BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Siapa yang tidak mengenal sosok Ki Gamblang Cerito. Pria asli Kota Genteng, Banyuwangi tersebut telah berhasil tampil di beberapa negara dengan membawakan berbagai cerita melalui pewayangan yang ia sampaikan dengan diselingi hasil lukisan yang indah.
Bermula sejak usia lima tahun dirinya mulai memiliki bakat menggambar, hingga tumbuh dewasa keahliannya semakin terasah secara otodidak. Namun, meski memiliki keahlian seni sebagai pelukit, pria yang memiliki nama asli Fathur Rochman itu ternyata memiliki keinginan lain yakni bercita cita sebagai seorang dalang.
Namun, keinginan tersebut tidak serta merta mendapat restu sang ibu. Setelah melalui proses yang cukup panjang di tahun 2008 pria alumni SMPN 1 Genteng tersebut berkesempatan langsung melakukan aksi dalang di kediamannya yang disaksikan oleh orang tua dan sang ibu. Sejak saat itu, pria dari pasangan suami istri yang berprofesi sebagai tukang elektronik dan penjual sate kambing tersebut mulai mendapat dukungan dari orang tua dan keluarga.
”Dulu yang saya ingat orang tua selalu bilang, kalau saya jadi dalang bagaimana masa depan saya. Yang mereka pikirkan, apa nanti saya akan memiliki masa depan yang baik. Tapi setelah tuhan membuka jalan orang tua saya melihat pertunjukan dalang saya pertama kali dengan tamu yang banyak dari situ doa mereka tidak pernah putus,” ujar pria alumni Sekolah Menengah Seni Rupa Jogjakarta itu.
Dalam setiap pertunjukan, Fathur selalu memberikan suguhan luar biasa yang menyita perhatian para tamu undangan. Tidak kaget, saat ini setidaknya banyak undangan acara bahkan permintaan pembuatan wayang yang ia terima baik dari Indonesia dan mancanegara.
”Tahun 2010 saya terpilih mewakili Indonesia untuk dalang tingkat Internasional. Tahun 2011 koleksi wayang saya dibawa ke museum yang berada di Washington DC, dan di tahun 2013 saya diminta oleh pihak museum yang ada di Texas untuk membuatkan delapan tokoh penting yag higga workshop melukis diikuti 40 orang seniman luar negeri,” tuturnya.
Pria tiga orang anak itu mengaku, saat menempuh pendidikan seni rupa dimanfaatkan pula untuk sedikit menimba ilmu pewayangan bahkan, secara otodidak mempelajari dalang. Hal tersebut ia lakukan karena kecintaannya tentang seni pertunjukan wayang kulit.
Kepiawaiannya memainkan wayang, memang sudah tidak diragukan. Fathur pun memiliki misi bukan hanya sekedar melestarikan dan mengembangkan wayang kulit. Menurutnya, saat ini orang yang belum paham dengan wayang jumlahnya lebih banyak dari mengerti kesenian tersebut. Untuk itu, pengembangan dan improvisasi, baik dari cerita lakon maupun karakter harus ada penyesuaian sehingga membuat masyarakat mencintai kesenian daerah Jawa tersebut.
”Selama saya menekuni profesi sebagai dalang, pelukis yang biasa disebut seniman saya tidak pernah merasa saya puas. Saya selalu melihat bagaimana saya menghibur dan menyajikan pertunjukan ini sebaik mungkin hingga pesannya bisa diterima masyarakat. Setelah tampil saya selalu review ulang bersama anak-anak saya. Mereka juga sering mengkritik, saya menerima dengan senang hati,” kata pria yang saat ini berdomisili di Tangerang tersebut.
Pria yang juga ahli memainkan segala jenis musik mulai dari gitar, keyboard, hingga gendang tersebut menyampaikan, bahwa generasi muda harus bisa menciptakan label pada dirinya sendiri. Sehingga bisa menjadi pembeda dan memiliki ciri ketika seseorang mengingatnya.
”Mungkin sebagian orang merasa asing dengan seniman atau kesenian. Tapi dengan menekuni dan tumbuh sebagai dalang saya memiliki identitas dan pembeda. Anak muda sekarang juga semestinya begitu, setidaknya setiap orang yang mengenal harus ada ingatan yang melekat tentang dirinya. Sehingga bisa memberikan kesan pada setiap orang yang mengenal,” tandasnya. (*)