SITUBONDO, Jawa Pos Radar Situbondo ā Sebanyak 205 ton pupuk subsidiĀ jenis Urea akan disalurkan pekan depan. Bantuan tersebut diberikan kepada petani yang sudah terdaftar dalam elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (eRDKK). Kepastian itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertangan) Pemkab Situbondo, Drs. Haryadi Tejo Laksono, M.Si.
Kata dia, permintaan pupuk subsidi oleh petani sudah cukup banyak. Pasalnya, Bulan September 2022 ini, sudah memasuki masa tanam ketiga. āPetani ini kan sudah mau tanam lagi. Mereka butuh pupuk untuk mengelola sawahnya sampai nanti panen,ā ujarnya, Rabu (5/10).
Kata dia, pemerintah hanya memberikan pupuk subsidi kepada kelompok tani yang terdaftar di eRDKK. Mereka yang belum terdaftar, tidak bisa menggunakan pupuk subsidi. āKalau mau mendapatkan pupuk subsidi harus mendaftar dulu kepada kelompok taninya. Minta untuk dimasukkan pada eRDKK,ā ungkapnya.
Haryadi menjelaskan, pemerintah daerah menyalurkan pupuk subsidi berdasarkan permintaan dari kios. Sedangkan kios sendiri menerima permintaan dari petani. āPupuk saat ini dijatah. Masing-masing desa sudah ada kiosnya. Petani tidak boleh membeli pupuk sampai keluar dari daerah tempat tinggalnya. Karena masing-masing kios jatahnya berbeda,ā ucapnya.
Dia mengaku, subsidi pupuk pemerintah pusat saat ini jumlahnya terbatas. Itu karena anggaran yang dibutuhkan besar. Sehingga, tidak semua pupuk disubsidi. Petani yang tidak terdaftar di eRDKK terpaksa menggunakan non subsidi. āSekarang kalau non subsidi harganya di atas Rp.500 ribu per 50 kilogram, kalau subsidi masih kisaran harga antara Rp.200 hingga Rp.300 ribu per 50 kilogram,ā jelasnya.
Sementara itu, salah satu petani di Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Dedi mengatakan, pupuk yang digunakan untuk kebutuhan sawahnya tidak cukup. Seharusnya saat dipupuk, petani bisa panen dan mendapatkan untung. Namun, saat ini justru rugi. āJatah yang diberikan pemerintah itu sangat minim. Akibatnya, tidak ada yang bisa panen maksimal,ā ucapnya.
Dia mencontohkan, tanaman jagung miliknya yang baru dipanen Bulan September 2022 lalu. Hasilnya tidak maksimal. Sebab, diserang hama dan penyakit. āHanya sekitar delapan sampai sepuluh ton satu hektare yang hasilnya cukup bagus. Tapi kalau dihitung dengan biaya yang dikeluarkan masih rugi,ā ungkapnya.
Dedi berharap, pupuk yang dibutuhkan petani seharusnya tidak sulit didapatkan. Karena saat ini petani sudah banyak ruginya. āPemerintah cek kondisi di lapangan. Petani itu sudah kesulitan. Panen pasti tidak pernah untung saat ini,ā pungkasnya. (wan/pri)