SITUBONDO – Keberadaan sejumlah pedagang di sekitar terminal Situbondo disoal warga. Pasalnya, mereka berjualan di atas trotoar. Selain itu, mereka dinilai menganggu pengguna jalan.
Lokasi lapak yang dipersoalkan berada di sebelah selatan terminal. Di tempat itu, ada lima warung yang berjejer memanjang dari arah barat-timur. Dianggap menganggu, karena jalan tersebut ramai lalu lalang kendaraan.
Teguh, salah satu warga mengatakan, selain ramai, jalan juga agak sempit. Kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya pejalan kaki yang menggunakan badan jalan. “Karena trotoarnya dipakai tempat jualan,” katanya.
Makanya, Teguh berharap, di sepanjang trotoar itu bebas dari pedagang, dan dimanfaatkan oleh pejalan kaki. Dengan begitu, arus lalu lintas tidak terganggu. “Saya berharap kepada pemerintah untuk melakukan penertiban,” tambahnya.
Hal ini juga membuat keadaan di sekitar terminal menjadi semerawut. Penggunaan trotoar sebagai tempat berjualan mengakibatkan lingkungan tidak rapi bahkan kumuh. “Dinas Perhubungan harus menata agar terminal tidak seperti ini,” katanya.
Wasek, 60, salah satu pedagang merasa aktifitas berjualannya tidak mengganggu. Sebab, mereka berdagang dengan tertib. “Apanya yang mengganggu, kami tidak mamakai jalan raya” katanya.
Dia menambahkan, jika harus ditertibkan, dia berharap ada lokasi lain yang disediakan sebagai pengganti tempat berjualan mereka. Sebab, jika digusur tanpa ada solusi, sama saja dengan menutup sumber penghasilannya. “Kami usaha apa terus?,” katanya.
Wasek mengatakan, pedagang yang berjualan di tempat itu tidak dikenakan retrebusi. Mereka hanya bayar uang kebersihan sebesar Rp.5000 tiap bulan. “Tidak ada biaya lain, cuma bayar itu saja” imbuh pria beruban itu.
Salah satu petugas terminal mengatakan, pihaknya sudah beberapa kali memberikan peringatan kepada pedagang agar tidak berjualan di tempat itu. Akan tetapi peringatan yang diberikan tidak diindahkan. “Tidak pernah mau mendengar kami,” katanya.
Waratawan koran ini belum bisa memintai komentar Kepala Dinas Perhubungan, Tulus Prijatmadji. Dihubungi beberapa kali, nomor ponselnya tidak aktif. (bib/pri)