RADAR BANYUWANGI – Usia boleh tua, semangat harus muda. Itulah yang mendorong Kim Tong Syam, pria asal Jakarta, berkeliling Indonesia menggunakan sepeda pancal. Jumat (17/3), pria yang berganti nama Tarmize itu singgah di Banyuwangi.
Berbekal sepeda kayuh dan tekad yang bulat, Kim Tong Syam berkeliling Indonesia. Start dimulai dari tempat tinggalnya di Jakarta. Pria berusia 68 tahun itu mulai menggenjot sepeda ontelnya sejak tahun 2017.
Selama enam tahun berkeliling Indonesia, Kim Tong Syam menjadi seorang mualaf. Namanya pun berganti menjadi Tarmize. Selama singgah di beberapa tempat, bapak empat anak tersebut juga belajar bahasa daerah.
Perjalanan mancal selama enam tahun tidak dilalui dengan mudah. Sejumlah insiden tak mengenakkan kerap dialami di jalan. Namun, berkat kebesaran hati dan kesabaran, Tarmize bisa sampai ke Papua. ”Berawal dari tekad mengelilingi Indonesia, sejumlah tempat sudah saya lalui. Meski di perjalanan banyak menemui insiden, saya tidak putus asa,” ujar Tarmize.
Perjalanan gowes Tarmize diawali dari Jakarta ketika usianya 62 tahun. Sepeda tersebut dia beli dari hasil kerja keras di kapal pesiar. ”Sepeda kayuh saya beli di Thailand. Bekal untuk perjalanan dari tabungan saya selama bertahun-tahun,” katanya.
Tahun 2018, Tarmize mendapatkan insiden yang kurang mengenakkan. Uang sakunya diambil oleh sekumpulan remaja nakal. ”Saya sempat punya niat untuk melaporkan ke aparat penegak hukum. Niat tersebut saya urungkan. Saya tidak ingin memenjarakan remaja tersebut, nanti malah menambah kendala selama perjalanan,” ungkapnya.
Selama perjalanan, Tarmize mampir dari kota satu ke kota lainnya. Dia pun tak malu-malu belajar bahasa daerah di tempat yang disinggahi. Karena sering bertemu dengan warga muslim, Tarmize mendapatkan hidayah masuk Islam. ”Selama perjalanan saya selalu singgah di masjid untuk beribadah,” tuturnya.
Jarak tempuh yang jauh dan lamanya perjalanan, mengharuskan Tarmize mengganti onderdil sepeda yang rusak, terutama ban luar dan dalam. ”Sudah ganti ban dalam 29 kali, sedangkan ban luar 18 kali. Velg juga mengalami kerusakan. Velg aslinya sudah saya jual, sedangkan velg yang diganti merupakan hasil bantuan dari komunitas sepeda,” ungkapnya.
Selama perjalanan, Tarmize banyak bertemu dengan masyarakat Indonesia yang berbeda-beda budaya, bahasa, dan suku. Kata dia, warga yang ditemui cukup baik serta banyak membantu. ”Saya cukup senang dengan masyarakat Indonesia, karena orangnya baik-baik dan ramah,” ujarnya.
Perjalanan keliling Indonesia dilakukan bukan semata untuk ketenaran, melainkan untuk menambah ilmu dan wawasan. ”Saya niat untuk mencari saudara dan belajar. Seberapa jauh perjalanan, tidak pernah saya pikirkan,” pungkasnya. (rio/aif/c1)