BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Dalam sepekan terakhir, lonjakan kasus Covid-19 di Banyuwangi meningkat tajam. Beberapa sekolah jenjang SMA/SMK melakukan antisipasi penularan Covid dengan melakukan pembelajaran secara daring.
Meski tak banyak, sejumlah sekolah yang wilayahnya masuk kategori penyebaran Covid-19 tinggi, mengambil langkah taktis menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM). “Memang ada beberapa sekolah yang memilih daring karena ada temuan kasus Covid. Ada juga yang melakukan kewaspadaan sembari melihat perkembangan kasus Covid-19 di masing-maisng wilayah,” kata Kasi SMA Cabang Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Banyuwangi, Mohammad Arief Ainurrozie.
Pada prinsipnya kebijakan PTM jenjang pendidikan SMA dan SMK masih menerapkan aturan 50 persen dari kuota sekolah. Hal ini sesuai dengan SKB 4 Menteri untuk wilayah PPKM Level 1 dan 2. Namun, ada beberapa kebijakan penyesuaian yang juga dilakukan. Salah satunya kelas 12 yang sebentar lagi melaksanakan ujian. Siswa kelas 12 tetap masuk dengan konsekuensi kelas 10 dan 11 tidak masuk sekolah atau melakukan pembelajaran daring. “Yang penting jumlahnya 50 persen dari kuota. Pelaksanaan ujian tidak bisa dengan sistem shif,” terang mantan guru SMKN 1 Banyuwangi itu.
Pasca meningkatnya angka Covid, mayoritas, sekolah menerapkan pembelajaran secara hybrid. Yaitu kombinasi antara pembelajaran daring dan luring atau offline. “Untuk efektivitas belajar seperti sekarang, sepertinya model hybrid yang paling pas. Jika kita memilih memperpanjang jam shif, justru akan membuat guru kelelahan dan tidak efektif,” tandasnya.