30.8 C
Banyuwangi
Tuesday, March 21, 2023

Nonton Pertunjukan Teater Pring Kuning yang Pemainnya Anak-Anak SMP

Tampilkan Tiga Lakon, Selipkan Pesan Jangan Kecanduan Gadget

BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Malam minggu bukan lagi waktu bagi anak muda  nongkrong di kafe atau warung kopi. Mereka kini mengisi malam Minggu dengan nonton seni pertunjukan teatar di lantai tiga Gedung Djuang 45.

Ratusan pelajar SMP beramai-ramai memasuki Gedung Djuang untuk menonton secara langsung pertunjunkan teater Pring Kuning yang dimainkan siswa kelas IX SMPN 1 Banyuwangi. Teater di bawah binaan Bakhtiar Kusumahadi alias Tiar itu mampu  menampilkan pertunjukan yang spektakuler.

Jangan membayangkan panggung yang megah dengan kilauan cahaya lampu yang benderang. Tapi, lihatlah upaya dan kerja keras anak-anak  SMP yang begitu luar biasa menghelat pementasan pertunjukan seni tersebut. Penonton dibikin takjub dengan aksi olah vokal, gerak tubuh, hingga emosi para talenta-talenta muda. Ada suara teriakan menggoda manakala adegan teater menunjukkan sisi romansa. Tak kalah ramai juga ketika para lakon menampilkan aksi komedi yang mengundang gelak tawa penonton.

Pertunukan teater yang dimainkan belasan siswa tersebut mengusung tema “Awal Mula”. Dua kata itu menjadi interpretasi pembentukan ekstra teater di sekolah yang dipimpin oleh M Shodiq tersebut. Ada tiga pergelaran  malam itu. Pertama ”Jangan Terlalu Dalam”, dilanjutkan ”Buka Hatimu”, dan terakhir ”Kisah Hidup Sarinah”.

Sebagai pembina dan penginisiasi pertunjukan  teater, Tiar berharap anak-anak dapat tumbuh dengan cepat layaknya tanaman bambu kuning (pring kuning). Guru Bahasa Indonesia asal Kelurahan Klatak itu ingin menampilkan dan menerapkan segala bentuk ilmu tentang teater dalam sebuah pergelaran. Menurutnya, masih jarang teater memiliki nilai lebih dari sekadar ekstrakurikuler belaka.

Baca Juga :  SDN 4 Kebaman Gelar Tarawih dan Buka Bersama

Oleh karena itu, Tiar bersama anak didiknya menggodok mental dan segala persiapan demi  kesempurnaan pertunjukan yang disaksikan 150 lebih penonton.  ”Saya tidak ingin teater hanya menjadi sebuah tontonan, tetapi dapat bermanfaat sebagai tuntunan,” ujarnya.

Ketiga sesi pertunjukan teater tersebut bukan tanpa makna. Tiar menyelipkan pesan tentang fenomena yang terjadi saat ini. Seperti sesi pertama “Jangan Terlalu Dalam”. Pria berusia 30 tahun itu ingin menunjukkan kondisi anak sekolah saat ini yang ketergantungan dengan smartphone. Tiar ingin mengingatkan kepada anak muda bahwa hidup itu beriringan dengan perkembangan zaman, tetapi jangan sampai mendarah daging di kehidupan. ”Gadget menjadi bagian dari dirinya, sehingga ketika disuruh melepaskannya kesulitan dan bahkan menderita,” imbuh Tiar.

Sesi kedua “Buka Hatimu” bermakna tentang kerelaan. Sehingga anak-anak diajari ikhlas dalam melaksanakan semua kegiatan sehari-hari. Sementara pada sesi terakhir “Kisah Hidup Sarinah” menggambarkan sejarah kehidupan masyarakat ketika zaman penjajahan.

Kesuksesan pergelaran teater mendapat apresiasi dari Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Hasan Basri. Hasan mengungkapkan kekagumannya akan kreativitas dan kerja keras siswa SMP 1 Banyuwangi dalam menjaga seni lakon tersebut. ”Saya rasa ini bisa menjadi pendekatan baru untuk Kurikulum Merdeka, bahwa pembelajaran itu kongkrit hasilnya. Di mana anak-anak mulai merancang hingga eksekusi dikerjakan oleh anak-anak sendiri. 90 persen anggota tim adalah anak SMP,” kata Hasan penuh semangat.

Baca Juga :  Puluhan Warga Kelir Keroyokan Bangun Ponpes Al-Qodiri VIII

Dia berharap, siswa lain di Banyuwangi dapat mengikuti jejak dan terus mengaktifkan seni lakon tersebut. Dengan begitu potensi anak muda dapat terfasilitasi dan berkembang lebih maju. ”Ternyata  anak muda itu sangat potensial bakat dan minatnya,” tutur Hasan.

Kesuksesan penampilan tersebut bukan tanpa alasan. Sebelum manggung, para pemain menggelar geladi bersih. Mereka harus ”dipingit”. Tidak boleh bermain smartphone  dan keluar dari Gedung Djuang. Aturan tersebut diberlakukan agar pemain lebih fokus dan mendalami peran masing-masing.

Kepala SMPN 1 Banyuwangi M Shodiq merasa bangga dengan pencapaian anak didiknya. Dia tidak menyangka hasil pertunjukan sebegitu meriah dan menghanyutkan. ”Anak-anak mampu menunjukkan karya yang besar dan agung. Saya tidak membayangkan penampilan anak-anak yang sangat keren. Begitu masuk amphiteater lantai tiga Gedung Djuang, layaknya menonton teater yang pemainnya orang dewasa. Anak-anak tampil ekspresif dan menyuguhkan cerita yang riil di masyarakat,” pungkas Sodiq. (aif)

BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Malam minggu bukan lagi waktu bagi anak muda  nongkrong di kafe atau warung kopi. Mereka kini mengisi malam Minggu dengan nonton seni pertunjukan teatar di lantai tiga Gedung Djuang 45.

Ratusan pelajar SMP beramai-ramai memasuki Gedung Djuang untuk menonton secara langsung pertunjunkan teater Pring Kuning yang dimainkan siswa kelas IX SMPN 1 Banyuwangi. Teater di bawah binaan Bakhtiar Kusumahadi alias Tiar itu mampu  menampilkan pertunjukan yang spektakuler.

Jangan membayangkan panggung yang megah dengan kilauan cahaya lampu yang benderang. Tapi, lihatlah upaya dan kerja keras anak-anak  SMP yang begitu luar biasa menghelat pementasan pertunjukan seni tersebut. Penonton dibikin takjub dengan aksi olah vokal, gerak tubuh, hingga emosi para talenta-talenta muda. Ada suara teriakan menggoda manakala adegan teater menunjukkan sisi romansa. Tak kalah ramai juga ketika para lakon menampilkan aksi komedi yang mengundang gelak tawa penonton.

Pertunukan teater yang dimainkan belasan siswa tersebut mengusung tema “Awal Mula”. Dua kata itu menjadi interpretasi pembentukan ekstra teater di sekolah yang dipimpin oleh M Shodiq tersebut. Ada tiga pergelaran  malam itu. Pertama ”Jangan Terlalu Dalam”, dilanjutkan ”Buka Hatimu”, dan terakhir ”Kisah Hidup Sarinah”.

Sebagai pembina dan penginisiasi pertunjukan  teater, Tiar berharap anak-anak dapat tumbuh dengan cepat layaknya tanaman bambu kuning (pring kuning). Guru Bahasa Indonesia asal Kelurahan Klatak itu ingin menampilkan dan menerapkan segala bentuk ilmu tentang teater dalam sebuah pergelaran. Menurutnya, masih jarang teater memiliki nilai lebih dari sekadar ekstrakurikuler belaka.

Baca Juga :  Sedekah Buku Bisa Membantu Kekurangan Perpustakaan Sekolah

Oleh karena itu, Tiar bersama anak didiknya menggodok mental dan segala persiapan demi  kesempurnaan pertunjukan yang disaksikan 150 lebih penonton.  ”Saya tidak ingin teater hanya menjadi sebuah tontonan, tetapi dapat bermanfaat sebagai tuntunan,” ujarnya.

Ketiga sesi pertunjukan teater tersebut bukan tanpa makna. Tiar menyelipkan pesan tentang fenomena yang terjadi saat ini. Seperti sesi pertama “Jangan Terlalu Dalam”. Pria berusia 30 tahun itu ingin menunjukkan kondisi anak sekolah saat ini yang ketergantungan dengan smartphone. Tiar ingin mengingatkan kepada anak muda bahwa hidup itu beriringan dengan perkembangan zaman, tetapi jangan sampai mendarah daging di kehidupan. ”Gadget menjadi bagian dari dirinya, sehingga ketika disuruh melepaskannya kesulitan dan bahkan menderita,” imbuh Tiar.

Sesi kedua “Buka Hatimu” bermakna tentang kerelaan. Sehingga anak-anak diajari ikhlas dalam melaksanakan semua kegiatan sehari-hari. Sementara pada sesi terakhir “Kisah Hidup Sarinah” menggambarkan sejarah kehidupan masyarakat ketika zaman penjajahan.

Kesuksesan pergelaran teater mendapat apresiasi dari Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Hasan Basri. Hasan mengungkapkan kekagumannya akan kreativitas dan kerja keras siswa SMP 1 Banyuwangi dalam menjaga seni lakon tersebut. ”Saya rasa ini bisa menjadi pendekatan baru untuk Kurikulum Merdeka, bahwa pembelajaran itu kongkrit hasilnya. Di mana anak-anak mulai merancang hingga eksekusi dikerjakan oleh anak-anak sendiri. 90 persen anggota tim adalah anak SMP,” kata Hasan penuh semangat.

Baca Juga :  Bedah Buku Serat Kiai Sutara Digelar di Aula PCNU

Dia berharap, siswa lain di Banyuwangi dapat mengikuti jejak dan terus mengaktifkan seni lakon tersebut. Dengan begitu potensi anak muda dapat terfasilitasi dan berkembang lebih maju. ”Ternyata  anak muda itu sangat potensial bakat dan minatnya,” tutur Hasan.

Kesuksesan penampilan tersebut bukan tanpa alasan. Sebelum manggung, para pemain menggelar geladi bersih. Mereka harus ”dipingit”. Tidak boleh bermain smartphone  dan keluar dari Gedung Djuang. Aturan tersebut diberlakukan agar pemain lebih fokus dan mendalami peran masing-masing.

Kepala SMPN 1 Banyuwangi M Shodiq merasa bangga dengan pencapaian anak didiknya. Dia tidak menyangka hasil pertunjukan sebegitu meriah dan menghanyutkan. ”Anak-anak mampu menunjukkan karya yang besar dan agung. Saya tidak membayangkan penampilan anak-anak yang sangat keren. Begitu masuk amphiteater lantai tiga Gedung Djuang, layaknya menonton teater yang pemainnya orang dewasa. Anak-anak tampil ekspresif dan menyuguhkan cerita yang riil di masyarakat,” pungkas Sodiq. (aif)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/