30.8 C
Banyuwangi
Tuesday, March 21, 2023

Disekap Suami Siri Selama Tujuh Bulan, Hanya Dikirimi Beras dan Telur

KAPONGAN, Radar Situbondo – Pengakuan SK, 27, warga Desa Kesambirampak, Kecamatan Kapongan, Situbondo, cukup mengerikan. Selama disekap, perempuan malang itu tidak diizinkan keluar dari salah satu kos-kosan di Kecamatan Panji. Dia selalu dibentak, bahkan dipukuli oleh suaminya ED, 40, warga Panji.

Penyekapan bermula saat SK pergi dari rumahnya akibat memiliki persoalan keluarga. Dia nekat meninggalkan rumah bersama anaknya yang masih TK. Sesampainya di luar rumah, SK mendapatkan pesan dari ED yang mengaku ingin membantunya.

Akhirnya, SK dicarikan kos-kosan. Kebetulan pada saat SK meninggalkan rumah, dia sudah membawa dokumen penting berupa KTP dan ijazah. Nah, begitu SK dan anaknya berada di kosan, semua dokumen yang dibawa malah diminta oleh ED.

Setelah beberapa hari SK tinggal di kosan tersebut, SK meminta dokumen yang disita oleh ED untuk dikembalikan, namun ED enggan untuk mengembalikan. Semisal SK memberontak, ED pasti membentak hingga memukulinya.

Sejak saat itulah, SK mulai bingung untuk melangkah. Dia juga tak bisa pulang karena ED selalu mengunci pintu kosan dari luar. Kira-kira lebih satu bulan, SK dibawa ke Desa Katerbi, Kecamatan Bondowoso dan diajak menikah siri tanpa sepengetahuan orang tua SK.

Baca Juga :  Penyidik Masih Dalami Unsur Penyekapan Terhadap Istri Siri

SK sempat menolak, bahkan dia meloncat dari atas sepeda motor untuk melarikan diri. Namun, usahanya sia-sia. Dia malah jatuh dan mengalami luka di bagian lutut dan betisnya. ”Usai nikah siri, saya langsung diantarkan ke kosan. Habis itu saya tidak boleh ke mana-mana lagi. Kalau berusaha kabur, saya pasti dipukul dan mulut dibekap,” ungkap SK, Jumat (10/3).

Kata SK, saat melangsungkan pernikahan, dia tidak mengetahui jika ED sudah memiliki istri. SK baru mengetahui jika ED sudah beristri beberapa bulan usai pernikahan. ”Saya baru mengetahui suami saya punya istri setelah beberapa bulan nikah siri. Malah rumah aslinya itu ternyata dekat dengan kosan saya,” kata SK.

Dia menceritakan, selama dalam penyekapan kehidupannya ibarat burung di dalam sangkar. Dia hanya diberi beras, mi instan, dan telur. Itu pun harus dimasak dalam satu magic com. Perempuan malang itu tidak pernah makan makanan lainnya selama dalam penyekapan. ”Tiap hari saya masak nasi pakai magic com, masak mi pakai magic com, masak telur ya pakai magic com,” katanya.

Baca Juga :  Rumah Nenek Sebatangkara Itu Akhirnya Selesai Diperbaiki

SK menegaskan, beras yang dikirimkan ED hanya cukup dimakan selama tiga hari. Itu pun hanya untuk satu kali makan dalam satu hari. ”Saya dan anak saya makan nasi, mi, dan telur setiap hari. Setiap makan, saya pasti nangis, melihat anak saya yang tidak bisa makan-makan enak,” ungkapnya.

Masih kata SK, berbulan-bulan lamanya, dia hanya disambangi tiga hari sekali. Kadang satu minggu satu kali. Suaminya juga tidak pernah bermalam. Dia hanya datang membawa beras, lalu duduk sekitar tiga jam, setelah itu pergi lagi.

”Setiap kali dia mau pergi, bilangnya menjadi tahanan luar polsek. Setelah beberapa bulan mengaku jadi tahanan luar polres. Pokoknya saya selalu ditakut-takuti,” ucap SK  sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

SK juga mengakui ancaman yang selalu disampaikan oleh ED benar-benar membuatnya ketakutan. Kalimat itulah yang sering menghantuinya hingga dia takut untuk melarikan diri. ”Dia (ED) sering bilang ke saya. Kayak yang ngancam gitu, meskipun saya lari kemana pun, pasti dikejar. Meskipun pulang ke rumah sekalipun dia pasti ngejar saya,” kata SK. (hum/aif/c1)

KAPONGAN, Radar Situbondo – Pengakuan SK, 27, warga Desa Kesambirampak, Kecamatan Kapongan, Situbondo, cukup mengerikan. Selama disekap, perempuan malang itu tidak diizinkan keluar dari salah satu kos-kosan di Kecamatan Panji. Dia selalu dibentak, bahkan dipukuli oleh suaminya ED, 40, warga Panji.

Penyekapan bermula saat SK pergi dari rumahnya akibat memiliki persoalan keluarga. Dia nekat meninggalkan rumah bersama anaknya yang masih TK. Sesampainya di luar rumah, SK mendapatkan pesan dari ED yang mengaku ingin membantunya.

Akhirnya, SK dicarikan kos-kosan. Kebetulan pada saat SK meninggalkan rumah, dia sudah membawa dokumen penting berupa KTP dan ijazah. Nah, begitu SK dan anaknya berada di kosan, semua dokumen yang dibawa malah diminta oleh ED.

Setelah beberapa hari SK tinggal di kosan tersebut, SK meminta dokumen yang disita oleh ED untuk dikembalikan, namun ED enggan untuk mengembalikan. Semisal SK memberontak, ED pasti membentak hingga memukulinya.

Sejak saat itulah, SK mulai bingung untuk melangkah. Dia juga tak bisa pulang karena ED selalu mengunci pintu kosan dari luar. Kira-kira lebih satu bulan, SK dibawa ke Desa Katerbi, Kecamatan Bondowoso dan diajak menikah siri tanpa sepengetahuan orang tua SK.

Baca Juga :  Puti Guntur Mantapkan Tapal Kuda

SK sempat menolak, bahkan dia meloncat dari atas sepeda motor untuk melarikan diri. Namun, usahanya sia-sia. Dia malah jatuh dan mengalami luka di bagian lutut dan betisnya. ”Usai nikah siri, saya langsung diantarkan ke kosan. Habis itu saya tidak boleh ke mana-mana lagi. Kalau berusaha kabur, saya pasti dipukul dan mulut dibekap,” ungkap SK, Jumat (10/3).

Kata SK, saat melangsungkan pernikahan, dia tidak mengetahui jika ED sudah memiliki istri. SK baru mengetahui jika ED sudah beristri beberapa bulan usai pernikahan. ”Saya baru mengetahui suami saya punya istri setelah beberapa bulan nikah siri. Malah rumah aslinya itu ternyata dekat dengan kosan saya,” kata SK.

Dia menceritakan, selama dalam penyekapan kehidupannya ibarat burung di dalam sangkar. Dia hanya diberi beras, mi instan, dan telur. Itu pun harus dimasak dalam satu magic com. Perempuan malang itu tidak pernah makan makanan lainnya selama dalam penyekapan. ”Tiap hari saya masak nasi pakai magic com, masak mi pakai magic com, masak telur ya pakai magic com,” katanya.

Baca Juga :  Minta Bupati Tinjau Ulang Izin Toko Waralaba

SK menegaskan, beras yang dikirimkan ED hanya cukup dimakan selama tiga hari. Itu pun hanya untuk satu kali makan dalam satu hari. ”Saya dan anak saya makan nasi, mi, dan telur setiap hari. Setiap makan, saya pasti nangis, melihat anak saya yang tidak bisa makan-makan enak,” ungkapnya.

Masih kata SK, berbulan-bulan lamanya, dia hanya disambangi tiga hari sekali. Kadang satu minggu satu kali. Suaminya juga tidak pernah bermalam. Dia hanya datang membawa beras, lalu duduk sekitar tiga jam, setelah itu pergi lagi.

”Setiap kali dia mau pergi, bilangnya menjadi tahanan luar polsek. Setelah beberapa bulan mengaku jadi tahanan luar polres. Pokoknya saya selalu ditakut-takuti,” ucap SK  sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

SK juga mengakui ancaman yang selalu disampaikan oleh ED benar-benar membuatnya ketakutan. Kalimat itulah yang sering menghantuinya hingga dia takut untuk melarikan diri. ”Dia (ED) sering bilang ke saya. Kayak yang ngancam gitu, meskipun saya lari kemana pun, pasti dikejar. Meskipun pulang ke rumah sekalipun dia pasti ngejar saya,” kata SK. (hum/aif/c1)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

/