Pelaku usaha kecil banyak yang terdampak karena pandemi Covid-19. Pendapatannya turun drastis. Salah satunya, dialami Misdan, seorang penjual mainan anak-anak
HABIBUL ADNAN, Jawa Pos Radar Situbondo
Dia biasanya mangkal di tempat-tempat keramaian. Ketika ada acara-acara hajatan, konser, dan lain sebagianya, pria 60 tahun itu kemungkinan besar berjualan di sana. Hampir pasti tidak akan dilewatinya. Terutama di sekitar Kecamatan Bungatan sampai Besuki.
Pria tersebut bernama Misdan. Dia pedagang keliling khusus mainan anak-anak. Dia tidak ingat sudah berapa lama menjalani profesinya itu. Tetapi, Misdan memastikan sudah lebih 40 tahun. “Saya mulai jualan mainan anak-anak tahun 1970an,” terangnya.
Barang dagangannya banyak laku terjual ketika ada acara keramaian. Sedangkan hampir satu tahun ini, kegiatan keramaian sangat jarang sekali. “Kita mengandalkan pendapatan di situ. Sedangkan saat ini pemerintah melarang berkerumun,” kata Misdan.
Karena itu, salah satu yang diharapkan adalah tempat wisata. Untuk lokasi wisata yang menjadi tempat jualannya adalah wisata Pasir Putih. Itupun hanya keluar berdagang pada Hari Sabtu dan Minggu saja. “Karena kalau hari-hari lain pengunjung sepi,” tambah pria asal Kecamatan Mlandingan itu.
Berdagang pada Hari Sabtu dan Minggu di tempat wisata bukan jaminan jualannya laris. Sebab, hanya beberapa saja yang laku. Apalagi, sekarang jumlah pengunjung yang datang dibatasi. “Sehingga seharian kadang tidak ada yang terjual. Sering nggak ada yang beli,” kata Misdan.
Akibatnya, pendapatan Misdan kini menurun drastis. Sebelum ada pandemi, pendapatannya ketika jualan di lokasi wisata Pasir Putih bisa mencapai Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per hari. Sedangkan sekarang palinjg besar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
Penurunan pendapatan drastis baru kali ini dialami Misdan. Sekarang dia merasa benar-benar terpuruk. Sebab, dalam satu pekan hanya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu. “Sedangkan kebutuhan tetap tinggi,” katanya.
Misdan bertahan dengan usahanya saat ini, karena hanya itu yang bisa dilakukan. Untuk membuka usaha baru, dia terkendala modal. “Sempat ada keinginan beralih pekerjaan, tapi mau jualan apa, modalnya juga nggak ada. Mau cari kerjaan lain juga susah,” ujarnya. (*)