RADAR BANYUWANGI – Sempat terjerembap imbas pandemi Covid-19, investasi di Banyuwangi mulai berangsur naik. Bukan ujug-ujug. Beragam kemudahan hingga insentif yang diberikan pada akhirnya mampu menjadi daya tarik investor untuk menanamkan modal di kabupaten the Sunrise of Java.
Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Banyuwangi, pada tahun 2021 investasi di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ”hanya” sebesar Rp 1,2 triliun. Namun, pada 2022 investa di Banyuwangi naik dua kali lipat lebih, yakni mencapai Rp 2,9 triliun.
Tren tersebut diprediksi berlanjut pada tahun 2023. Pada awal tahun ini saja sudah ada beberapa calon investor yang menyatakan siap menanamkan investasi di Banyuwangi.
Para investor tersebut, tertarik dengan insentif yang didapat ketika berinvestasi di Banyuwangi. Bukan hanya itu, mereka juga tertarik dengan layanan yang diberikan oleh DPM-PTSP Banyuwangi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DPM-PTSP Banyuwangi Partana mengakui investasi di Banyuwangi sempat mengalami penurunan saat pandemi Covid-19. ”Hal itu bukan hanya dialami Banyuwangi, melainkan juga dialami oleh hampir seluruh dunia,” ujarnya.
Partana menyatakan, pemkab berupaya memberikan kemudahan pelayanan perizinan. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi para investor. Bahkan, pemkab juga memberikan insentif berupa pendampingan bagi para investor. ”Setiap ada investor masuk kami lakukan pendampingan. Bahkan, kami juga melakukan pemantauan ketika usaha sudah berjalan,” katanya.
Partana menambahkan, segala pengurusan juga dilakukan melalui sistem digital. Sehingga, semua pengurusan tersistem, mudah, dan cepat. ”Dengan kemudahan ini, kami menargetkan tahun 2023 para investor juga terus masuk. Sehingga, perekonomian di Banyuwangi semakin meningkat,” tegasnya. (rio/sgt/c1)