24.3 C
Banyuwangi
Friday, June 2, 2023

UMM Bentuk Satgas PMK, Pastikan Kesehatan Hewan Kurban

MALANG, Radar Banyuwangi – Kesehatan hewan kurban menjadi hal krusial dalam perayaan Idul Adha. Maka, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan langkah konkret dengan menurunkan tim satuan tugas (Satgas) Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan ternak. Salah satu tugas tim ini adalah memastikan bahwa hewan yang akan disembelih sehat dan tidak berbahaya bagi umat.

Ketua Satgas PMK UMM Prof Dr drh Lili Halizar MS mengatakan bahwa pihaknya menerima beberapa permintaan pengawasan dalam pelaksanaan kurban. Mulai dari daerah Sengkaling hingga Kabupaten Lumajang. Lili juga telah menyiapkan peralatan, termasuk obat-obatan dan vitamin yang akan diberikan kepada hewan ternak maupun hewan kurban.

”Selain dosen, kami juga akan dibantu oleh beberapa mahasiswa dalam upaya memastikan kesehatan hewan kurban yang akan disembelih. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih tenang dan mendapatkan edukasi yang lebih baik terkait virus PMK ini,” ungkap drh Lili.

Satgas UMM juga akan segera terjun ke daerah lain di Kabupaten Malang dan juga Lumajang. Lili menuturkan bahwa pada Senin (11/7) nanti Kampus Putih UMM akan mengirimkan tim PMK ke Tumpang. Kemudian dilanjutkan menuju Jabung, Pujon, hingga Lumajang di hari-hari berikutnya untuk memberikan edukasi, bantuan obat dan vitamin, serta memotivasi para peternak yang saat ini sedang merasa pesimistis.

Baca Juga :  MI Darussalam 1 Kalipuro Gelar Pelepasan Siswa Didik Angkatan Ke-63

Terkait proses kurban, Lili juga mengingatkan agar para panitia yang ada di lokasi penyembelihan untuk lebih berhati-hati dan menerapkan sistem yang tepat. Sehingga, virus PMK tidak menular ke ternak-ternak lain yang ada di wilayah tersebut. ”Jangan sampai tempat penyembelihan malah menjadi tempat utama penularan PMK,” tegasnya.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh panitia. Dimulai dengan kesadaran bahwa setiap petugas bisa menjadi medium penularan virus PMK melalui tangan, pakaian, dan sepatu. Pun dengan peralatan yang digunakan selama proses kurban seperti pisau dan plastik. Untuk alat-alat tersebut, Lili mengimbau untuk mencucinya dengan sabun dan disemprot disinfektan. Sementara untuk plastik, ia menganjurkan untuk membakarnya atau mencuci bersih sebelum dibuang ke tempat sampah.

”Bayangkan jika plastik bekas kurban dibuang begitu saja. Ketika ada hewan ternak yang menjilatnya, maka sudah barang tentu akan tertular dan terus menularkannya ke ternak-ternak lain. Pun dengan proses pencucian jeroan yang biasanya dilakukan di sungai. Hal itu akan mencemari lingkungan serta meningkatkan risiko virus menjangkiti hewan ternak lain,” tambah Lili.

Dosen asli Subang, Jawa Barat, itu memberikan opsi dengan menggali tanah dan mencuci jeroan di dalamnya. Ketika selesai, lubang tersebut dapat dikubur kembali dan dituangi dengan kapur. Sebab, virus PMK akan mati saat terkena bahan asam maupun basa.

Baca Juga :  Hari Pertama Sekolah, SMAN 1 Giri Undang Wali Murid

Pembatasan masyarakat untuk datang ke lokasi penyembelihan juga harus dilakukan, paling tidak dengan memberi pagar agar warga tidak terlalu dekat. Pun dengan para panitia yang harus membersihkan diri dan disemprot disinfektan agar virus PMK mati.

Lili kembali menjelaskan ciri-ciri ternak yang terjangkit PMK. Hal pertama yang bisa dilihat adalah ketidakmampuan ternak untuk berdiri tegak. Kemudian juga adanya pendarahan di daerah mulut, hidung, serta rektum. Pun dengan keluarnya air liur yang berlebihan karena itu merupakan tanda adanya infeksi pada hewan terkait.

”Meski begitu, menurut surat edaran Menteri Agama dan fatwa Muhammadiyah, hewan kurban yang terjangkit PMK boleh disembelih. Selama masih berada di tahap ringan dan tak mengkhawatirkan. Paling tidak masih bisa berdiri dengan baik dan tidak ambruk serta kuku-kukunya terlihat aman,” tuturnya.

Terkait cara memasak dagingnya, Lili menekankan bahwa masyarakat bisa merebus daging dengan suhu minimal 70 derajat Celsius dalam waktu 30 menit. Hal itu karena virus PMK akan mati jika dipanaskan di suhu dan jangka waktu tersebut. Lili menyampaikan bahwa sampai saat ini virus PMK tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. ”Selama cara memasaknya sudah benar, daging yang dikonsumsi tentu akan aman-aman saja dan bisa dimakan seperti biasa,” pungkasnya. (*)

MALANG, Radar Banyuwangi – Kesehatan hewan kurban menjadi hal krusial dalam perayaan Idul Adha. Maka, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memberikan langkah konkret dengan menurunkan tim satuan tugas (Satgas) Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan ternak. Salah satu tugas tim ini adalah memastikan bahwa hewan yang akan disembelih sehat dan tidak berbahaya bagi umat.

Ketua Satgas PMK UMM Prof Dr drh Lili Halizar MS mengatakan bahwa pihaknya menerima beberapa permintaan pengawasan dalam pelaksanaan kurban. Mulai dari daerah Sengkaling hingga Kabupaten Lumajang. Lili juga telah menyiapkan peralatan, termasuk obat-obatan dan vitamin yang akan diberikan kepada hewan ternak maupun hewan kurban.

”Selain dosen, kami juga akan dibantu oleh beberapa mahasiswa dalam upaya memastikan kesehatan hewan kurban yang akan disembelih. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih tenang dan mendapatkan edukasi yang lebih baik terkait virus PMK ini,” ungkap drh Lili.

Satgas UMM juga akan segera terjun ke daerah lain di Kabupaten Malang dan juga Lumajang. Lili menuturkan bahwa pada Senin (11/7) nanti Kampus Putih UMM akan mengirimkan tim PMK ke Tumpang. Kemudian dilanjutkan menuju Jabung, Pujon, hingga Lumajang di hari-hari berikutnya untuk memberikan edukasi, bantuan obat dan vitamin, serta memotivasi para peternak yang saat ini sedang merasa pesimistis.

Baca Juga :  400 Calon Mahasiswa Dites di Untag

Terkait proses kurban, Lili juga mengingatkan agar para panitia yang ada di lokasi penyembelihan untuk lebih berhati-hati dan menerapkan sistem yang tepat. Sehingga, virus PMK tidak menular ke ternak-ternak lain yang ada di wilayah tersebut. ”Jangan sampai tempat penyembelihan malah menjadi tempat utama penularan PMK,” tegasnya.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh panitia. Dimulai dengan kesadaran bahwa setiap petugas bisa menjadi medium penularan virus PMK melalui tangan, pakaian, dan sepatu. Pun dengan peralatan yang digunakan selama proses kurban seperti pisau dan plastik. Untuk alat-alat tersebut, Lili mengimbau untuk mencucinya dengan sabun dan disemprot disinfektan. Sementara untuk plastik, ia menganjurkan untuk membakarnya atau mencuci bersih sebelum dibuang ke tempat sampah.

”Bayangkan jika plastik bekas kurban dibuang begitu saja. Ketika ada hewan ternak yang menjilatnya, maka sudah barang tentu akan tertular dan terus menularkannya ke ternak-ternak lain. Pun dengan proses pencucian jeroan yang biasanya dilakukan di sungai. Hal itu akan mencemari lingkungan serta meningkatkan risiko virus menjangkiti hewan ternak lain,” tambah Lili.

Dosen asli Subang, Jawa Barat, itu memberikan opsi dengan menggali tanah dan mencuci jeroan di dalamnya. Ketika selesai, lubang tersebut dapat dikubur kembali dan dituangi dengan kapur. Sebab, virus PMK akan mati saat terkena bahan asam maupun basa.

Baca Juga :  Daqu School Warnai Podcast di RadarTV Banyuwangi

Pembatasan masyarakat untuk datang ke lokasi penyembelihan juga harus dilakukan, paling tidak dengan memberi pagar agar warga tidak terlalu dekat. Pun dengan para panitia yang harus membersihkan diri dan disemprot disinfektan agar virus PMK mati.

Lili kembali menjelaskan ciri-ciri ternak yang terjangkit PMK. Hal pertama yang bisa dilihat adalah ketidakmampuan ternak untuk berdiri tegak. Kemudian juga adanya pendarahan di daerah mulut, hidung, serta rektum. Pun dengan keluarnya air liur yang berlebihan karena itu merupakan tanda adanya infeksi pada hewan terkait.

”Meski begitu, menurut surat edaran Menteri Agama dan fatwa Muhammadiyah, hewan kurban yang terjangkit PMK boleh disembelih. Selama masih berada di tahap ringan dan tak mengkhawatirkan. Paling tidak masih bisa berdiri dengan baik dan tidak ambruk serta kuku-kukunya terlihat aman,” tuturnya.

Terkait cara memasak dagingnya, Lili menekankan bahwa masyarakat bisa merebus daging dengan suhu minimal 70 derajat Celsius dalam waktu 30 menit. Hal itu karena virus PMK akan mati jika dipanaskan di suhu dan jangka waktu tersebut. Lili menyampaikan bahwa sampai saat ini virus PMK tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. ”Selama cara memasaknya sudah benar, daging yang dikonsumsi tentu akan aman-aman saja dan bisa dimakan seperti biasa,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/