23.7 C
Banyuwangi
Tuesday, March 28, 2023

Temuan dan Rekomendasi Ekspedisi Susur Sungai Kalilo

Revitalisasi Sungai Harus Diimbangi Partisipasi Masyarakat

BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Revitalisasi jangka panjang menjadi solusi untuk mengubah wajah Kalilo. Berangkat dari ekspedisi Susuka yang melibatkan kru Jawa Pos Radar Banyuwangi, Dinas PU Pengairan, BPBD, relawan, dan masyarakat, telah menancapkan konsep pembangunan sungai yang lebih modern dan beradab.

Banyak temuan menarik yang harus ditindaklanjuti pemerintah untuk menata Kalilo lebih menarik. Persoalan di sepanjang Kalilo sungguh kompleks. Mulai tebalnya sedimentasi, permukiman penduduk yang mepet sungai, kerusakan tangkis, kebiasaan buruk membuang sampah/limbah domestik  ke sungai, hingga masih banyaknya mata air di bibir sungai.

Soal kerusakan infrastruktur, pemerintah sudah berusaha turun tangan dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Namun, yang perlu mendapat perhatian adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat ikut menjaga dan merawat sungai. Selain itu, masih ditemukannya sejumlah bangunan yang melanggar aturan.

(Ramada Kusuma/RadarBanyuwangi.id)

Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi Guntur Priambodo mengatakan, wajah sungai menjadi gambaran peradaban sebuah kota. Dengan kondisi seperti sekarang, Kalilo belum merepresentasikan kemajuan peradaban Banyuwangi. Guntur bertekad mengubah wajah sungai yang membelah kota Banyuwangi itu menjadi lebih multifungsi.

Aliran sungai sepanjang 200 meter dari Jembatan Loh Kanti hingga Jembatan Toko Bagus bisa dijadikan percontohan mengubah wajah Kalilo lebih cantik. Ada anjungan yang bisa difungsikan untuk jogging track di sisi kanan-kiri sungai, lampu penerang, cek dam, dan  tangkis yang kokoh, membuat aliran sungai Kalilo  menjadi pembeda dengan sungai lainnya.

Ke depan, Guntur berencana akan melakukan perubahan besar-besaran dengan Kalilo. Diawali dengan pengangkatan sedimen tanah dan lumpur yang terjadi hampir sepanjang aliran sungai. Sedimen mengakibatkan sungai menjadi dangkal dan sempit. ”Normalisasi akan mengembalikan fungsi sungai sebagai pengalir air dari hulu ke hilir,’’ kata Guntur.

Untuk mengubah wajah Kalilo tentunya bukan hanya menjadi tugas pemerintah. Perlu kerja sama dan keterlibatan masyarakat, terutama yang tinggal di bantaran sungai. Untuk mengeruk sedimen, butuh jalan masuknya kendaraan berat. Tanpa keterlibatan masyarakat, akan kesulitan melakukan normalisasi sungai. “Kita sempat berpikir akan mengggunakan alat berat dengan pelampung, ternyata sulit. Satu-satunya jalan adalah harus mencari jalur evakuasi untuk memasukan alat berat,” kata Guntur.

Baca Juga :  Deretan MCK Bertirai Terpal Berdiri di Pinggir Sungai

Jika normalisasi sungai berjalan lancar, tahap berikutnya adalah meninggikan dan melebarkan tangkis. Lebar tangkis akan ditambah menjadi tiga meter. Bentuknya, mirip dengan yang sudah dibangun di kawasan Lingkungan Lebak, Kelurahan Tukangkayu. “Jika tangkis ditinggikan dan diperlebar, masyarakat bisa menggunakanya sebagai akses jalan. Selain bisa juga untuk pariwisata, secara ketahanan juga lebih kuat,” imbuh Guntur.

Selama ekspedisi Susuka berjalan, Dinas PU Pengairan juga melakukan pendataan kepada warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Selain didata, masyarajat juga mendapatkan sosialisasi terkait  rencana Dinas PU Pengairan yang akan meninggikan dan melebarkan tangkis. Ditambah dengan rencana mengubah rumah warga yang berdiri di pinggiran sungai agar tak memunggungi sungai.

Dengan konsep tersebut, kata Guntur, secara tidak langsung masyarakat ikut menjaga sungai. Dengan demikian, mereka akan melihat langsung kondisi Kalilo setiap hari. ”Kalau ada yang membuang sampah sembarangan, warga yang lain bisa melihatnya. Warga akan ikut menjaga kebersihan sungai,” kata Guntur.

Selain dilebarkan, tangkis akan dibangun dengan berbagai metode menyesuaikan dengan kondisi sungai. Ada yang yang dibangun dengan model trap agar tekanan air tak langsung menghantam bangunan.

Di samping itu, peran instansi lain seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan PU Bina Marga juga diperlukan untuk mengedukasi warga. Harapannya warga tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai. Jika kebiassan buruk ini dibiarkan, ekosistem sungai akan benar-benar rusak. “Kami temukan banyak sekali corong pembuangan limbah ke sungai, dari DLH seharusnya ikut memantau kondisi ini,” tegasnya.

Baca Juga :  Dapat Pujian dari Menparekraf Sandiaga Uno

Permasalahan lain yang cukup mengganggu fungsi Kalilo adalah bangunan-bangunan yang menjorok ke arah sungai. Ada beberapa titik yang paling mencolok. Mulai dari Pengantigan, Singonegaran, hingga Kepatihan. Guntur mengaku siap melakukan langkah tegas agar bangunan yang melanggar tersebut tidak mengganggu fungsi sungai. “Sudah kita siapkan langkahnya. Jika dibiarkan, bangunan tersebut akan mengubah tekanan air. Dampaknya rumah warga atau sudut sungai lainya akan terkena tekanan air yang kuat,” tegasnya.

Jika penataan tuntas, Kalilo bisa difungsikan menjadi destinasi wisata. Salah satunya wisata perahu air yang sudah diujicoba bersama BPBD bersama serta tim Susuka pada hari keempat ekspedisi. Cerita tentang jalur perahu yang dulu sempat ada di Kalilo dari muara ke atas tampaknya bukan isapan jempol.

Terbukti, saat uji coba perahu karet yang diprakarsai BPBD, aliran sungai Kalilo benar-benar layak untuk digunakan sebagai jalur perahu. “Selama ini warga mencari hiburan wisata perahu di tempat jauh. Nantinya, jika Kalilo sudah siap, masyarakat  bisa menikmati asyiknya naik perahu di tengah kota Banyuwangi,” ujarnya.

Sekretaris Dinas PU Pengairan Banyuwangi Riza Al Fahroby menambahkan, ada beberapa langkah teknis di tengah Sungai Kalilo yang sudah dilakukan untuk mengatur tekanan air dan sampah. Untuk mengukur tekanan air dibangun beberapa cek dam. Fungsinya agar tekanan air saat banjir tak terlalu besar.

Sedangkan untuk sampah, ada trash barrier yang juga dipasang untuk menyaring sampah. Salah satunya ada di bawah jembatan dekat kantor eks BPN. Riza menambahkan, upaya pemerintah tidak akan berjalan maksimal jika kesadaran membuang sampah di sungai masih rendah. ”Kita tetap membutuhkan dukungan masyarakat agar Kalilo bisa berfungsi maksimal,’’ kata Riza. (fre/aif)

BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Revitalisasi jangka panjang menjadi solusi untuk mengubah wajah Kalilo. Berangkat dari ekspedisi Susuka yang melibatkan kru Jawa Pos Radar Banyuwangi, Dinas PU Pengairan, BPBD, relawan, dan masyarakat, telah menancapkan konsep pembangunan sungai yang lebih modern dan beradab.

Banyak temuan menarik yang harus ditindaklanjuti pemerintah untuk menata Kalilo lebih menarik. Persoalan di sepanjang Kalilo sungguh kompleks. Mulai tebalnya sedimentasi, permukiman penduduk yang mepet sungai, kerusakan tangkis, kebiasaan buruk membuang sampah/limbah domestik  ke sungai, hingga masih banyaknya mata air di bibir sungai.

Soal kerusakan infrastruktur, pemerintah sudah berusaha turun tangan dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Namun, yang perlu mendapat perhatian adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat ikut menjaga dan merawat sungai. Selain itu, masih ditemukannya sejumlah bangunan yang melanggar aturan.

(Ramada Kusuma/RadarBanyuwangi.id)

Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi Guntur Priambodo mengatakan, wajah sungai menjadi gambaran peradaban sebuah kota. Dengan kondisi seperti sekarang, Kalilo belum merepresentasikan kemajuan peradaban Banyuwangi. Guntur bertekad mengubah wajah sungai yang membelah kota Banyuwangi itu menjadi lebih multifungsi.

Aliran sungai sepanjang 200 meter dari Jembatan Loh Kanti hingga Jembatan Toko Bagus bisa dijadikan percontohan mengubah wajah Kalilo lebih cantik. Ada anjungan yang bisa difungsikan untuk jogging track di sisi kanan-kiri sungai, lampu penerang, cek dam, dan  tangkis yang kokoh, membuat aliran sungai Kalilo  menjadi pembeda dengan sungai lainnya.

Ke depan, Guntur berencana akan melakukan perubahan besar-besaran dengan Kalilo. Diawali dengan pengangkatan sedimen tanah dan lumpur yang terjadi hampir sepanjang aliran sungai. Sedimen mengakibatkan sungai menjadi dangkal dan sempit. ”Normalisasi akan mengembalikan fungsi sungai sebagai pengalir air dari hulu ke hilir,’’ kata Guntur.

Untuk mengubah wajah Kalilo tentunya bukan hanya menjadi tugas pemerintah. Perlu kerja sama dan keterlibatan masyarakat, terutama yang tinggal di bantaran sungai. Untuk mengeruk sedimen, butuh jalan masuknya kendaraan berat. Tanpa keterlibatan masyarakat, akan kesulitan melakukan normalisasi sungai. “Kita sempat berpikir akan mengggunakan alat berat dengan pelampung, ternyata sulit. Satu-satunya jalan adalah harus mencari jalur evakuasi untuk memasukan alat berat,” kata Guntur.

Baca Juga :  Dakon dan Umbul Bening Bersaing Ketat

Jika normalisasi sungai berjalan lancar, tahap berikutnya adalah meninggikan dan melebarkan tangkis. Lebar tangkis akan ditambah menjadi tiga meter. Bentuknya, mirip dengan yang sudah dibangun di kawasan Lingkungan Lebak, Kelurahan Tukangkayu. “Jika tangkis ditinggikan dan diperlebar, masyarakat bisa menggunakanya sebagai akses jalan. Selain bisa juga untuk pariwisata, secara ketahanan juga lebih kuat,” imbuh Guntur.

Selama ekspedisi Susuka berjalan, Dinas PU Pengairan juga melakukan pendataan kepada warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Selain didata, masyarajat juga mendapatkan sosialisasi terkait  rencana Dinas PU Pengairan yang akan meninggikan dan melebarkan tangkis. Ditambah dengan rencana mengubah rumah warga yang berdiri di pinggiran sungai agar tak memunggungi sungai.

Dengan konsep tersebut, kata Guntur, secara tidak langsung masyarakat ikut menjaga sungai. Dengan demikian, mereka akan melihat langsung kondisi Kalilo setiap hari. ”Kalau ada yang membuang sampah sembarangan, warga yang lain bisa melihatnya. Warga akan ikut menjaga kebersihan sungai,” kata Guntur.

Selain dilebarkan, tangkis akan dibangun dengan berbagai metode menyesuaikan dengan kondisi sungai. Ada yang yang dibangun dengan model trap agar tekanan air tak langsung menghantam bangunan.

Di samping itu, peran instansi lain seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan PU Bina Marga juga diperlukan untuk mengedukasi warga. Harapannya warga tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai. Jika kebiassan buruk ini dibiarkan, ekosistem sungai akan benar-benar rusak. “Kami temukan banyak sekali corong pembuangan limbah ke sungai, dari DLH seharusnya ikut memantau kondisi ini,” tegasnya.

Baca Juga :  Punya Banyak Mata Air, Grogol Pemasok Air Bersih

Permasalahan lain yang cukup mengganggu fungsi Kalilo adalah bangunan-bangunan yang menjorok ke arah sungai. Ada beberapa titik yang paling mencolok. Mulai dari Pengantigan, Singonegaran, hingga Kepatihan. Guntur mengaku siap melakukan langkah tegas agar bangunan yang melanggar tersebut tidak mengganggu fungsi sungai. “Sudah kita siapkan langkahnya. Jika dibiarkan, bangunan tersebut akan mengubah tekanan air. Dampaknya rumah warga atau sudut sungai lainya akan terkena tekanan air yang kuat,” tegasnya.

Jika penataan tuntas, Kalilo bisa difungsikan menjadi destinasi wisata. Salah satunya wisata perahu air yang sudah diujicoba bersama BPBD bersama serta tim Susuka pada hari keempat ekspedisi. Cerita tentang jalur perahu yang dulu sempat ada di Kalilo dari muara ke atas tampaknya bukan isapan jempol.

Terbukti, saat uji coba perahu karet yang diprakarsai BPBD, aliran sungai Kalilo benar-benar layak untuk digunakan sebagai jalur perahu. “Selama ini warga mencari hiburan wisata perahu di tempat jauh. Nantinya, jika Kalilo sudah siap, masyarakat  bisa menikmati asyiknya naik perahu di tengah kota Banyuwangi,” ujarnya.

Sekretaris Dinas PU Pengairan Banyuwangi Riza Al Fahroby menambahkan, ada beberapa langkah teknis di tengah Sungai Kalilo yang sudah dilakukan untuk mengatur tekanan air dan sampah. Untuk mengukur tekanan air dibangun beberapa cek dam. Fungsinya agar tekanan air saat banjir tak terlalu besar.

Sedangkan untuk sampah, ada trash barrier yang juga dipasang untuk menyaring sampah. Salah satunya ada di bawah jembatan dekat kantor eks BPN. Riza menambahkan, upaya pemerintah tidak akan berjalan maksimal jika kesadaran membuang sampah di sungai masih rendah. ”Kita tetap membutuhkan dukungan masyarakat agar Kalilo bisa berfungsi maksimal,’’ kata Riza. (fre/aif)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/