GIRI – Hari kedua pengambilan (personal identification number) PIN untuk lulusan Sekolah Dasar (SD) yang hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP kemarin (26/6) tampak ramai. Di SMPN 1 Giri tercatat ada 197 calon pendaftar yang datang ke sekolah untuk mengambil PIN.
Padahal untuk peraturan pengambilan PIN bisa dilakukan calon pendaftar di SMP Negeri terdekat. Tampaknya, para pendaftar masih belum lega jika belum datang langsung ke sekolah tujuan. ”Para pendaftar ini sebenarnya sudah kita beri tahu jika proses pengambilan PIN bisa di mana saja, tidak harus di sini. Tapi sepertinya memang mereka lebih lega jika mengambil PIN di sekolah tujuan,” ujar salah seorang koordinator PPDB SMPN 1 Giri Dardir.
Untuk bisa mendapatkan PIN, pendaftar harus menunjukkan bukti berkas berupa nomor peserta UN, KK asli, dan Surat Keterangan Lulus (SKL) dari sekolah asal. Nantinya, data dari peserta akan dimasukkan ke database pendaftar. Baru kemudian peserta bisa memperoleh PIN yang akan digunakan untuk melakukan pendaftaran di PPDB online SMP pada 2 Juli mendatang.
”Kemarin sedikit agak ada hambatan dari server, mungkin kalau lancar jumlah pendaftarnya bisa semakin banyak. Kalau hari ini sudah lancar, makanya ada cukup banyak peserta yang datang,” imbuhnya. Terkait pendaftaran nanti, pendaftar bisa melakukannya di mana saja.
Tidak harus datang ke sekolah seperti pendaftaran manual. Untuk mempermudah pendaftar, pihaknya menyediakan ruangan khusus untuk memberikan tutorial kepada para pendaftar. ”Daftar dari smartphone juga bisa tak harus melalui komputer. Tapi kita tetap sediakan beberapa operator untuk membantu masyarakat yang kurang memahami, atau tidak memiliki perangkat untuk mendaftar,” tegasnya.
Kasi SMP Dinas Pendidikan Banyuwangi Sutikno menambahkan, sesuai dengan Perbup Banyuwangi Nomor 21 Tahun 2018, tentang PPDB, PAUD, SD, dan SMP, ada dua tahap pendaftaran yang bisa dilalui. Yaitu jalur zonasi dan bakat minat. Khusus untuk jalur zonasi yang digelar pada 2-3 Juli nanti, 60 persen menggunakan skor jarak tempat tinggal dengan sekolah. Sedangkan 40 persen menggunakan nilai UN.
Jadi pada jalur ini, siswa yang berdomisili paling dekat dengan sekolah dan memiliki nilai tertinggilah yang memiliki peluang paling besar untuk diterima di sekolah pilihan.
”Nanti rumusnya untuk jarak kita mengacu kepada jarak terdekat untuk perbandingan. Sedangkan nilai UN kita gunakan yang paling tinggi yang mendaftar di sekolah sebagai acuan untuk rumusnya,” tandas Sutikno.