BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Kebijakan pemerintah pusat mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjelang tutup tahun 2022 ternyata tak berdampak signifikan terhadap para penjual terompet tahun baru di Banyuwangi. Tren sepi pembeli pada malam pergantian tahun yang terjadi selama pandemi Covid-19, kembali pada momen tahun baru 2023.
Setidaknya itu dirasakan oleh beberapa penjual terompet yang mangkal di jalan Satsuit Tubun, kawasan Pasar Banyuwangi. Mereka mengaku penjualan terompet masih sepi, tak jauh berbeda dengan saat PPKM masih diberlakukan.
Seperti diakui Juni, 50. Penjual terompet yang mangkal di depan Toko Sritanjung Timur, ini mengaku sudah beberapa tahun, tepatnya sejak pandemi Covid-19, penjualan terompet sepi. Tahun 2022 lalu terompet yang terjual mencapai puluhan biji. Sedangkan pada tahun baru 2023, tepatnya hingga Minggu sore (1/1/23), terompet hanya terjual belasan biji. ”Sepi, sore ini (kemarin) saja terompet-terompet ini mau saya bungkus lagi untuk tahun depan,” ujar perempuan asal Lumajang tersebut.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan minat masyarakat membeli terompet menurun. Antara lain, masyarakat masih terbiasa tidak keluar rumah. Ada pula yang lebih memilih untuk membeli ikan bakar dibanding membeli terompet. Faktor lain, jenis terompet yang dijual saat ini mayoritas adalah terompet plastik, bukan terompet kertas yang memiliki beragam bentuk serta warna mengilap.
Penjual terompet yang lain, Lilik Suryati, 62, mengatakan minat anak-anak untuk membeli terompet tahun ini menurun. Alasan utamanya adalah dia tidak menjual terompet seperti yang diinginkan konsumen. Contohnya terompet berbentuk naga dengan warna-warna mengilap. ”Terompet yang tersedia memang yang terbuat dari plastik, dan warnanya tidak semenarik terompet kertas yang mengkilap,” kata ibu tiga anak itu.
Lilik menyadari dengan terompet yang berbeda dibanding tahun lalu itu berdampak pada jumlah penjualan yang dia dapatkan. Tahun baru 2022 dia dapat menjual terompet hingga 100 biji. Sedangkan tahun baru kali ini hanya terjual 70 biji. ”Terompet berbentuk naga itu berasal dari Solo, sedangkan orang Solo kini tidak datang ke Banyuwangi,” keluhnya.
Penjual terompet lainnya Asmami, 65, mengakui penjualan terompet sepi. Bahkan, dia lebih merasakan pendapatan dari penjualan lato-lato dibanding terompet. ”Terompet sekarang sepi, yang masih ramai mainan lato-lato ini,” pungkasnya.(cw4/sgt)