RADAR BANYUWANGI – Dua bulan lalu, Banyuwangi mengalami krisis Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA). Gara-garanya, TPSA di Wongsorejo ditolak oleh segelintir warga setempat. Selama dua pekan, sampah dibiarkan menumpuk di rumah warga dan sejumlah TPS.
Tenaga pengangkut sampah (pendorong gerobak dan sopir dump truck) ikut menganggur. Mereka tak bisa bekerja lantaran tidak ada tempat untuk menampung sampah dalam skala besar. Banyuwangi pun mengalami darurat sampah.
Krisis sampah tersebut mengundang perhatian Michael Edy Hariyanto. Wakil Ketua DPRD Banyuwangi yang berlatar belakang pengusaha pupuk organik dan pengelola tempat wisata AIL ini bergerak cepat. Dia langsung menghubungi Sekkab Mujiono dan Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Dwi Handayani.
Di hadapan dua pejabat pemkab tersebut, Michael yang juga Ketua DPC Partai Demokrat Banyuwangi menawarkan diri agar lahan bekas galian C seluas 15 hektare di Desa Karangbendo, Rogojampi, bisa dipakai untuk TPSA sementara.
Bak gayung bersambut, tawaran tersebut diamini pemkab. ”Pagi ditinjau, besoknya langsung dipakai untuk membuang sampah. Dalam sehari, puluhan dump truck pengangkut sampah dari berbagai kecamatan di Banyuwangi menumpahkan sampah di lahan tersebut,” kata Michael.
Dia menyebut, jauh sebelumnya lahan seluas 15 hektare yang kini dipakai TPSA itu sudah direklamasi. Dari hasil reklamasi, sebagian lahan sudah bisa ditanami pisang, jagung, dan tanaman pertanian lainnya. ”Banjir yang kerap terjadi di Desa Badean juga bisa diminimalisasi karena ada kubangan besar di area bekas galian C,” kata dia.
Keberadaan TPSA Karangbendo juga menjadi berkah bagi pemulung. Tiap hari ada 35 sampai 50 pemulung yang menggantungkan hidup dari mengais sampah. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang bisa membeli sepeda motor dari hasil memilah sampah plastik.
Michael memiliki obsesi agar Pemkab Banyuwangi bisa memiliki mesin pengolah sampah sendiri. Dari hasil pengolahan tersebut, nantinya bisa menghasilkan bahan baku semen, pupuk organik, dan bahan campuran batu bara untuk pembangkit listrik. ”Sampah tidak boleh menginap, sehari langsung diangkut menuju TPSA dan diolah menggunakan mesin,” harapnya. (aif/c1)