GENTENG – Perjuangan hidup Buhradin, 95, asal Dusun Kaliputih, Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ini benar-benar luar biasa. Di usianya yang hampir mencapai satu abad, masih bekerja keras demi menyambung hidup.
Buhradin setiap hari mengais rezeki dengan menjual gedhek secara keliling. Pekerjaan ini, ditekuni sejak lima tahun lalu. Sebelumnya, kakek ini menjadi buruh serabutan. “Hanya ini yang aku bisa,” terang Buhradin.
Kakek dua anak ini tinggal bersama salah satu anak bersama menantu dengan kedua cucunya. Istrinya tinggal di Jember dan salah satu anaknya lagi bekerja di Bali. “Saya ikut anak, saya setiap hari jualan gedhek,” katanya.
Gedhek yang dijual ini, terang dia, hasil anyamanya sendiri. Untuk membuat dua gedhek dengan ukuran dua meter kali 1,5 meter, dibutuhkan waktu tiga hari. “Setiap hari keliling membawa dua lembar gedhek,” ujarnya seraya menyebut harga gedhek Rp 75 ribu per lembarnya.
Untuk menjual dua lembar gedhek itu, Buradin keliling dengan jalan kaki. Agar tidak terlalu berat, saat keliling gedhek ditaruh di gerobak. “Saya keliling daerah Genteng, Gambiran, dan Sempu,” jelasnya.
Keliling jualan gedhek itu dilakoni mulai pagi hingga sore. Tapi selama puasa, jualan yang dilakukan sendirian ini mulai pagi dan duhur pulang. “Saya mendorong gerobak keliling sendirian,” ungkapnya.
Dengan suara lirih, kakek ini menyampaikan barang dagangannya susah laku karena saat ini sudah jarang yang membutuhkan gedhek. Tapi, ia tetap jualan karena tidak memiliki pekerjaan lain. “Kalau di tengah jalan kelelahan, biasanya bayar ojek untuk mengantar pulang,” ungkapnya. (mg5/abi)