanganan bencana harus benar-benar dikoordinasi dengan matang. Tak sembarangan orang mampu melakukan.
Apalagi berkaitan dengan mendata, mengatur, menganalisis, hingga mendistribusikan bantuan dalam jumlah besar. ”Konsep pendistribusian bantuan dalam bencana itu harus adil dan merata,” katanya.
Belum lagi, dia juga harus berkoordinasi dengan seluruh elemen masyarakat dan stakeholder. Pasalnya di lokasi bencana selalu ada lembaga yang ikut bersama-sama mendirikan posko dengan tujuan membantu korban bencana. Semuanya harus menjadi satu pintu berada di bawah komando Ketua Tim Tanggap Darurat. ”Kuncinya harus ikhlas dan berkorban demi kepentingan orang banyak. Apalagi warga yang terdampak bencana sudah dalam kondisi kesulitan dan kesusahan,” jelasnya
Karena tak pernah berhenti dan terus melakukan koordinasi, komunikasi, dan melayani setiap tamu yang datang di posko. Suaranya juga nyaris tenggelam dan tak bisa mengucapkan satu kata pun. ”Ini sudah lumayan bisa didengar, kemarin sudah tak bisa didengarkan karena suara saya hilang,” kenangnya.
Meski kualitas tidurnya tak terjamin dan hanya dua jam setiap malam, dia tak terlalu cemas dan khawatir. Untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap fit, sehat, dan segar, Eka selalu membawa dan mengonsumsi madu dan habatussaudah. ”Istri saya selalu mengingatkan lewat telepon agar selalu menjaga kesehatan,” katanya.
Dengan kondisi mata sebab dan memerah, Eka terus bertahan berada di Posko tanggap darurat bencana banjir bandang di Desa Alasmalang. Karena baginya bisa melayani masyarakat terdampak bencana merupakan pekerjaan mulia. ”Disyukuri, dijalani, dan dinikmati. Semuanya akan terasa ringan dan berkah,” tandasnya sambil terkekeh.