29.1 C
Banyuwangi
Tuesday, May 30, 2023

Butuh Waktu 22 Hari, Hanya Ingin Sampaikan Pesan Moral

Banyak cara untuk membagikan pesan moral. Namun cara yang dilakukan Eyang Hadi Semar terbilang cukup unik. Kakek 70 tahun itu rela mengayuh sepedanya pulang-pergi dari Banten menuju Bali.

IZZUL MUTTAQIN, ARJASA

Siang itu matahari cukup terik. Jalanan penuh dengan lalu lalang kendaraan. Para pengendara harus ekstra hati-hati. Sebab, banyak lubang di badan jalan.  

Di kawasan hutan yang menghiasi kanan kiri jalan raya Arjasa, ada pemandangan yang aneh. Seorang kakek dengan menggunakan baju serba hitam mengendarai sepeda ontel. Di belakangnya terdapat tulisan: Jangan tinggalkan warisan dengan derai air mata untuk anak cucu kita. Di bawahnya juga tertulis jelas:  ‘Gunakan Agama sebagai penyeru. Bukan pemecah persatuan bangsa.’

Sesampainya di sebuah warung degan, kakek itu dihentikan oleh waratawan koran ini. saat diwawancarai, kakek yang bernama Eang Hadi Semar itu mengaku hendak pulang ke rumahnya di Banten. Itu setelah sekitar satu bulan dirinya berada di Bali.

Baca Juga :  Bupati Akan Tindak Pemain Harga Obat

 “Saya berangkat tanggal 01 Maret dari Banten. Saya membawa bekal sangat minim. Namun saya percaya kepada Tuhan. Bahwa selagi saya diberikan hidup, saya tetap akan diberikan rezeki,” tutur Eang Hadi saat diwawancarai.

Sementara itu, menurut Hadi, perjalannya dari Banten menuju Bali menghabiskan waktu 22 hari dengan sepeda ontel. “Saya sering mampir-mampir di jalan. Saya punya banyak teman. Di Situbondo pun ada teman saya.

Saat ditanya terkait alasan aksinya tesebut, Eyang Hadi menjawab dengan enteng. Tujuan utamanya adalah untuk membagikan pesan moral yang tertulis di sepedanya itu.

 “Saya ke Bali untuk bersilaturahim kepada para pecinta sepeda ontel disana. Selain itu untuk membagikan pesan moral yang saya tulis di sepeda saya,” tuturnya.

Baca Juga :  Antisipasi Penyelundupan Narkoba, Perketat Penerimaan Paket

Menurut Eyang Hadi, dia sampai di bali sekitar satu bulan. “Saya berdiam di sana sekitar satu bulan lamanya. Sejak 22 maret. Bahkan waktu ada komunitas sepeda ontel IVCA, saya juga ikut menyambut,” terangnya.

Menurut Eyang Hadi, tak ada hambatan khusus saat dia melakukan perjalanan pulang pergi Banten menuju Bali. Hanya saja, tantangannya di jalan adalah para pengendara yang sembarangan berlalulintas. “Namanya hidup di jalan. Banyak sekali kendaraan yang sembarangan. Banyak pengemudi yang kurang hati-hati,” ucapnya.

Eyang Hadi berharap aksinya dapat membantu dalam mendukung pesatuan bangsa. “Saya berharap agar bangsa ini bisa bersatu. Saling menyadari demi NKRI. Tidak suka menyebarkan berita-berita yang tidak benar. Intinya jaga kebersamaan,” tuturnya. (pri)      

Banyak cara untuk membagikan pesan moral. Namun cara yang dilakukan Eyang Hadi Semar terbilang cukup unik. Kakek 70 tahun itu rela mengayuh sepedanya pulang-pergi dari Banten menuju Bali.

IZZUL MUTTAQIN, ARJASA

Siang itu matahari cukup terik. Jalanan penuh dengan lalu lalang kendaraan. Para pengendara harus ekstra hati-hati. Sebab, banyak lubang di badan jalan.  

Di kawasan hutan yang menghiasi kanan kiri jalan raya Arjasa, ada pemandangan yang aneh. Seorang kakek dengan menggunakan baju serba hitam mengendarai sepeda ontel. Di belakangnya terdapat tulisan: Jangan tinggalkan warisan dengan derai air mata untuk anak cucu kita. Di bawahnya juga tertulis jelas:  ‘Gunakan Agama sebagai penyeru. Bukan pemecah persatuan bangsa.’

Sesampainya di sebuah warung degan, kakek itu dihentikan oleh waratawan koran ini. saat diwawancarai, kakek yang bernama Eang Hadi Semar itu mengaku hendak pulang ke rumahnya di Banten. Itu setelah sekitar satu bulan dirinya berada di Bali.

Baca Juga :  KPU Mulai Mutakhirkan DPT Pemilu 2024

 “Saya berangkat tanggal 01 Maret dari Banten. Saya membawa bekal sangat minim. Namun saya percaya kepada Tuhan. Bahwa selagi saya diberikan hidup, saya tetap akan diberikan rezeki,” tutur Eang Hadi saat diwawancarai.

Sementara itu, menurut Hadi, perjalannya dari Banten menuju Bali menghabiskan waktu 22 hari dengan sepeda ontel. “Saya sering mampir-mampir di jalan. Saya punya banyak teman. Di Situbondo pun ada teman saya.

Saat ditanya terkait alasan aksinya tesebut, Eyang Hadi menjawab dengan enteng. Tujuan utamanya adalah untuk membagikan pesan moral yang tertulis di sepedanya itu.

 “Saya ke Bali untuk bersilaturahim kepada para pecinta sepeda ontel disana. Selain itu untuk membagikan pesan moral yang saya tulis di sepeda saya,” tuturnya.

Baca Juga :  Bupati Akan Tindak Pemain Harga Obat

Menurut Eyang Hadi, dia sampai di bali sekitar satu bulan. “Saya berdiam di sana sekitar satu bulan lamanya. Sejak 22 maret. Bahkan waktu ada komunitas sepeda ontel IVCA, saya juga ikut menyambut,” terangnya.

Menurut Eyang Hadi, tak ada hambatan khusus saat dia melakukan perjalanan pulang pergi Banten menuju Bali. Hanya saja, tantangannya di jalan adalah para pengendara yang sembarangan berlalulintas. “Namanya hidup di jalan. Banyak sekali kendaraan yang sembarangan. Banyak pengemudi yang kurang hati-hati,” ucapnya.

Eyang Hadi berharap aksinya dapat membantu dalam mendukung pesatuan bangsa. “Saya berharap agar bangsa ini bisa bersatu. Saling menyadari demi NKRI. Tidak suka menyebarkan berita-berita yang tidak benar. Intinya jaga kebersamaan,” tuturnya. (pri)      

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/