26.9 C
Banyuwangi
Saturday, June 3, 2023

Stok Menipis, Sekilo Cabai Rawit Tembus Rp 90 Ribu

RADAR BANYUWANGI – Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di semakin mahal. Di tingkat pengecer harganya bahkan sudah menembus Rp 90 ribu per kilogram (kg). Sementara di kalangan pedagang pasar, cabai rawit dibanderol Rp 80 ribu per kg.

Kenaikan harga ini sudah berlangsung sejak lima hari terakhir. Mulai dari Rp 50 ribu terus merangkak menjadi  Rp 80 ribu. Mahalnya cabai rawit mulai berdampak pada sepinya pembeli. ”Banyak juga pelanggan yang komplain, mengeluhkan naiknya harga cabai rawit setiap harinya,” ungkap Bram, salah seorang pedagang cabai di pasar Rogojampi.

Kenaikan harga cabai rawit diduga dipicu hasil panen petani di sejumlah daerah menurun drastis. Selain itu juga dipengaruhi kualitas cabai yang kurang baik akibat tingginya curah hujan. ”Barangnya susah, stoknya di pasaran terbatas. Kalau kualitasnya juga kurang terlalu bagus tidak seperti biasanya,” jelas lelaki 32 tahun ini.

Baca Juga :  KP3 Uji Lab Pupuk yang Diduga Palsu

Tidak hanya cabai rawit kualitas bagus yang mengalami kenaikan harga. Cabai rawit hijau juga naik dari Rp 20 ribu per kg menjadi Rp 40 ribu per kg. Kemudian cabai merah besar dari Rp 15 ribu per kg menjadi Rp 35 ribu per kg. ”Karena harganya mahal, pembeli kadang juga menyiasati dengan membeli separo-separo, kemudian dioplos,” katanya.

Bagi pedagang kecil, naiknya harga cabai rawit memang cukup terasa, apalagi konsumsi cabai cukup besar. Untuk menyiasati hal itu pelanggan juga memiliki tips tersendiri. Ada yang mencampur dengan cabai kering, ada juga yang membeli cabai rawit dicampur dengan cabai hijau. ”Kalau semuanya cabai rawit merah ya nggak nutut, minimal ada terasa pedas-pedasnya,” ujar Anisah, 47, salah seorang pedagang pentol cilok.

Baca Juga :  Dinas Pertanian Dorong Perluasan Buah Naga Organik

Setiap harinya Anisah membuat empat kilogram sambal khusus untuk dagangan cilok yang dijual keliling oleh suaminya. ”Kenaikan harga cabai rawit memang sangat dirasakan karena penghasilan dari jualan pentol cilok juga tak seberapa,” kata dia. (ddy/aif/c1)

RADAR BANYUWANGI – Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional di semakin mahal. Di tingkat pengecer harganya bahkan sudah menembus Rp 90 ribu per kilogram (kg). Sementara di kalangan pedagang pasar, cabai rawit dibanderol Rp 80 ribu per kg.

Kenaikan harga ini sudah berlangsung sejak lima hari terakhir. Mulai dari Rp 50 ribu terus merangkak menjadi  Rp 80 ribu. Mahalnya cabai rawit mulai berdampak pada sepinya pembeli. ”Banyak juga pelanggan yang komplain, mengeluhkan naiknya harga cabai rawit setiap harinya,” ungkap Bram, salah seorang pedagang cabai di pasar Rogojampi.

Kenaikan harga cabai rawit diduga dipicu hasil panen petani di sejumlah daerah menurun drastis. Selain itu juga dipengaruhi kualitas cabai yang kurang baik akibat tingginya curah hujan. ”Barangnya susah, stoknya di pasaran terbatas. Kalau kualitasnya juga kurang terlalu bagus tidak seperti biasanya,” jelas lelaki 32 tahun ini.

Baca Juga :  Jelang Ramadan, Harga Sayur-Mayur masih Stabil

Tidak hanya cabai rawit kualitas bagus yang mengalami kenaikan harga. Cabai rawit hijau juga naik dari Rp 20 ribu per kg menjadi Rp 40 ribu per kg. Kemudian cabai merah besar dari Rp 15 ribu per kg menjadi Rp 35 ribu per kg. ”Karena harganya mahal, pembeli kadang juga menyiasati dengan membeli separo-separo, kemudian dioplos,” katanya.

Bagi pedagang kecil, naiknya harga cabai rawit memang cukup terasa, apalagi konsumsi cabai cukup besar. Untuk menyiasati hal itu pelanggan juga memiliki tips tersendiri. Ada yang mencampur dengan cabai kering, ada juga yang membeli cabai rawit dicampur dengan cabai hijau. ”Kalau semuanya cabai rawit merah ya nggak nutut, minimal ada terasa pedas-pedasnya,” ujar Anisah, 47, salah seorang pedagang pentol cilok.

Baca Juga :  Sekarung Pupuk Nonsubsidi Tembus Rp 915 Ribu, Petani Kelimpungan

Setiap harinya Anisah membuat empat kilogram sambal khusus untuk dagangan cilok yang dijual keliling oleh suaminya. ”Kenaikan harga cabai rawit memang sangat dirasakan karena penghasilan dari jualan pentol cilok juga tak seberapa,” kata dia. (ddy/aif/c1)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/