BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Pemkab Banyuwangi terus mewujudkan komitmen untuk meningkatkan akses pendidikan, termasuk bagi kalangan pelajar dari keluarga kurang mampu. Sejumlah program khusus yang selama ini sudah berjalan, seperti pemberian uang saku setiap hari dan bantuan uang transportasi tiap hari, dipastikan berlanjut.
Bupati Ipuk Fiestiandani memastikan program-program khusus bagi pelajar kurang mampu tersebut terus digeber tahun ini. Setidaknya ada tujuh program yang menyasar pelajar kurang mampu. Selain pemberian uang saku dan bantuan transportasi setiap hari, ada pula Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh), beasiswa kuliah Banyuwangi Cerdas, bantuan alat pembelajaran, bantuan biaya hidup pelajar tidak mampu, dan lain-lain.
Ipuk menegaskan, mengingat manfaatnya yang begitu besar, maka program yang dirintis sejak 2017 tersebut diteruskan tahun ini. ”Biar para pelajar semakin semangat sekolah,” ujarnya kemarin (27/2).
Sekadar diketahui, besar bantuan uang saku yang diberikan setiap hari bervariasi tergantung jenjang pendidikan sang penerima. Pelajar SD mendapat bantuan uang saku sebesar Rp 10 ribu per hari, SMP Rp 15 ribu per hari, dan pelajar SMA mendapat Rp 20 ribu per hari. Demikian pula bantuan uang transportasi, para pelajar SD mendapatkan Rp 10 ribu per hari, SMP Rp15 ribu per hari, dan SMA Rp 20 ribu per hari.
Ipuk berharap program ini bisa membantu para pelajar kurang mampu sehingga mereka semakin giat bersekolah. ”Uang saku yang diberikan setiap hari digunakan untuk membeli makanan sehingga dia belajar dengan perut terisi dan gizi cukup, yang bisa menstimulasi otak dalam menerima materi pembelajaran,” paparnya.
Ipuk telah menyerahkan bantuan uang saku tersebut kepada sejumlah penerima. Di antaranya kepada sejumlah siswa SDN 8 Jambewangi saat menjalani program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Jambewangi, Kecamatan Sempu, rabu pekan lalu (22/2).
Salah satu penerima bantuan, Kurnia Dewi Amalia, siswi kelas 6, bercerita bahwa dirinya bersama adiknya yang masih duduk di bangku kelas 2 setiap hari berjalan kaki sejauh enam kilometer (km) menuju sekolah. SDN 8 merupakan sekolah yang terdekat dari rumah mereka yang berada di perbatasan hutan di lereng Gunung Raung.
Setiap hari, kakak beradik tersebut harus berjalan tak kurang dari satu jam melewati perkebunan pinus yang notabene merupakan tempat orang tua mereka bekerja. Tak jarang mereka jalan ke sekolah juga ditemani anjing peliharaan penjaga rumah. ”Berangkat pukul 05.00 sama adik. Meski jauh, kami tetap harus semangat sekolah. Di jalan ya ngobrol-ngobrol sama adik, suka bareng sama Faris, teman sekelas yang rumahnya dekat dengan saya. Kadang Ciki (anjing peliharaan) juga menemani kami jalan ke sekolah,” aku Dewi.
Dewi mengaku ingin menjadi dokter hewan kelak. ”Biar kalau Ciki atau kucing yang di rumah sakit, saya bisa merawat dan menyembuhkan,” tuturnya.
Guru kelas mereka, Sukari, mengaku sangat kagum dengan kegigihan empat siswanya tersebut. Mereka tergolong rajin berangkat, kecuali kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. ”Semangatnya bagus. Bahkan kalau pas jadwal ujian dan cuaca sedang buruk, orang tuanya mengambil kertas ujiannya untuk kemudian jawabannya diantarkan ke sekolah esoknya,” kata Sukari.
Ipuk berharap, bantuan uang saku ini bisa menjaga bahkan mendorong spirit belajar mereka. ”Uang saku ini bisa dipergunakan bekal mereka bersekolah. Kami juga memerintahkan Dinas Pendidikan untuk terus memonitor apa yang harus dibantu agar mereka bisa memiliki pendidikan yang tinggi,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi Suratno menambahkan, pada tahun ini ada tujuh program untuk menopang pendidikan pelajar tidak mampu. Rinciannya, berupa bantuan biaya hidup (personalia) diberikan kepada 840 siswa tidak mampu, Garda Ampuh menyasar bagi 975 siswa, bantuan uang transpor juga diberikan kepada 600 siswa tidak mampu, juga bantuan alat pembelajaran untuk siswa miskin senilai Rp 1,2 miliar.
Bantuan uang saku diberikan kepada 564 orang, beasiswa bagi mahasiswa berprestasi bagi pelajar kurang mampu dialokasikan untuk 80 orang. Banyuwangi juga menganggarkan beasiswa bagi mahasiswa peserta program Banyuwangi Cerdas sebanyak 300 orang. ”Untuk bantuan uang saku kepada anak-anak kami di SDN 8 tadi sebesar Rp 3,2 juta per tahunnya. Kalau untuk siswa SMP Rp 4,4 juta, sementara SMA sederajat Rp 5,7 juta,” kata Suratno.
Program-program tersebut, imbuh Suratno, saling mendukung dengan program lainnya. Seperti program Siswa Asuh Sebaya (SAS), para pelajar saling membantu di antara mereka dengan menyisihkan uang jajannya. Setiap pekan, siswa yang uang jajannya lebih menyisihkan sebagian untuk dikumpulkan ke bendahara kelas. Uang yang terkumpul akan diberikan ke siswa kurang mampu berupa uang atau barang yang mereka butuhkan untuk menunjang kebutuhan sekolah siswa.
Program SAS ini, kini berkembang menjadi Sekolah Asuh Sekolah. Di mana sekolah yang memiliki kelebihan dana SAS akan diberikan ke sekolah lain yang masih membutuhkan bantuan untuk siswanya yang kurang mampu. ”Kadang tangan pemkab tidak cukup jauh menjangkau kebutuhan pendidikan seorang siswa, maka lewat SAS ini kami harapkan bisa menambal kebutuhan mereka. Seperti siswa SDN 8 Jambewangi itu, juga kami belikan tas dan buku-buku penunjang pelajaran dengan memakai dana SAS,” pungkas Suratno. (sgt/aif/c1)