LICIN, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Sebanyak 99 peserta program Jagoan Bisnis, Senin (11/7) berkumpul di Jiwa Jawa Resort, Licin. Para peserta milenial itu kembali dibekali materi secara langsung agar semakin siap untuk menjalanankan rencana bisnis mereka ke depan.
Selama pandemi, para peserta program yang digagas Pemkab Banyuwangi itu lebih banyak menghabiskan waktu dengan mendapatkan pelatihan secara online. Setelah kasus Covid-19 mulai melandai, mereka mulai menjalani program inkubasi yang dikombinasi dengan pemberian materi secara offline.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Banyuwangi Abdul Azis Hamidi melalui Kabid Pemuda Teddy Radiansyah mengatakan, tahapan program Jagoan Bisnis untuk para calon pengusaha muda itu berlangsung selama tiga bulan. Mulai dari pendaftaran yang didampingi langsung para fasilitator, tahap seleksi, hingga workshop.
Teddy menambahkan, ide bisnis para peserta tidak dibatasi. Semua ide di luar bidang pertanian bisa diakomodasi di program Jagoan Bisnis. ”Ada banyak macam, mulai kafe, layanan konsultasi pernikahan, sampai jasa pengolahan sampah. Kita harapkan dari ide tersebut nanti bisa berkembang menjadi rintisan bisnis,” ujarnya.
Teddy menyebut, 99 perserta yang tergabung dalam 33 tim itu diberi kesempatan selama dua hari untuk bertemu secara fisik (offline) agar memiliki keterikatan satu sama lain. Di sisi lain, hal itu dilakukan untuk membangkitkan semangat para calon pengusaha muda agar semakin berani mengembangkan bisnis mereka. ”Yang mengikuti program ini milenial mulai usia 18–35 tahun,” imbuhnya.
Founder Jagoan Indonesia Dias Satria menjelaskan, pemberian materi di Jiwa Jawa Resort bertujuan untuk memberikan gambaran lebih luas kepada para peserta Jagoan Bisnis. Ada beberapa narasumber yang didapuk memberikan bekal kepada para peserta. Salah satunya owner Jawa Jiwa Sigit Pramono yang memberi materi tentang cara membangun leadership.
Sejumlah pengusaha asal Banyuwangi yang diwakili Ketua Hipmi Banyuwangi Dede Abdul Ghani dan Founder Ais Coffee Asmi Kopi juga ikut membagikan pengalaman dalam berbisnis. ”Jadi, kita ingin memberikan bekal kepada para peserta dengan mengambil sampel case yang ada di Banyuwangi. Termasuk bagaimana mereka memanfaatkan social media sebagai wadah digital marketing,” terang Dias.
Salah satu ilmu yang diajarkan dalam inkubasi bisnis kemarin yakni penggunaan busineess model canvas (BMC) sebagai cara untuk memetakan model bisnis para peserta. Beragam konsep bisnis yang digagas peserta, menurut Dias, bisa dipetakan di sana. Sehingga, para peserta bisa menyiapkan strategi yang tepat sebelum nantinya merealisasikan konsepnya ke tengah pasar.
Pria yang menulis buku Ekonomi Festival itu mengatakan, ekonomi kreatif merupakan level tertinggi penyumbang pertumbuhan ekonomi di Banyuwangi. Karena itu, Dias berharap para peserta bisa memanfaatkan kesempatan dengan maksimal. ”Saya melihat potensi anak muda berkontribusi kepada ekonomi ke Banyuwangi cukup besar. Karena itu, dengan program ini diharapkan semuanya bisa menyerap sehingga konsep ekonomi yang dibawa berjalan dengan maksimal,” tandasnya. (fre/afi/c1)