29.1 C
Banyuwangi
Tuesday, May 30, 2023

Kamar Tidur Presiden Soeharto di Kantor Desa Tapanrejo Masih Utuh

JawaPos.com – Kamar di rumah dinas (rumdin) kepala Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar pernah menjadi tempat singgah Presiden Soeharto. Hingga kini, kondisi kamar itu dibiarkan sama persis seperti saat dikunjungi presiden kedua RI tersebut. Hanya, ada sedikit perbaikan yang dilakukan Tommy Soeharto di awal 2018.

BAGUS RIO ROHMAN, Muncar

”Aku ora dong he (saya tidak paham), la kepriye to (bagaimana sih),” kata-kata Jawa ala Jogjakarta itu, meluncur dari mulut beberapa warga di Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, terutama yang sudah berumur sepuh. Hingga kini, logat itu masih cukup kental. Maklum, warga di desa itu sebagian besar memang masih keturunan dari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Bukan hanya dari bahasa dan logat, sejumlah bangunan rumah joglo ala Jogjakarta, masih banyak ditemui di perkampungan warga yang ada di Desa Tapanrejo. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, kini rumah joglo sudah mulai ditinggal. Warga yang membangun rumah, lebih banyak mengikuti zaman dengan arsitektur modern.   

Kantor Desa Tapanrejo yang berada di tengah wilayah desa, dulunya juga dilengkapi pendapa yang berbentuk joglo ala pendapa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Tapi, kini juga sudah mulai direnovasi dan tidak beda dengan kantor desa lain di daerah Banyuwangi selatan.

Mungkin karena kedekatan itulah, Presiden RI Soeharto yang lahir dan besar di Desa Kemusuk, Godean, Jogjakarta, pernah singgah ke desa itu di tahun 1971. Selama kunjungan ke Desa Tapanrejo itu, penguasa Orde Baru itu pernah bermalam di rumdin kepala desa.

Baca Juga :  Peserta PKK, Cooking Class bersama Chef Hotel Kokoon

Rumdin kepala desa itu, berada di belakang kantor desa. Kamar yang dibuat tidur Soeharto dengan ukuran 2,5 meter kali 2,5 meter, hingga kini masih terawat dengan baik. Tempat tidur, kasur, seprai, dan radio yang pernah dipakai suami Tien Soeharto tersebut juga masih terawat. ”Semua masih asli. Barang-barang yang pernah dipakai Pak Harto juga masih terawat, hanya saja disimpan di rumah warga,” terang Kepala Dusun Krajan, Desa Tapanrejo Wanidiyanto. 

Hingga kini tidak ada yang berani menempati kamar tersebut. Oleh pemerintah desa, sengaja dijaga, dirawat, dan dibuat seperti museum. ”Awalnya tidak ada yang mengetahui kalau Pak Soeharto akan datang,” terang Wanidiyanto yang mengaku tahu saat presiden ke-2 RI itu mengunjungi desanya.

Soeharto tiba ke Desa Tapanrejo di tahun 1971 pada malam hari. Saat datang dan menginap, di desa diadakan pentas seni. Saat Presiden Soeharto datang, yang menjabat Kepala Desa Tapanrejo Suminto, pensiunan TNI AD berpangkat Letnan. ”Yang menunjuk Suminto menjadi kepala desa itu ya Pak Soeharto,” terangnya.

Kunjungan Presiden Soeharto itu, sangat membekas di hati masyarakat. Setelah presiden pulang, jalan di desa diaspal, dam di wilayah itu juga langsung dibangun. ”Untuk mengenang dan wujud rasa hormat, jalan itu kita beri nama Jalan Pelita, sedangkan untuk dam dan jembatan diberi nama Soeharto,” terangnya.

Soeharto tinggal sehari semalam di Desa Tapanrejo. Selama berada di desa itu, Soeharto terlihat sangat sederhana dan merakyat. Bahkan untuk istirahat malam, ia tidur di ranjang sederhana. Rumah yang dibuat tempat tidur itu, sebelumnya merupakan tempat lumbung desa. ”Setelah Pak Suminto tidak menjadi kepala desa, rumah itu tidak ada yang berani menempati,” ungkapnya.

Baca Juga :  Dalang Wayang Selamat Setelah Memanjat Pohon Kelapa

Kedatangan Presiden Soeharto ke Desa Tapanrejo, sebenarnya mengemban dua misi, yakni mencegah gerakan G-30-S/PKI dan meninjau hasil pertanian di Desa Tapanrejo. ”Dua misi itu diketahui setelah Soeharto mengadakan pergelaran seni dan pergi ke lahan pertanian milik warga,” terangnya.

Kala itu, berembus kabar jika banyak penduduk Desa Tapanrejo yang ikut gerakan tersebut. Untuk mencegah itu, Soeharto mengadakan pergelaran seni di pagi harinya. ”Pergelaran seni itu mendadak diadakan sejak pagi hingga siang hari, itu untuk mencegah G-30-S/PKI,” tuturnya.

Dengan kepandaian Soeharto, warga langsung tertarik dan melihat pergelaran seni yang diadakan. Setelah itu, Soeharto mengajak warga untuk melihat hasil pertanian. ”Soeharto termasuk pandai dalam mensiasati G-30-S/PKI, dengan beberapa agenda yang diadakan, sehingga melupakan G-30-S/PKI,” ungkapnya.

Rumah dan kamar tempat beristirahatnya Presiden Soeharto itu, kini telah diperbaiki. Perbaikan itu dilakukan oleh salah satu putra Soeharto, Tomy Soeharto, ketika berkunjung ke desa tersebut di awal tahun 2018. ”Ada yang diperbaiki, tapi tidak semua,” ujar Kasi Umum Pemerintah Desa Tapanrejo Slamet.

Hanya atap atau plafon dan lantai saja yang direnovasi. Sedangkan tempat tidur dan peralatan lainnya, sengaja dipertahankan. ”Perubahan lainnya juga diberi lukisan Soeharto sebagai penanda kalau tempat tersebut pernah disinggahi oleh Soeharto,” katanya. (abi)

JawaPos.com – Kamar di rumah dinas (rumdin) kepala Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar pernah menjadi tempat singgah Presiden Soeharto. Hingga kini, kondisi kamar itu dibiarkan sama persis seperti saat dikunjungi presiden kedua RI tersebut. Hanya, ada sedikit perbaikan yang dilakukan Tommy Soeharto di awal 2018.

BAGUS RIO ROHMAN, Muncar

”Aku ora dong he (saya tidak paham), la kepriye to (bagaimana sih),” kata-kata Jawa ala Jogjakarta itu, meluncur dari mulut beberapa warga di Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, terutama yang sudah berumur sepuh. Hingga kini, logat itu masih cukup kental. Maklum, warga di desa itu sebagian besar memang masih keturunan dari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Bukan hanya dari bahasa dan logat, sejumlah bangunan rumah joglo ala Jogjakarta, masih banyak ditemui di perkampungan warga yang ada di Desa Tapanrejo. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, kini rumah joglo sudah mulai ditinggal. Warga yang membangun rumah, lebih banyak mengikuti zaman dengan arsitektur modern.   

Kantor Desa Tapanrejo yang berada di tengah wilayah desa, dulunya juga dilengkapi pendapa yang berbentuk joglo ala pendapa Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Tapi, kini juga sudah mulai direnovasi dan tidak beda dengan kantor desa lain di daerah Banyuwangi selatan.

Mungkin karena kedekatan itulah, Presiden RI Soeharto yang lahir dan besar di Desa Kemusuk, Godean, Jogjakarta, pernah singgah ke desa itu di tahun 1971. Selama kunjungan ke Desa Tapanrejo itu, penguasa Orde Baru itu pernah bermalam di rumdin kepala desa.

Baca Juga :  Waspadai Penimbunan Minyak Goreng

Rumdin kepala desa itu, berada di belakang kantor desa. Kamar yang dibuat tidur Soeharto dengan ukuran 2,5 meter kali 2,5 meter, hingga kini masih terawat dengan baik. Tempat tidur, kasur, seprai, dan radio yang pernah dipakai suami Tien Soeharto tersebut juga masih terawat. ”Semua masih asli. Barang-barang yang pernah dipakai Pak Harto juga masih terawat, hanya saja disimpan di rumah warga,” terang Kepala Dusun Krajan, Desa Tapanrejo Wanidiyanto. 

Hingga kini tidak ada yang berani menempati kamar tersebut. Oleh pemerintah desa, sengaja dijaga, dirawat, dan dibuat seperti museum. ”Awalnya tidak ada yang mengetahui kalau Pak Soeharto akan datang,” terang Wanidiyanto yang mengaku tahu saat presiden ke-2 RI itu mengunjungi desanya.

Soeharto tiba ke Desa Tapanrejo di tahun 1971 pada malam hari. Saat datang dan menginap, di desa diadakan pentas seni. Saat Presiden Soeharto datang, yang menjabat Kepala Desa Tapanrejo Suminto, pensiunan TNI AD berpangkat Letnan. ”Yang menunjuk Suminto menjadi kepala desa itu ya Pak Soeharto,” terangnya.

Kunjungan Presiden Soeharto itu, sangat membekas di hati masyarakat. Setelah presiden pulang, jalan di desa diaspal, dam di wilayah itu juga langsung dibangun. ”Untuk mengenang dan wujud rasa hormat, jalan itu kita beri nama Jalan Pelita, sedangkan untuk dam dan jembatan diberi nama Soeharto,” terangnya.

Soeharto tinggal sehari semalam di Desa Tapanrejo. Selama berada di desa itu, Soeharto terlihat sangat sederhana dan merakyat. Bahkan untuk istirahat malam, ia tidur di ranjang sederhana. Rumah yang dibuat tempat tidur itu, sebelumnya merupakan tempat lumbung desa. ”Setelah Pak Suminto tidak menjadi kepala desa, rumah itu tidak ada yang berani menempati,” ungkapnya.

Baca Juga :  Dirawat Kakak Kandung, Ingin Bahagiakan Keluarga

Kedatangan Presiden Soeharto ke Desa Tapanrejo, sebenarnya mengemban dua misi, yakni mencegah gerakan G-30-S/PKI dan meninjau hasil pertanian di Desa Tapanrejo. ”Dua misi itu diketahui setelah Soeharto mengadakan pergelaran seni dan pergi ke lahan pertanian milik warga,” terangnya.

Kala itu, berembus kabar jika banyak penduduk Desa Tapanrejo yang ikut gerakan tersebut. Untuk mencegah itu, Soeharto mengadakan pergelaran seni di pagi harinya. ”Pergelaran seni itu mendadak diadakan sejak pagi hingga siang hari, itu untuk mencegah G-30-S/PKI,” tuturnya.

Dengan kepandaian Soeharto, warga langsung tertarik dan melihat pergelaran seni yang diadakan. Setelah itu, Soeharto mengajak warga untuk melihat hasil pertanian. ”Soeharto termasuk pandai dalam mensiasati G-30-S/PKI, dengan beberapa agenda yang diadakan, sehingga melupakan G-30-S/PKI,” ungkapnya.

Rumah dan kamar tempat beristirahatnya Presiden Soeharto itu, kini telah diperbaiki. Perbaikan itu dilakukan oleh salah satu putra Soeharto, Tomy Soeharto, ketika berkunjung ke desa tersebut di awal tahun 2018. ”Ada yang diperbaiki, tapi tidak semua,” ujar Kasi Umum Pemerintah Desa Tapanrejo Slamet.

Hanya atap atau plafon dan lantai saja yang direnovasi. Sedangkan tempat tidur dan peralatan lainnya, sengaja dipertahankan. ”Perubahan lainnya juga diberi lukisan Soeharto sebagai penanda kalau tempat tersebut pernah disinggahi oleh Soeharto,” katanya. (abi)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/