BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Blokagung terus menggalang kerja sama dengan semua elemen. Kampus yang berlokasi di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, itu kemarin (24/6) meneken memorandum of understanding (MoU) dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi.
Nota kesepahaman tersebut ditandatangani langsung oleh Kalapas Banyuwangi Wahyu Indarto dan Rektor IAIDA Blokagung Ahmad Munib Syafaat atau Gus Munib. Penandatanganan MoU disaksikan langsung staf maupun para wakil rektor IAIDA yang ikut dalam acara tersebut. Penandatanganan kerja sama tersebut juga disaksikan oleh sejumlah warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang didapuk sebagai pengurus Masjid At-Taqwa di dalam Lapas Banyuwangi.
Dalam klausul kerja sama tersebut disebutkan, IAIDA Blokagung akan membantu Lapas Banyuwangi untuk memberikan bimbingan konseling Islam kepada WBP serta melakukan pendampingan secara masif dan konsisten kepada WBP. Ke depan, IAIDA juga akan mendirikan pondok kilat untuk WBP di lapas.
Rektor IAIDA Blokagung Gus Munib mengatakan, program bimbingan dengan Lapas Banyuwangi merupakan tanggung jawab semuanya. Semua WBP merupakan bagian masyarakat yang kurang beruntung. ”Melihat hal itu, kita perlu membantu WBP terkait dasar-dasar ilmu agama,” katanya.
Dari sisi lain, jelas Gus Munib, IAIDA memiliki program studi bimbingan konseling Islam. Sehingga, nantinya bisa dikirimkan untuk memberikan bimbingan kepada WBP di Lapas Banyuwangi. ”Mahasiswa kita akan belajar dengan cara praktik langsung di dalam lapas,” cetusnya.
Pihaknya akan membuat program pondok kilat kepada para WBP. Sehingga nantinya, WBP yang keluar dari lapas tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. ”Kehadiran pondok kilat diharapkan membuat WBP berlakukan baik. Untuk memotivasinya, WBP akan mendapatkan sertifikat pondok kilat. Sertifikat itu bisa ditunjukkan agar bisa diterima di masyarakat,” ungkapnya.
Kalapas Banyuwangi Wahyu Indarto mengatakan, lapas memang memerlukan adanya kiai atau bimbingan agama Islam kepada WBP. ”WBP ini memang perlu adanya siraman rohani, bukan hanya hukuman yang nantinya tidak akan membuatnya jera,” katanya.
Wahyu berharap kerja sama ini bisa berjalan dengan baik dan bisa terus dilakukan. ”Saya harap tidak sebatas kerja sama saja, tapi ada program yang bisa membantu WBP,” pungkasnya. (*)