BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di Bayuwangi masih terus berjalan. Pekan ini, 23 sekolah jenjang SMP diperbolehkan tetap menggelar PTMT 100 persen.
Sejak awal semester genap Januari lalu, kebijakan penerapan PTMT dilaksanakan secara tentatif. Pada pekan pertama, TK, SD, dan SMP di Banyuwangi menerapkan PTMT 100 persen. Selanjutnya pada pekan kedua, giliran jenjang SMA dan SMK yang menerapkan PTMP 100 persen. Sedangkan jenjang TK, SD ,SMP justru kembali menerapkan PTMT 50 persen melalui SK Plt Kepala Dinas Pendidikan.
Pertimbangan kembali dengan kuota 50 persen semata untuk mengantisipasi penyebaran varian Omicron. Pada pekan ke empat bulan Januari ini, ada 23 sekolah jenjang SMP yang diperbolehkan masuk 100 persen dengan jam belajar maksimal 6 jam sesuai dengan SKB 4 menteri.
Kabid SMP Dispendik Banyuwangi Alfian mengatakan, ada beberapa pertimbangan yang membuat 23 SMP tersebut diperbolehkan menggelar PTMT 100 persen. Yang pertama, jumlah siswanya lebih sedikit dari standar pagu. Kemudian, lokasi sekolah juga jauh dari keramaian sehingga memungkinkan interaksi masyarakat dengan lingkungan luar tidak terlalu tinggi.
Angka penularan virus Covid-19 di wilayah juga dianggap kecil sehingga memungkinkan penerapan PTMT 100 persen. “Pertimbangan kita berdasarkan evaluasi petugas kesehatan dan satgas. Sekolah yang bisa menggelar PTMT 100 persen dianggap bisa menyelenggarakan PTMT sesuai SOP. Termasuk jarak tempat duduk siswa dan intensitas mereka berkerumun,” kata Alfian.
Dia menjelaskan, beberapa sekolah yang bisa menggelar PTMT 100 persen adalah sekolah yang ada di wilayah pinggiran Banyuwangi. Seperti SMPN 2, 3, dan 4 Wongsorejo. SMPN 3, 4, 5 Kalibaru dan SMPN 3 Pesanggaran. “Untuk sekolah di wilayah kota Banyuwnagi tidak ada yang 100 persen. Semuanya masih 50 persen karena mobilitasnya cukup tinggi. Ini juga yang menjadi bahan evaluasi kita,” ungkapnya.
Sembari menunggu proses berjalanya vaksinasi anak, kebijakan evaluasi PTMT akan terus berjalan. Setiap minggu, sekolah bisa saja merubah kebijakan PTMT. Bisa 100 persen atau 50 persen. “Kebijakan tetap kita sesuaikan dengan aturan pusat. Bisa berubah tergantung kondisi daerah. Sekolah kita bebaskan menyesuaikan diri. Mau belajar dengan sistem hybrid atau shif,” tegasnya.