BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Banyaknya kios mangkrak di sejumlah pasar tradisional setelah ditinggalkan para pedagang menimbulkan efek ganda. Tidak hanya mengakibatkan kerusakan sarana akibat tidak terawat, hal itu juga berdampak pada penurunan realisasi pendapatan asli daerah (PAD) dari bidang pasar.
Hingga awal tahun 2023 lebih dari 50 persen pedagang tidak lagi memperpanjang sewa kios di Pasar Banyuwangi. Sedangkan secara keseluruhan, total kios di pasar tradisional terbesar di pusat kota Banyuwangi tersebut sebanyak 817. Dari total kios, baik kios untuk pedagang sembako maupun keperluan lain tersebut, yang masih aktif sekitar 370.
Kepala Bidang Pasar Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskop-UMP) Banyuwangi Nawari mengatakan, lonjakan jumlah pedagang yang tidak memperpanjang sewa kios di pasar terjadi sejak pandemi Covid-19 melanda.
Nawari mengatakan, di Banyuwangi terdapat kurang lebih 21 pasar. Rinciannya, pasar kelas satu sebanyak 9, kelas dua terdapat 4 pasar, dan kelas 3 terdapat 8 pasar. ”Di antara total pasar yang ada di Banyuwangi, penurunan yang cukup signifikan terjadi hanya di Pasar Banyuwangi dan Jajag. Selebihnya masih terpantau normal dan cukup baik,” ujarnya.
Para pedagang yang berjualan sayur dan beberapa kebutuhan bumbu dapur saat ini lebih memilih untuk menjajakan dagangannya di pinggir trotoar. Meski hal itu telah dilarang oleh pemkab karena tidak sesuai dengan lokasi yang ditentukan, namun tidak sedikit pedagang yang tetap ngeyel berjualan sekitar trotoar.
Selain itu itu, banyaknya online shop yang sekarang mulai berkembang juga menjadi salah satu faktor menurunnya penyewa kios penjual baju yang ada di Pasar.
Nawari tidak memungkiri penurunan jumlah penyewa kios pasar tersebut berimbas pada pendapatan asli daerah (PAD). ”Di tahun 2021 realisasi PAD bidang pasar sebesar Rp 7.319.111.800 dari target Rp 8.193.768.000. Sedangkan di tahun 2022 realisasi PAD dari bidang pasar sebesar Rp 7.366.350.600 dari target Rp 9.120105.000,” kata Nawari.
Nawari menambahkan, Bidang Pasar Diskop-UMP terus berupaya agar penurunan pedagang di pasar tidak berlanjut dan kios yang tersedia kembali diminati penyewa. Salah satu cara yang tengah dilakukan yakni dengan melakukan pembangunan sarana prasarana serta fasilitas yang dianggap perlu oleh para penyewa. ”Karena pasar adalah salah satu tempat yang strategis untuk melakukan perputaran uang daerah. Jika pasar mulai ditinggalkan, khawatir akan terjadi penurunan pada PAD. Setelah adanya perbaikan sarana dan prasarana, semoga minat masyarakat kembali meningkat,” pungkasnya. (tar/sgt/c1)