SINGOJURUH – Syekh Siti Jenar, waliyullah yang dikenal kontroversial dengan mengajarkan ilmu wahdatul wujud, konon dalam dakwahnya pernah singgah di Bumi Blambangan. Dia tinggal di daerah yang kini dikenal dengan nama Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.
Suasana khas petilasan wali yang tenang dan mendamaikan jiwa, sangat terasa saat menginjakkan kaki ke Lastono Syekh Siti Jenar yang berada di Dusun Krajan Lor, Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh.
Di kompleks itu, ada pohon beringin tua berukuran raksasa yang konon sudah berumur ratusan tahun. Pohon itu menjulang tinggi seakan menyangga langit. Suara serangga hutan, serta aroma bunga tabur makam yang menusuk hidung, menjadi hal yang tak pernah alpa di tempat yang dipercaya sebagai petilasan Syekh Siti Jenar tersebut.
Di tempat itu, dulunya Syekh Siti Jenar bermukim selama tinggal di Banyuwangi sekitar tahun 1468 Masehi. Di tempat itu, Syekh Siti Jenar mengajarkan Islam kepada masyarakat umum. Berawal hanya satu santri, terus bertambah hingga akhirnya cukup banyak. Tidak sedikit dari para santri yang akhirnya mukim di sekitar pesantren itu.
Bukti di tempat itu pernah ada kehidupan, ditemukan dari banyaknya makam kuno yang diduga makam para santri Syekh Siti Jenar. Untuk makam wali yang juga dikenal Syekh Lemah Abang itu, hingga kini belum ada yang bisa memastikan.
Salah satu bukti waliullah ini pernah datang ke Banyuwangi, namanya diabadikan menjadi nama desa, yakni Desa Lemahbang yang berasal dari Siti Jenar yang berarti lemah abang. Desa Lemahbang kini dipecah dua, Desa Lemahbang Kulon di Kecamatan Singojuruh dan Desa Lemahbang Dewo di Kecamatan Rogojampi.
Terlalu banyak misteri yang tersimpan untuk mengungkap kisah dari waliullah yang punya ajaran Manunggaling Kawulo Gusti atau menyatunya kawulo dan Gusti. Kawulo adalah manusia atau hamba Allah, sedangkan Gusti ialah Allah atau Tuhan. ”Ini petilasan Syekh Siti Jenar,” jelas Slamet Mulyono, 53, Juru Pelihara (Jupel) sekaligus Juru Kunci Lastono Petilasan Syekh Siti Jenar di Dusun Krajan Lor, Desa Lemahbang Kulon, kemarin (4/4).
Untuk letak makam Syekh Siti Jenar sebenarnya, banyak versi yang menyebutkan. Ada sejumlah tempat, tapi tak satu pun yang berani memberi garansi kebenaran. ”Belum ada yang bisa memastikan. Ada yang bilang di Cirebon (Jawa Barat), ada yang bilang di Jepara (Jawa Tengah),” ungkapnya.
Di Lastono Syekh Siti Jenar ini, hanya ada batu lempengan warna hitam yang dipercaya dulunya tempat duduk Syekh Siti Jenar. Batu hitam itu kemudian dikubur dan diberi kijing layaknya makam. ”Dulu batunya ditaruh di luar, takut disalahgunakan akhirnya dikubur,” katanya.
Di pusara itu, banyak orang biasa datang untuk berburu berkah dan karamah Syekh Siti Jenar. Yang datang, bukan hanya masyarakat Banyuwangi saja. Warga dari luar kota, tak sedikit yang datang. ”Orang laku itu pertama ke Alas Purwo, lalu ke Rowo Bayu, dan terakhir di sini,” katanya.
Sebagai pelurus, Slamet menyebut mereka yang datang tidak secara langsung meminta kepada Syekh Siti Jenar, tapi tetap kepada Allah SWT. ”Ibaratnya hanya sebagai perantara, mintanya ya tetap kepada Allah SWT,” terangnya.
Lantaran sudah menjadi wisata religi, petilasan tersebut selalu ramai setiap Jumat legi. Pada hari itu, penuh dengan para peziarah yang mencari ketenteraman batin. ”Tempat ini kalau Jumat Legi pasti penuh,” tandasnya.
Slamet menyampaikan, kedatangan Syekh Siti Jenar ke telatah Bumi Blambangan itu tidak hanya untuk menyebarkan agama Islam. Tapi, untuk bertapa dan menenangkan diri. ”Ini cerita yang berkembang, kalau pastinya tidak ada yang tahu. Kalau saya yakin datang ke Banyuwangi untuk syiar Islam,” kata Slamet yang mengaku sudah beberapa kali interaksi dengan Syekh Siti Jenar melalui ritual khusus.
Dari beberapa kali interaksi itu, Syekh Siti Jenar selalu memintanya untuk belajar. Ditanya soal belajar apa yang dimaksud, Slamet menuturkan Syekh Siti Jenar meminta para santri atau pengikutnya untuk belajar soal kasih sayang antarsesama. ”Kalau soal itu (interaksi dengan Syekh Siti Jenar) saya tidak bisa memaksa orang percaya atau tidak. Yang jelas beliau minta agar saya terus belajar kasih sayang,” pungkasnya. (sas/abi)