BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Pemanfatan sungai menjadi keramba ikan perlu diperhatikan kembali, terutama dalam aspek lokasi pembangunan keramba karena dapat memengaruhi kualitas air sungai itu sendiri. Hal itu yang disampaikan oleh Mega Yuniartutik, dosen perikanan pada Fakultas Pertanian dan Perikanan Untag 1945 Banyuwangi.
Dikatakan Mega, pembangunan keramba ikan lebih berisiko apabila langsung di aliran sungai. Sebab, mampu menyebabkan pencemaran sungai karena kotoran dan pakan ikan. ”Pakannya tidak semua termakan oleh ikan, sisanya dapat larut ke dalam sungai dan berpotensi mencemari apabila seiring waktu jumlahnya juga bertambah,” ujarnya, kemarin (12/3).
Selain itu, jenis ikan yang dibudidayakan tidak bisa sembarangan. Harus menyesuaikan dengan kondisi air yang sesuai dengan jenis ikan. ”Seperti spesies ikan, perlu dilakukan kajian kualitas air dulu. Karena setiap spesies memiliki kualitas air optimum yang berbeda,” imbuh wanita berusia 32 tahun itu.
Faktor lain yang harus diperhatikan, lanjut Mega, adalah model dan jenis budidaya yang akan dipakai. Pertama, budidaya ikan langsung di sungai menurutnya tidak terlalu ramah lingkungan. Kedua, dia menyarankan untuk lebih melakukan budidaya ikan di sekitar pinggiran sungai. Sehingga lebih memudahkan dalam mengontrol kotoran dan sisa pakan. ”Lebih baik budidaya di pinggiran sungai jangan di sungai nya langsung karena kita tidak bisa mengontrol jumlah pakan dan ikan yang dibudidayakan,” sarannya.
Mega menyarankan salah satu jenis budidaya yang dapat dilakukan, yaitu keramba jaring ikan. Namun, dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan kondisi kualitas air sungai. Sehingga perlu dilakukan kajian daya dukung lingkungan terlebih dahulu untuk pemanfaatannya, mulai dari hulu hingga hilir. ”Segala jenis budidaya ikan harus memperhatikan kualitas perairan yang optimal sesuai cara budidaya ikan yang baik,” pungkasnya. (rei/aif)