JawaPos.com – Sebagai wujud apresiasi kepada dunia pendidikan di Banyuwangi, puluhan pendidikan maupun non-pendidik mendapat reward khusus dari Pemkab Banyuwangi. Reward khusus ini berupa ziarah wiyata kebangsaan.
Peserta ziarah kali ini berasal mulai penjaga sekolah tertua, pelajar, kepala sekolah, mahasiswa, relawan, hingga duta pendidikan internasional. Ziarah wiyata kebangsaan ini dilepas oleh Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Sulihtiyono pada Senin lalu (14/5). Selama tiga hari perjalanan itu, semua peserta mengikuti semua program dengan senang.
Bupati Abdullah Azwar Anas dalam sebuah kesempatan mengatakan, program ziarah wiyata kebangsaan ini digelar untuk menanamkan rasa kebangsaan. Para pelajar diharapkan bisa menyerap keteladanan dari para tokoh yang diziarahi makamnya, yang telah memberi bukti besarnya rasa kebangsaan. Bung Karno, kata Anas, yang selama ini kerap disebut sebagai tokoh nasionalis sejatinya mendasarkan nasionalismenya pada aspek religius. Sedangkan KH Hasyim Asyari adalah pemimpin Islam yang mengajarkan pentingnya komitmen kebangsaan. “Mbah Hasyim menegaskan bahwa cinta tanah air sebagian dari iman,” ujar Anas saat itu.
Demikian pula KH Wahid Hasyim dan Gus Dur adalah ulama sekaligus tokoh bangsa yang rasa kebangsaan dan penghargaannya terhadap kebhinekaan tak perlu diragukan lagi. Dari pemikiran dan kiprah para tokoh tersebut, kaum muda bisa belajar bahwa komitmen kebangsaan yang utuh harus lahir secara ideologis dan berlandas pada keimanan. “Jembatan inilah yang kita bangun di jiwa generasi muda lewat Ziarah Kebangsaan. Sudah saatnya kaum muda menyatukan kain kebangsaan, seperti dulu pernah dilakukan bersama-sama oleh Bung Karno dan Mbah Hasyim. Semoga program ini menginspirasi,” cetusnya.
Sementara itu, Ki Hadjar Dewantoro pada zamannya sudah memperkenalkan prinsip-prinsip pendidikan yang sama persis dengan model pendidikan yang sekarang dijalankan oleh negara maju. Ki Hadjar, orang yang memelihara karakter dan budaya Indonesia, namun di sisi lain sangat progresif dalam konsep pendidikan karena pikiran-pikirannya melampaui orang-orang yang hidup setelahnya. “Pertanyaannya, sudahkah kita menjalankan prinsip-prinsip Tut Wuri Handayani seperti yang diajarkan pahlawan pendidikan kita. Ini menjadi tanggung jawab generasi yang hidup di masa kini?” kata Bupati Anas.
Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono mengatakan, program ini adalah bagian dari education reward yang digelar pada awal Januari 2018 lalu. Rombongan ziarah wiyata kebangsaan ini menuju pesarean KH Hasyim As’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama), KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Proklamator sekaligus Presiden RI Ir Soekarno di Blitar, dan Ki Hajar Dewantoro (Tokoh Nasional Pendidikan).
Mengapa ziarah yang dipilih? Sulihtiyono menjelaskan, ziarah wiyata kebangsaan ini untuk mengenalkan dan memupuk rasa nasionalisme kepada para generasi muda sekaligus meningkatkan pemahaman dan pengenalan terhadap nilai kebangsaan, serta supaya generasi muda mengenal pahlawannya. “Generasi muda adalah anak bangsa pemenang jadi harus gembira, bersemangat dan harus terus mencapai apa yang belum didapatkan untuk pengabdian bangsa,” ujar Sulihtiyono.
Sementara itu, Kasubag Keuangan Dinas Pendidikan Banyuwangi, Nuriyatus Sholeha menjelaskan, sepanjang perjalanan ziarah wiyata kebangsaan ini peserta disiapkan bahan bacaan kebangsaan. Ziarah kali bisa dikatakan ziarah lintas generasi dan multi-level. Selama perjalanan, peserta harus sharing dan testimoni mengenai pencapaian-pencapaian hingga terpilih jadi pemenang education award.
Untuk peserta tertua adalah Pak Boimin dan Pak Barno usia 59 tahun dari penjaga sekolah non PNS. Sedangkan Robby Nur Hidayat duta pendidikan sebagai pemenang termuda asal SMPN 2 Genteng.
Menurut Nuriyatus SHoleha, pihaknya menumbuhkan rasa gotong-royong melalui aktivitas bersama. ‘’Kami tanamkan ini sesuai pendekatan anak muda. Bungkusnya traveling, tapi isinya kebangsaan. Rasa kebangsaan ini relevan ditanamkan dalam situasi apa pun, tidak hanya saat ada ancaman paham terorisme seperti saat ini,” kata Nuriyatus. (*/bay)