BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Penanganan kasus tengkes alias stunting terus dimaksimalkan. Sejumlah instansi di Banyuwangi bekerja keras menekan angka kasus tengkes. Setelah Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan, kini Dinas Pendidikan juga ikut mengambil langkah intervensi.
Dari data timbang bulan Agustus 2022, masih ada 2.704 kasus anak penderita tengkes di Banyuwangi. Dari angka tersebut, 792 di antaranya mendapatkan prioritas intervensi protein natura dari Dinkes dan Dinsos. Sisanya Pemkab Banyuwangi bergotong royong memberikan intervensi kepada semua sasaran. Baik dari pihak desa, kecamatan, maupun SKPD.
”Kami ambil data yang belum ter-cover, terutama yang sudah masuk kategori anak didik di bawah 5 tahun, yaitu yang masih duduk di bangku PAUD,” kata Kabid SMP Dispendik Alfian.
Alfian mengatakan, target Dispendik ada sekitar 1.000 anak tengkes yang nantinya bisa ter-cover. Sementara ada sekitar 9.000 guru yang tercatat berada di bawah Dinas Pendidikan. Jika dirata-rata, satu anak membutuhkan Rp 450 ribu per bulan untuk perbaikan asupan protein. Minimal, ada sembilan guru yang mengampu satu anak stunting.
Jika ada 9.000 guru, mereka bisa mengampu 1.000 anak penderita tengkes. ”Intervensi tergantung dengan masalah yang dialami anak. Nantinya kami bekerja sama dengan UMKM dan warung. Anggarannya dari teman-teman guru. Ini kami petakan dulu,” imbuhnya.
Dengan intervensi ini, Alfian berharap pada bulan timbang selanjutnya ada perubahan angka kasus tengkes di Banyuwangi. Dispendik akan melihat perubahan indikator minimal dalam waktu dua bulan setelah intervensi dimulai.
”Meskipun efektivitas intervensi usia di atas 2 tahun hanya 20 persen, kami tetap melakukannya. Tetap harus dimaksimalkan, selain kemiskinan, stunting saat ini menjadi prioritas yang dilakukan Pemkab Banyuwangi,” kata Alfian. (fre/aif/c1)