Pariwisata di Gombengsari sempat menggeliat di tahun 2019. Sejak dilanda pandemi Covid-19, kondisi itu berubah drastis. Akhir 2021, dengan intervensi Stikom PGRI Banyuwangi, Pokdarwis Gombengsari mulai menerapkan digitalisasi terkait program pariwisata.
FREDY RIZKI, Kalipuro
LAYAR monitor dengan teknologi touch screen terpasang di sebuah warung kopi di Lingkungan Lerek, Kelurahan Gombengsari. Tak seperti warung kopi biasanya, tampilan di layar monitor tak sekadar menu-menu makanan atau kopi.
Di sana, ada tampilan produk UMKM, homestay, destinasi wisata, hingga profil Pokdarwis. Warung kopi itu bukan warung kopi biasa. Pokdarwis Gombengsari mengemasnya menjadi rumah digital yang berfungsi sebagai pusat informasi dan edukasi terkait seluruh potensi wisata di Kelurahan Gombengsari.
Banyak ”menu” yang bisa diakses dari layar monitor tersebut. Mulai dari informasi tentang produk olahan hasil pertanian dan peternakan, budaya, homestay, sampai rute titik-titik destinasi wisata. Aplikasinya disediakan oleh Stikom PGRI Banyuwangi dari program Kedaireka yang diselenggarakan Kemendikbud-Ristek.Program tersebut membantu Pokdarwis dan masyarakat untuk bisa mendigitalisasi produk pariwisata Kelurahan Gombengsari.
”Saat ini semua serba digital, apalagi setelah pandemi. Orang tidak bisa keluar seperti sebelumnya. Kebetulan ada program yang ditawarkan Stikom. Aplikasi yang terintegrasi mulai dari profil sampai website yang bisa kita gunakan,” kata Ketua Pokdarwis Gombengsari Abdurrahman.
Perkembangan pariwisata di Gombengsari memiliki jalan yang cukup panjang. Dimulai dari tahun 2017 lalu. Ketika banyak desa di Banyuwangi menyuguhkan pariwisata dan produk andalan, warga Gombengsari mulai mem-branding objek-objek wisata andalan. Mulai dari hutan pinus Sumber Manis, wisata Puncak Asmoro, dan Air Terjun Pengantin.
Tahun 2018, masyarakat mulai menjual potensi tersebut lewat atraksi budaya. Seperti ngunduh kopi, merah susu, dan pengolahan kopi. Tahun 2019, pariwisata di Gombengsari semakin menggeliat. Pokdarwis membuat program seperti Festival Sangrai Kopi yang menghasilkan barista cilik. Setahun kemudian Gombengsari semakin terkenal dengan produk kopinya.
Tahun 2020, sudah berdiri 15 UMKM. Rinciannya, kata Abdurahman, 10 UMKM dengan produk kopi dan olahannya, sisanya ada produk makanan seperti keripik dan kerajinan tangan. Sejak saat itu semua destinasi wisata di Gombengsari mulai bergairah.
Gombengsari menjadi andalan destinasi edukasi. Banyak siswa sekolah melihat langsung aktivitas petani kopi hingga proses memerah susu kambing. Pokdarwis mulai kebanjiran paket wisata.
Namun, setelah pandemi melanda, semuanya berubah. Wisatawan mulai berkurang. Ditambah lagi dengan pembatasan aktivitas masyarakat yang hampir diterapkan di semua lini. ”Setelah pandemi semua berubah. Hampir tidak ada yang berkembang. Kami pun berpikir untuk memasarkan potensi harus melalui digitalisasi. Orang jual beli dengan cara digital. Kebetulan ada penawaran dari Stikom,” imbuh bapak dua anak itu.
Peluang emas itu tak disia-siakan. Warung kopi ”Sofi” miliknya diubah menjadi rumah digital. Hand sanitizer digital dipasang di depan rumah digital. Barcode PeduliLindungi disediakan di dekat pintu masuk. Tujuannya agar masyarakat tetap bisa berkunjung ke rumah digital meski dalam kondisi pandemi. ”Nanti semua informasi bisa diakses dari rumah digital. Semua destinasi lokasinya terpetakan. Pengunjung bisa mengakses website kami,” jelas Rahman.
Setelah rumah digital berdiri, Rahman berharap masyarakat bisa terbiasa dengan aktivitas digital. Dalam aplikasi tercantum pemesanan dan pembayaran secara digital. Wisatawan harus terbiasa melakukan pelayanan secara digital juga. ”Sebelum pandemi, setahun penghasilan Pokdarwis bisa mencapai Rp 50 juta. Itu belum termasuk penghasilan destinasi dan UMKM yang langsung diperoleh dari tamu,” ungkapnya.
Ketua Tim Kedaireka Stikom PGRI Banyuwangi Faruk Alfian mengatakan, program Rumah Digital Gombengsari merupakan platform yang disediakan Stikom dari program Kedaireka yang diselenggarakan Kemendikbud-Ristek. Kedaireka adalah wadah kolaborasi perguruan tinggi dengan industri untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Stikom menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Banyuwangi yang lolos dari seleksi yang dilakukan Kemendikbud-Ristek.
Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Ainur Rofik mengatakan, perkembangan teknologi menjadi angin segar bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk bisa bertahan dan berkembang di tengah pandemi. Kunci utama para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif bertahan di tengah pandemi adalah memiliki kemampuan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi yang baik.
Digital tourism merupakan salah satu strategi yang efektif dalam mempromosikan berbagai destinasi dan potensi pariwisata melalui berbagai platform. Artinya, digital tourism tidak hanya sekadar mengenalkan, namun juga menyebar keindahan pariwisata secara luas untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara. ”Saat ini tren pariwisata juga mulai bergeser ke arah digital. Salah satu buktinya terlihat dari aktivitas wisatawan yang mulai merencanakan perjalanan, pre-on-post journey, hampir seluruhnya dilakukan secara digital,” kata Rofik. (aif/c1)