SITUBONDO, Jawa Pos Radar Situbondo – Dinas Kesehatan (Dinkes) mendistribusikan 470 kilogram (kg) bubuk abate dan 138 liter obat insektisida fogging ke seluruh puskesmas di Situbondo, Senin (27/2). Langkah ini sebagai salah satu upaya mencegah munculnya kasus baru penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Santri.
Kepala Dinas Kesehatan Situbondo dr Sandy Hendrayono MKes menjelaskan, hingga saat ini Dinkes terus turun untuk melakukan fogging. Kegiatan tersebut dilaksanakan serentak oleh 20 puskesmas. ”Iya. Saat ini kami serentak untuk melakukan gerakan fogging bersama di 20 puskesmas, yang dibantu oleh petugas Polri dan TNI. Ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan adanya kasus DBD baru di Situbondo,” ucap Sandy saat memantau langsung pelaksanaan fogging di Desa Olean, Kecamatan Kota.
Sandy menyebut, beberapa pekan terakhir ini Desa Olean tercatat sebagai desa dengan jumlah warga tertinggi terjangkit DBD. Sehingga, pengasapan dilakukan di puluhan rumah dan beberapa sekolah dasar (SD). Ini untuk mengantisipasi korban baru. ”Di Desa Olean ada beberapa warga yang terjangkit DBD. Saat itu sudah pernah dilakukan fogging, dan hari ini petugas kembali melakukan pengasapan di rumah-rumah warga,” jelasnya.
Sandy menjelaskan, pengasapan tidak cukup dilakukan sekali di daerah yang rawan DBD. Sebab, fogging sifatnya sementara lantaran hanya bisa membunuh nyamuk dewasa. ”Kita sebetulnya sudah rutin melakukan fogging. Bukan hanya bulan ini, tapi sudah sejak tahun lalu gencar pelaksanaan fogging di rumah-rumah warga,” bebernya.
Disadari, untuk terhindar dari DBD, tidak cukup hanya dengan pelaksanaan fogging dan pemberian abate. Tapi, masyarakat harus bisa terlibat langsung menjaga kesehatan lingkungan. ”Maka, warga harus menjaga kebersihan lingkungan rumah. Memastikan tidak ada genangan air di tempat kaleng atau ban bekas. Kemudian menguras bak kamar mandi, menutup tempat air, dan mengubur barang-barang yang sudah tidak dipakai,” jelasnya.
Selain itu, dr Sandy menyebutkan, Dinas Kesehatan telah mengeluarkan instruksi kepada seluruh puskesmas untuk melakukan tindakan promotif pencegahan kasus DBD. ”Petugas kesehatan rutin siaran keliling baik dengan menggunakan roda empat atau ambulans maupun dengan roda dua. Masuk ke seluruh wilayah desa dan dusun yang ada di masing-masing wilayah kecamatan,” ucapnya.
Lebih lanjut, dr Sandy mengatakan, pihaknya juga membangun komunikasi dengan para camat agar rutin menggelar ”Jumat Bersih” bersama masyarakat. Kemudian membentuk juru pemantau jentik (jumantik) di masing-masing rumah warga. ”Untuk di lingkungan sekolah kami melakukan koordinasi agar guru membentuk kader jumantik oleh siswa sekolah (JOSS). Memberikan pembekalan kepada kader jumantik sekolah maupun masyarakat tentang pemahaman DBD dan cara pencegahannya,” ungkapnya.
Sandy mengatakan, pencegahan DBD akan lebih efektif jika masyarakat ikut menjaga kebersihan lingkungan. Sebab, upaya Dinas Kesehatan tak akan sukses tanpa dukungan seluruh pihak. ”Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dan kesadaran masyarakat Situbondo dalam pencegahan dan pengendalian penyakit DBD. Serta peran aktif lintas sektoral, dalam hal ini pemerintah desa, untuk mendukung pencegahan dan pengendalian DBD di Kabupaten Situbondo,” pungkasnya. (wan/pri/c1)