RADAR BANYUWANGI – Pesawat dengan mesin baling-baling biasa disebut dengan turboprop (turbo propeller). Mayoritas digunakan pada pesawat-pesawat kecil, dengan jangkauan jarak yang lebih pendek.
Sesuai dengan geografis Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak pulau, landasan pacu yang dibutuhkan pun relatif lebih pendek dibanding pesawat turbojet berbadan besar.
Beberapa tahun terakhir, banyak maskapai yang seakan menemukan formula bisnis yang efektif dan efisien dalam persaingan bisnis penerbangan jarak pendek dan menengah. Biaya konsumsi bahan bakar yang rendah dengan jumlah penumpang yang relatif besar dan pasar penumpang yang luas adalah beberapa alasannya.
Pada awal pengembangannya, propeller identik dengan pesawat bermesin piston. Biasanya terdiri dari dua blade (bilah) yang terbuat dari lapisan-lapisan kayu. Hingga kini sebagian pesawat masih menggunakan propeller semacam ini. Di antaranya pesawat-pesawat latih untuk siswa penerbangan, termasuk pesawat perintis seperti Susi Air yang melayani rute penerbangan Banyuwangi–Sumenep.
”Kalau penerbangan dari pulau ke pulau kebanyakan yang digunakan adalah pesawat perintis jenis Cessna C208B Grand Caravan,” ujar Plt Manager of Operasional, Service, & Maintenance Bandara Banyuwangi Prananta Sembiring.
Pesawat Cessna Aircraft Company sendiri merupakan pabrikan asal Kansas, Amerika Serikat. Pesawat ini mengandalkan mesin turboprop tunggal yang menggunakan turbin gas untuk menggerakkan baling-baling yang terletak di bagian depan. Pesawat Cessna ini dapat menampung hingga 12 orang dewasa yang juga dapat digunakan sebagai kargo.
Hingga kini pengembangan propeller semakin maju dengan perubahan karakteristik yang mampu memengaruhi performa mesin dan pesawat secara signifikan. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat dari susunan material hingga rekayasa aerodinamika.
Propeller pesawat terdiri dari dua atau lebih blade yang berpusat pada satu sumbu atau shaft yang dihubungkan ke mesin pesawat. Propeller inilah yang menghasilkan gaya dorong (thrust) pada pesawat untuk mengudara. Jumlah blade berbanding lurus dengan thrust yang dihasilkan. Penambahan jumlah blade akan menambah kekuatan gaya dorong pesawat tersebut.
Berdasar lokasi, pemasangan propeller dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu sebagai tractor dan pusher. Propeller berperan sebagai tractor jika dipasang di depan struktur pendukungnya dan berperan sebagai ”penarik”.Propeller jenis ini adalah yang paling banyak digunakan pada pesawat masa kini.
Apabila propeller diletakkan di belakang mesin atau struktur penopangnya disebut dengan pusher propeller. Propeller jenis ini banyak digunakan pada pesawat-pesawat air dan amfibi. Pada umumnya diletakkan di atas dan posisi belakang sayap, untuk mendapatkan jarak aman (clearance) terhadap ground, guna menghindari foreign object damage (FOD).
Material yang digunakan pun mengikuti tuntutan zaman yang menginginkan tingkat daya tahan yang tinggi. Dahulu material yang digunakan hanyalah bilah-bilah kayu yang di-press dan dilaminasi dan dibentuk airfoil. Sedangkan saat ini, dikembangkan material aluminium alloy dan composite. Dengan karakter material khusus dapat diintegrasikan dengan sistem-sistem lain penunjang keselamatan, seperti ice protection pada blade dan beberapa faktor yang meningkatkan performa pesawat. (ddy/bay/c1)